PT SOLID GOLD BERJANGKA MAKASSAR - Sekitar dua pekan lalu, di pesta pembukaan Asian Games 2018
Jakarta-Palembang di Gelora Bung Karno, tepatnya saat pawai
masing-masing kontingen dari negara-negara peserta, kita melihat hal
menarik. Saat pawai dari masing-masing kontingen negara peserta
tersebut, kontingen Korea Selatan dan Korea Utara bersatu di bawah
bendera Unifikasi Korea. Saat kontingen Unifikasi Korea memasuki
stadion, duta besar dari kedua negara tersebut berdiri bersama,
bergandengan tangan, dan melambai pada para atlet. Itu momen berharga
dan membuktikan bahwa perhelatan olahraga Asian Games bisa menciptakan
kerja sama, keharmonisan, dan perdamaian antara dua negara yang selama
ini dikenal sering bersitegang.
Persatuan Korea Selatan dan
Korea Utara dalam bendera Unifikasi Korea merupakan komitmen antarkedua
negara tersebut untuk bekerja sama di bidang olahraga. Unifikasi Korea
memang tak berpartisipasi di semua cabang olahraga, namun hanya di tiga
cabang. Yakni kano, dayung, dan basket putri. Meski begitu, dari kerja
sama tersebut, setidaknya kita melihat adanya percikan perdamaian yang
bisa dilahirkan dari gelaran Asian Games. Dengan adanya tim Unifikasi
Korea, berarti kita akan melihat persatuan, kerja sama, perpaduan, dan
keharmonisan yang ditunjukkan para atlet dari kedua negara dalam sebuah
tim.
Persatuan dan kerja sama antarkedua negara tersebut sudah menghasilkan
prestasi. Pada Rabu (29/8), Presiden Joko Widodo dalam akun Instagram
mengunggah ucapan selamat pada tim Korea Bersatu (Unifikasi Korea) atas
raihan medali emas yang diperoleh dari nomor perahu naga putri 500
meter. Terlihat foto beberapa atlet Korea Bersatu merayakan kemenangan
sembari membentangkan bendera putih bergambar peta Semenanjung Korea,
bendera resmi kontingen Unifikasi Korea (Korea Bersatu). "Dalam
olahraga, mereka melupakan perbedaan, bahkan (melupakan) perang," begitu
caption pada unggahan tersebut.
Medali emas yang diraih tim Korea Bersatu menggambarkan bahwa ketika
perbedaan dan konflik dilupakan, semangat persatuan dan kerja sama
dijunjung tinggi, kekuatan dan prestasi akan datang menghampiri. Ada
kekuatan luar biasa yang bisa kita bangun dengan kerja sama,
keharmonisan, dan persatuan. Inilah yang saya maksud sebagai energi
perdamaian dari arena olahraga di momentum Asian Games 2018 ini. Energi
tersebut terpancar dari berbagai momen, baik ketika pertandingan
berlangsung, maupun dari sikap ketika para atlet menerima hasil
pertandingan.
Di arena pertandingan, para atlet saling
berhadapan atau bertanding. Namun, bertanding bukan berarti melupakan
nilai-nilai penghormatan dan penghargaan pada lawan. Di lapangan
pertandingan, di samping harus bekerja keras membela negaranya, para
atlet juga dituntut menjunjung tinggi sportivitas dan solidaritas. Dari
arena bulutangkis, saat final beregu putra, tepatnya saat pebulutangkis
Indonesia Anthony Ginting bertanding dengan Shi Yuqi dari China, terjadi
momen mengharukan. Menjelang game point, Anthony Ginting mengalami
cedera yang membuatnya kesulitan berjalan, namun tetap berjuang melawan
rasa sakitnya.
Meski akhirnya kalah, Ginting mendapat apresiasi luar biasa dari
masyarakat Indonesia. Shi Yuqi juga mendapat apresiasi karena tidak
protes saat Ginting meminta time out saat merasa kesakitan
karena cedera. Pebulutangkis dari China tersebut juga menghampiri
Ginting di akhir pertandingan dan menggenggam tangannya sebagai bentuk
sportivitas sekaligus solidaritas. Momentum tersebut telah menarik
perhatian banyak kalangan, terlebih warganet, dan menjadi viral.
Perjuangan Ginting melawan rasa sakit dan terus melanjutkan
pertandingan membuatnya menjadi pahlawan dan pantas mendapat apresiasi
besar dari masyarakat Indonesia. Sedangkan, sikap Shi Yuqi yang
menunjukkan simpati dan solidaritas pada Ginting juga patut diapresiasi.
Baik Ginting maupun Shi Yuqi telah menunjukkan bagaimana menjadi atlet
yang menjunjung tinggi kerja keras, perjuangan, sportivitas, maupun
solidaritas. Lagi-lagi, dari arena Asian Games 2018 kita menemukan
nilai-nilai berharga. Kita tak sekadar disuguhi pertandingan berebut
medali. Lebih dari itu, lewat perjuangan, kegigihan, dan sikap para
atlet, kita menemukan nilai-nilai penghormatan, penghargaan, persatuan,
kerja sama, dan solidaritas yang bertaburan di sepanjang gelaran pesat
olahraga terbesar se-Asia tersebut.
Oase Menyejukkan
Cerita manis dari arena Asian
Games berlanjut. Momentum yang baru saja terjadi adalah ketika atlet
pencak silat Indonesia, Hanifan Yudani Kusumah, secara spontan memeluk
Presiden Jokowi dan Prabowo setelah dinyatakan menang dan mendapatkan
medali emas. Presiden Jokowi saat itu hadir memberikan dukungan pada
para atlet pencak silat yang sedang bertanding, sedangkan Prabowo adalah
Ketua Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dan
Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat). Beberapa jam setelah
kejadian tersebut, potret Hanifan memeluk Jokowi dan Prabowo langsung viral di media sosial, bahkan menjadi headline di banyak media cetak esok harinya.
Adegan dalam potret tersebut menjadi begitu berarti, berkesan, dan
seakan menjadi oase menyejukkan di tengah persaingan politik dan
perdebatan yang mulai memanas di masyarakat. Kita tahu, Jokowi dan
Prabowo adalah dua sosok yang akan kembali bertarung dalam Pilpres 2019
mendatang. Sebagian orang mungkin bisa tetap skeptis menyikapi kejadian
tersebut dan mengatakan mereka (Jokowi dan Prabowo) "dipeluk" (oleh
Hanifan), bukan saling berpelukan. Tapi, bagaimanapun Hanifan sang atlet
silat yang secara spontan memeluk keduanya ibarat mewakili kerinduan
kita semua akan keharmonisan dan rasa persaudaraan sesama warga bangsa.
Masyarakat pada dasarnya rindu akan perdamaian dan kesejukan.
Momentum tersebut juga menggambarkan bagaimana olahraga, dalam hal ini
pencak silat, telah mampu menyatukan perbedaan. Jika kita perhatikan
dalam videonya, ketika Hanif merangkul Jokowi dan Prabowo secara
bersamaan, kedua tokoh itu seketika langsung menerima pelukan tersebut
dan merapatkan pelukan masing-masing. Sontak para tokoh maupun seluruh
penonton bertepuk tangan. Para awak media tak mau melewatkan adegan
tersebut. Hanif telah melakukan sesuatu yang begitu berarti dan berharga
bagi bangsa ini. Selain mengharumkan nama Indonesia lewat medali emas,
dari arena olahraga pencak silat ia juga telah memancarkan spirit
persatuan dan perdamaian pada seluruh masyarakat Indonesia.
Asian Games 2018 Jakarta-Palembang tinggal beberapa hari lagi. Hingga
Kamis (30/8), Indonesia sudah berada di posisi ke-4 dengan total 88
medali (30 medali emas, 22 medali perak, 36 medali perunggu). Sebuah
pencapaian yang sudah jauh melampaui target, mencetak sejarah baru, dan
patut membuat bangsa Indonesia bangga dengan para atletnya. Di samping
telah menorehkan prestasi bersejarah bagi Indonesia, Asian Games 2018
juga meninggalkan catatan manis berupa momen-momen inspiratif dan
mengharukan yang memancarkan percik-percik energi persatuan dan
perdamaian bagi kita semua.