Jumat, 02 Agustus 2019

pt solid gold berjangka | Pascagempa, Situasi di Palabuhanratu Berangsur Kondusif

Pascagempa, Situasi di Palabuhanratu Berangsur Kondusif
Situasi di kawasan Palabuhanratu, Sukabumi, berangsur kondusif  M 6,9 yang berpusat di Sumur, Banten. Polisi mengimbau warga tidak terpengaruh informasi hoax.

Pantauan detikcom, pukul 22.45 WIB, Jumat (2/8/2019), situasi berangsur kondusif. Warga di Palabuhanratu yang sebelumnya berdiam di tempat yang tinggi mulai kembali ke kediaman mereka.

Akibatnya, gelombang kendaraan memadati sejumlah titik. Salah satunya di Jalan Siliwangi.

Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengimbau warga tetap waspada. Warga juga diminta tidak terpengaruh informasi hoax.

"Bapak-Ibu sekalian, warga Palabuhanratu, saya Kapolres Sukabumi mengimbau setelah kejadian pascagempa tadi sampai saat ini kami monitor tidak ada tanda-tanda alam, seperti air surut, air naik, dan sebagainya, artinya sampai saat ini wilayah kita alhamdulillah masih aman terkendali," ujar Nasriadi melalui pengeras suara.

Nasriadi juga meminta warga yang mulai pulang ke rumah tetap waspada ketika terjadi gempa susulan. Nasriaga mengatakan personelnya akan berjaga.

"Apabila terjadi kembali ini sama-sama tidak kita harapkan gempa susulan, silakan kembali untuk melakukan evakuasi mandiri. Perhatikan petugas kami yang berjaga yang sudah saya tugaskan untuk memandu warga sekalian, tinggalkan rumah dan cari titik kumpul di lokasi yang lebih tinggi," kata Nasriadi.

Terakhir, Nasriadi mengimbau warga tidak menyebarkan informasi hoax, baik melalui narasi video-video maupun foto, di media sosial. Nasriadi menyebut saat ini banyak beredar foto dan narasi hoax terkait kondisi pascagempa di Banten yang dibuat seolah-olah terjadi di Sukabumi.

"Banyak beredar info sesat yang menyebut ada air naik, ada air surut dan tsunami di Palabuhanratu. Ini membuat saya langsung mengimbau ke warga dan menjelaskan agar mereka tidak terpengaruh informasi hoax, kita juga membuka tenda-tenda informasi sekaligus tenda penampungan yang bisa dimanfaatkan warga," katanya kepada wartawan. 

Kamis, 01 Agustus 2019

PT Solid Berjangka Makassar – Begini Cara Habibie Jinakkan Rupiah Saat Krismon

Begini Cara Habibie Jinakkan Rupiah Saat Krismon
PT Solid Berjangka Makassar – Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden ke-3 Indonesia Baharudin Jusuf Habibie atau BJ Habibie berpulang pada usia 83 tahun, Rabu malam (11/9/2019). Habibie adalah seorang teknokrat tulen yang punya segudang prestasi dunia ini dan menjadi presiden pada saat situasi yang sulit.
Habibie menjadi Presiden ke-3 RI pada Mei 1998 setelah Soeharto menyatakan mundur pada 21 Mei 1998. Saat itu Habibie dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, inflasi tinggi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar membumbung tinggi.
Harga pangan, bahan bakar minyak dan kebutuhan lainnya naik yang membuat masyarakat bergejolak.
Situasi politik pun tak menguntungkan, tarik-menarik kepentingan mulai terjadi dan situasi keamanan cenderung tak terkontrol terutama di Jakarta dan beberapa kota yang sempat terjadi kerusuhan.
Kehadiran Habibie menjadi presiden baru saat itu agar tak terjadi vacum of power, karena memang dirinya kala itu menjabat wakil presiden sesuai Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1997. Namun tidak semua elite politik pada waktu itu bisa menerima Habibie sebagai presiden.
Kecerdasan pria yang lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 ini mampu mengatasi situasi itu semua. Habibie mulai membenahi satu-persatu persoalan Indonesia.
Pelaku ekonomi pasti ingat, Habibie merupakan sosok penyelamat rupiah. Setelah resmi menjadi presiden, Habibie langsung gerak cepat untuk mengatasi depresiasi rupiah yang saat itu berada pada level Rp 11.200/US$.
Beberapa pekan setelah dia menduduki kursi presiden, nilai tukar rupiah sempat ambrol hingga mencapai level terlemahnya sepanjang sejarah, yakni di level Rp 16.800/US$ pada 1 Juni 1998. Sentimen pasar memang sangat buruk di tengah ambruknya ekonomi negara Asia lainnya.
Habibie pun tak tinggal diam, untuk merakan gejolak rupiah ia melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dan unit Pengelola Aset Negara. Lalu Habibie melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.
Selain itu, Habibie juga harus mengikuti sejumlah langkah reformasi ekonomi yang disyaratkan Dana Moneter Internasional (IMF) melalui Structural Adjustment Program (SAP).
Hasilnya, dalam masa pemerintahan Habibie yang singkat, rupiah tercatat menguat 34,1%, dari Rp 11.200/US$ (20 Mei 1998) menjadi Rp 7.385/US$ (20 Oktober 1999). Rupiah bahkan sempat menyentuh level terkuatnya dalam sepanjang sejarah Indonesia, yakni pada Rp 6.550/US$ AS (28 Juni 1999).
Dunia mencatatnya sebagai krisis finansial Asia 1997, bangsa Indonesia mengenalnya sebagai krisis moneter (krismon) 1998. Setelah baht, ringgit, Peso dan dolar Singapura dihajar para spekulan mata uang, hingga nilai kursnya melemah pada Juli, pasar saham Indonesia mulai bereaksi.