Rabu, 26 Desember 2018

SOLID GOLD BERJANGKA | Filosofi Uma Lengge

Rumah adat ini kaya akan filosofi (Faruk/detikTravel)
SOLID GOLD BERJANGKA MAKASSAR - Bangunan adat yang ada di nusantara terbuat dari kayu dan bambu, di mana keseluruhan elemennya saling kait mengkait. Seperti struktur Uma Lengge di Bima, NTB. 

Bangunan Uma Lengge tidak sembarang dan ternyata memiliki makna tersendiri yang berdasarkan kepercayaan suku Bima. Ini wajib para traveler ketahui. 

Uma Lengge umumnya menggunakan empat tiang yang menumpu pada fondasi berupa sebuah batu sebagai tumpuan tiang. Konstruksi bangunan ini agar tahan gempa dan angin kencang atau dalam arti lainnya tidak mudah runtuh. Seluruh bagian merupakan satu kesatuan yang diletakkan di atas batu begitu saja.


Tiang atau dalam bahasa Bima nya Ri'i Uma berbentuk huruf A. Setiap Ri'i diberi Wole semacam pasak untuk mengunci tiangnya. Ukuran fondasi biasanya bervariasi, tergantung besar tiang penyangga bangunan, pada pemasangan fondasi, lansung diletakkan di permukaan tanah. 

Untuk tiang penyangga biasanya digunakan kayu Jati, dengan sistem penyambungan menggunakan sambungan kayu dengan dimensi 5x6 meter. Ini sesuai dengan adat setempat, untuk jumlah tiang harus dengan jumlah empat karena tiang yang berjumlah lebih itu untuk rumah para bangsawan, melayu dan bugis.


Yang menarik dari Uma Lengge yaitu tikus tidak dapat naik ke atas rumah karena terhalang oleh Ngapi, dan batu fondasi pun konon katanya dimantrai oleh para sando (Dukun) supaya tikus tidak bisa naik ke atas rumah.

Lantai Uma Lengge menggunakan bahan dari bambu yang disebut Ngori Sari dan bertingkat tiga. Seperti pada tiang, lantai pertama juga tidak menggunakan paku untuk penyambungan hanya diikat dari tali yang terbuat dari kulit pohon pisang dan kulit pohon lainnya dan lantai pertama di gunakan untuk aktifitas menerima tamu ataupun menenun.


Pada lantai kedua juga terbuat dari bambu yang digunakan untuk ruang tidur disebut Ade Uma agar dapat naik ke lantai kedua menggunakan tangga disebut Karumpa Ntada yang dibuat antara tiang-tiang penyangga. Lantai tiganya disebut Pamoka untuk menyimpan bahan makanan.

Tepat di kolong lantai dua terdapat kandang ayam yang disebut Tada Janga yang sengaja dibuat oleh pemilik rumah. Tujuannya adalah ketika ayam berkokok agar terdengar jelas dan langsung membangunkan tuan rumah. Kadang juga di dalam rumah ditaruh Jaba Kawubu yaitu sejenis burung puyuh yang diyakini bisa menolak ilmu santet.


Pada bagian atap rumah terbuat dari jerami dan daun kelapa yang disebut dengan Butu Doro. Uma lengge ini merupakan awal bangunan arsitektur zaman Ncuhi suku Mbojo sekiataran abad 12 masehi. 

Masa kepopulerannya berakhir pada tahun 1990 Masehi, dan sekarang salah satu wilayah yang masih menjaga kelestarian Uma Lengge tepatnya di Desa Maria, Kecamatan Wawo.

Jika pemilik rumah akan berpergian jauh maka tangga di rumahnya akan disimpan di samping rumahnya untuk menandakan dia tidak berada di rumah atau sedang bepergian. Tangga itu disebut Karumpa Ntada. 


Dalam kepercayaan agama lama Suku Mbojo, bahwa arwah leluhur mereka bersemayam di atas atap rumah mereka yang disebut Wanga. Di situ mereka meyakini bahwa arwah leluhurnya menjaga keselamatan yang punya rumah dan juga dimantrai. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar