Selasa, 28 November 2017

SOLID BERJANGKA | Pesawat Wisata Benua Antartika Tabrak Gunung, 257 Orang Tewas

https: img-z.okeinfo.net content 2017 11 27 18 1821308 historipedia-pesawat-wisata-benua-antartika-tabrak-gunung-257-orang-tewas-hcTeF6ckud.jpg
SOLID BERJANGKA MAKASSAR - TERPENCIL dan memiliki aura misterius menjadi daya tarik dari Benua Antartika. Wisata ke wilayah paling selatan di muka bumi itu mulai populer sejak dekade 1970. Perjalanan udara hanya untuk sekadar melihat-lihat dari dalam pesawat ke wilayah Antartika begitu diminati oleh banyak orang.
Wisata penerbangan tersebut dimulai dari Selandia Baru dan terbang mengelilingi gunungan es di Antartika, salah satunya Ross Ice Shelf atau Gunung Es Ross. Tentu saja penerbangan ke Benua Antartika untuk mengelilingi gunungan es itu penuh risiko.

Hamparan es yang luas menyebabkan pilot terkadang tidak memiliki jarak serta sudut pandang yang bagus. Tantangan lainnya adalah kompas magnetik menjadi tidak berguna sebagai penunjuk arah karena Antartika sangat dekat dengan Kutub Selatan.

Kecelakaan pun tidak dapat dihindarkan. Pada 28 November 1979, pesawat McDonnell Douglas DC-10 mengangkut 257 orang untuk berwisata ke Antartika. Sayangnya, pesawat tersebut dikendalikan oleh lima orang pilot yang sama sekali tidak punya pengalaman terbang ke wilayah yang diselimuti es tersebut.

Keadaan diperparah dengan data profil penerbangan yang diberikan kepada lima pilot tersebut, ternyata salah. Ketika data yang sama digunakan untuk penerbangan sebelumnya, jarak pandang masih cukup bagus. Akan tetapi, ketika digunakan oleh DC-10, jarak pandang sangat buruk. 

musibah terjadi ketika pesawat terbang menuju Gunung Es Ross. Pilot sengaja menurukan ketinggian di bawah awan dengan maksud agar penumpang mendapatkan penghilatan yang lebih bagus. Pesawat seharusnya tetap berada pada ketinggian 6.000 kaki (setara 1,8 kilometer), tetapi pilot terbang di ketinggian 1.500 kaki (setara 457 meter).  

Karena data profil penerbangan yang salah tersebut, pilot tidak tahu bahwa pesawatnya menurun ketika Gunung Berapi Erebus semakin dekat. Pesawat menabrak sisi gunung setinggi 3.792 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut pada kecepatan 482 kilometer (km/jam).

Tidak ada yang berhasil selamat dalam musibah kecelakaan tersebut. Tabrakan pesawat McDonnell Douglas DC-10 tersebut dianggap sebagai kecelakaan penerbangan paling buruk sepanjang sejarah Selandia Baru.

 BACA JUGA : SOLID BERJANGKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar