SOLID BERJANGKA MAKASSAR - Bank Indonesia meyakini berhenti beroperasinya sebagian layanan publik di Amerika Serikat (AS) alias "shutdown", imbas belum disepakatinya anggaran pemerintah oleh Senat, hanya berdampak kecil dan sementara ke Indonesia.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, setelah shutdown tidak semua layanan dari pemerintah AS berhenti beroperasi. Pemerintah dan Senat AS juga tidak akan membiarkan shutdown tersebut terjadi lama.
"Karena kalau shutdown juga bukan berarti seluruh institusinya
berhenti, tapi hanya sebagian dan itu di tingkat federal," ujarnya di
Kementerian Keuangan.
shutdown tersebut, bukan yang pertama kali terjadi di AS. Tercatat, shutdown
ini adalah yang kesembilan kali. Disinggung mengenai dampaknya terhadap
ekspor Indonesia ke AS, Agus Marto enggan berkomentar banyak.
"Saya secara umum tidak bisa komentar banyak, tapi saya menyakini
bahwa di AS para pemangku kepentingan tahu bahwa ini bukan sesuatu yang
baik untuk ada 'government shutdown'," ujar dia.
Sekadar informasi, pemerintah AS resmi menghentikan operasi
layanan publiknya sejak akhir pekan lalu.
Kondisi tersebut, seperti
dilansir Reuters, terjadi lantaran Rancangan Undang-Undang (RUU)
anggaran belanja darurat yang diajukan Partai Republik tidak dapat
disahkan lantaran tidak mencapai dukungan 60 suara.
Senat kekurangan 10 suara untuk meloloskan RUU pendanaan empat pekan
yang diajukan kubu Republik di Kongres. Rival Republik, Partai Demokrat
memboikot suara di Senat dengan tuntutan agar pemerintah tidak
mendeportasi lebih dari 700 ribu imigran muda tidak berdokumen yang
masuk ke AS saat masih anak-anak dan memasukkan anggaran perlindungan
bagi mereka.
Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell menawarkan jalan tengah
kepada Demokrat dengan meminta Senat membawa legislasi imigrasi ke forum
dengar pendapat Februari mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar