PT SOLID GOLD BERJANGKA - DALAM sejarah, Sparta dikenal sebagai sebuah
negara-kota kuat dengan tokoh-tokoh terkemuka yang namanya terdengar
hingga saat ini. Di antara mereka, Raja Leonidas I adalah pemimpin
Sparta yang paling dikenal.
Meski hanya memerintah dalam waktu singkat, kurang dari 10 tahun,
Leonidas Si Pemberani akan terus dikenal dengan kiprahnya dalam
Pertempuran Thermophylae yang melegenda dan terus diceritakan selama
ratusan tahun. Pada pertempuran terakhirnya itu, Leonidas memimpin 300
prajurit Sparta dan beberapa prajurit dari aliansi bangsa-bangsa Yunani
lainnya bertahan di terusan sempit Thermophylae menghadapi ratusan ribu
tentara Persia di bawah pimpinan Raja Xerxes I.
Setelah invasi Persia ke Yunani yang pertama berakhir dengan
kekalahan di Pertempuran Marathon pada 190 sebelum masehi (SM), putra
Raja Darius Persia, Xerxes I kembali menghimpun kekuatan angkatan perang
dan angkatan laut raksasa untuk melakukan invasi kedua. Athena dan
Sparta memimpin perlawanan, tetapi hanya sepersepuluh dari negara-kota
di Yunani yang ikut bergabung sementara sisanya memilih netral atau
menyerah pada Xerxes.
Pada 480 SM, pasukan Persia melintasi Hellespont, yang saat ini
dikenal sebagai Dardanella, bergerak maju ke Thrace, Makedonia, dan
Thessaly. Gerak mereka tertahan oleh pasukan aliansi negara-negara
Yunani di bawah pimpinan Raja Leonidas I di Thermophylae.
Pasukan Yunani yang terkumpul untuk mempertahankan Thermophylae
diperkirakan hanya berjumlah 3.000 sampai 4.000 orang termasuk 300
tentara Sparta, hoplites. Mereka menghadapi pasukan Persia yang
berkekuatan antara 70 ribu sampai 300 ribu personel.
Setelah menunggu selama empat hari, pada hari kelima pasukan
Persia maju menyerang. Selama dua hari, pasukan Yunani berhasil
membendung serangan frontal pasukan Xerxes dan menewaskan 10 ribu
tentara Persia. Bahkan dua saudara Xerxes tewas dalam pertempuran
tersebut.
Di hari ketujuh, tepatnya 11 Agustus 480 SM, seorang pengkhianat dari
bangsa Malian, bernama Ephialtes menunjukkan jalur rahasia di gunung
menuju garis belakang pasukan Yunani kepada Jenderal Persia Hydarnes.
Saat itu, Leonidas yang telah memulangkan semua pasukan Yunani,
bertempur untuk terakhir kalinya bersama 300 tentara Sparta, 900 helot
atau budak dan 700 prajurit Thespia yang masih tersisa. Diserang dari
kedua sisi, Leonidas dan seluruh pasukannya bertempur dengan gagah
hingga tewas di Thermophylae.
Meski memenangkan Pertempuran Thermophylae, jumlah korban di
pihak Persia begitu besar sehingga menimbulkan murka Xerxes. Begitu
marahnya Xerxes sampai-sampai saat pasukan Persia mengambil jasad
Leonidas, dia memerintahkan kepala raja Sparta itu dipenggal dan
tubuhnya disalib. Perintah yang menurut ahli sejarah Persia, Herodotus,
janggal jika melihat tradisi Persia yang biasanya memperlakukan
prajurit pemberani dengan hormat.
Meski secara teknis Pertempuran Thermophylae adalah kekalahan
bagi koalisi Yunani, keputusan Leonidas dan tentaranya untuk tidak
menyerah dan bertempur di Thermophylae mengangkat moral pasukan Yunani
sekaligus memberikan waktu bagi pasukan lain untuk mempersiapkan
pertahanan menghadapi Persia. Peristiwa itu juga menjadi awal dari
sejumlah kemenangan besar Yunani atas Persia yang pada akhirnya
mengakhiri invasi kedua Persia ke Yunani pada 479 SM.
baca juga : solid gold
Tidak ada komentar:
Posting Komentar