SOLID GOLD MAKASSAR - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan PT Bank HSBC Indonesia
bekerja sama untuk menyelenggarakan Infrastructure Forum. Kerja sama
kedua pihak ini bertujuan untuk mendorong pembangunan proyek
infrastruktur di Indonesia.
Forum ini merupakan Parallel Events dari IMF-WB Annual Meetings (AM) 2018 yang digelar di Ayana Resorts, Jimbaran, Bali.Sekitar 400 peserta yang terdiri dari investor, corporate banking clients, private banking consumers dan fund management companies menghadiri forum ini.
Pembangunan
infrastruktur yang menjadi fokus pembahasan pada forum ini merupakan
upaya dalam merealisasikan visi Pemerintah Indonesia menjadi negara
ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada 2045.
Forum ini pun menjadi
wadah untuk pemerintah dan para investor agar dapat berkomunikasi
terkait berbagai peluang investasi infrastruktur di Indonesia.
"Infrastructure
Forum ini merupakan forum komunikasi antara pemerintah dengan para
investor dalam dan luar negeri, baik di sektor infrastruktur maupun
keuangan dan lembaga perbankan, mengenai peluang pengembangan sektor
infrastruktur di Indonesia serta perkembangan-perkembangan terkini dalam
skema pendanaan infrastruktur," jelas Kepala BKPM Thomas Lembong dalam
keterangan tertulis, Jumat (19/10/2018).
BKPM-HSBC
Infrastructure Forum terdiri dari dua panel. Panel pertama yang berjudul
'Towards Indonesia 2045' menghadirkan Deputi Gubernur Bank Indonesia
Sugeng, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, dan ekonom
serta mantan Menteri Keuangan Chatib Basri.
Sementara panel kedua yang berjudul 'Realising Indonesia's Growth
Ambition' menghadirkan Presiden Direktur Pelindo II Elvyn G. Masassya,
Head of Infrastructure Advisory Global Transport and Logistic Industry
Leader Price Waterhouse Coopers Indonesia Julian Smith, Direktur
Pengembangan Proyek dan Jasa Konsultasi PT Sarana Multi Infrastruktur
Darwin Trisna Djajawinata, serta Chief Financial Official Power China
International Ltd. Tianfu Yang.
Bukan hanya itu, forum ini juga
diisi dengan High Tea Event pada Infrastructure Forum antara Kepala BKPM
Thomas Lembong dengan lima perusahaan dari berbagai negara, seperti
China, Hongkong, Belanda, dan Malaysia.
Kelima perusahaan tersebut memiliki nilai investasi mencapai USD 31,4 miliar untuk sektor infrastruktur yang meliputi bidang power plant, pelabuhan, konstruksi, dan logistik.
Lembong menjelaskan bahwa diperlukan konsolidasi dan koordinasi yang
kuat antara moneter, fiskal, dan dunia usaha untuk mewujudkan
pembangunan nasional sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
Ia juga menyampaikan perlu adanya pembangunan infrastruktur yang mengedepankan aspek disaster preparedness.
Sebab, Indonesia baru saja diterpa berbagai musibah bencana alam
seperti yang terjadi di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah.
Menurutnya,
mayoritas infrastruktur vital di daerah-daerah tersebut seperti
bandara, gardu listrik, pelabuhan, dan menara telekomunikasi, mengalami
kerusakan yang cukup parah.
Lembong pun berharap forum tersebut dapat dimaksimalkan untuk
mendiskusikan strategi dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur yang
jauh lebih baik.
"Kiranya forum ini dapat kita optimalkan untuk
mendiskuksikan strategi mewujudkan pembangunan infrastruktur yang lebih
baik dan tahan dari terpaan bencana. Selain itu, dari segi finansial,
bagaimana penerapan manajemen risiko bencana dan inovasi-inovasi
finansial lainnya yang dapat diterapkan untuk kesiapan menghadapi
bencana," jelas Lembong.
Sementara itu, Presiden Direktur PT
Bank HSBC Indonesia Sumit Dutta juga ikut berperan dalam menghubungkan
nasabah global HSBC. Sehingga nasabah bisa ikut berperan dalam membangun
infrastruktur Indonesia.
"Dalam rangka realisasi rancangan
pembangunan infrastruktur Indonesia, pemerintah, dan pihak swasta
membutuhkan skema pembiayaan yang baik dan solutif demi menunjang
keberlanjutan pembangunan proyek infrastruktur di masa mendatang, salah
satunya adalah melalui investasi di proyek pembangunan infrastruktur
ini," jelas Sumit.
Dalam kesempatan yang sama, Deputy Chairman
and Chief Executive HSBC Asia Pacific Peter Wong menyampaikan berbagai
potensi yang dimiliki Indonesia dan harapannya untuk memperkenalkan ke
kancah dunia. Hal ini mengingat kebutuhan sektor swasta untuk berperan
lebih dalam merealisasikan pembangunan proyek infrastruktur Indonesia.
"Tidak
hanya besar di jumlah populasi penduduk, namun Indonesia juga memiliki
banyak sekali potensi yang siap digali dan dimanfaatkan namun
diperlukannya penghubung yang baik secara fisik, ekonomi, dan
pembiayaannya. Dengan kata lain, infrastruktur adalah kuncinya," tutur
Wong.
Sebagai informasi, dari data Asian Development Bank
mencatat estimasi kebutuhan investasi infrastruktur Asia dari tahun
2016-2030 adalah USD 22,6 triliun atau sekitar USD 1,5 triliun per
tahun. Dengan memperhitungkan mitigasi bencana dan adaptasi kenaikan
biaya investasi yang dibutuhkan meningkat menjadi USD 26,2 triliun atau
USD 1,7 triliun per tahun.
Sedangkan dalam periode 2016-2030
tersebut, Asia Tenggara membutuhkan investasi infrastruktur sebesar USD
2,7 triliun dengan memperhitungkan mitigasi bencana dan adaptasi
kenaikan bencana menjadi sebesar USD 3,1 triliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar