Jumat, 31 Agustus 2018

PT SOLID GOLD BERJANGKA | Energi Perdamaian dari Arena Pertandingan

Energi Perdamaian dari Arena Pertandingan
PT SOLID GOLD BERJANGKA MAKASSAR - Sekitar dua pekan lalu, di pesta pembukaan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang di Gelora Bung Karno, tepatnya saat pawai masing-masing kontingen dari negara-negara peserta, kita melihat hal menarik. Saat pawai dari masing-masing kontingen negara peserta tersebut, kontingen Korea Selatan dan Korea Utara bersatu di bawah bendera Unifikasi Korea. Saat kontingen Unifikasi Korea memasuki stadion, duta besar dari kedua negara tersebut berdiri bersama, bergandengan tangan, dan melambai pada para atlet. Itu momen berharga dan membuktikan bahwa perhelatan olahraga Asian Games bisa menciptakan kerja sama, keharmonisan, dan perdamaian antara dua negara yang selama ini dikenal sering bersitegang. 

Persatuan Korea Selatan dan Korea Utara dalam bendera Unifikasi Korea merupakan komitmen antarkedua negara tersebut untuk bekerja sama di bidang olahraga. Unifikasi Korea memang tak berpartisipasi di semua cabang olahraga, namun hanya di tiga cabang. Yakni kano, dayung, dan basket putri. Meski begitu, dari kerja sama tersebut, setidaknya kita melihat adanya percikan perdamaian yang bisa dilahirkan dari gelaran Asian Games. Dengan adanya tim Unifikasi Korea, berarti kita akan melihat persatuan, kerja sama, perpaduan, dan keharmonisan yang ditunjukkan para atlet dari kedua negara dalam sebuah tim.


Persatuan dan kerja sama antarkedua negara tersebut sudah menghasilkan prestasi. Pada Rabu (29/8), Presiden Joko Widodo dalam akun Instagram mengunggah ucapan selamat pada tim Korea Bersatu (Unifikasi Korea) atas raihan medali emas yang diperoleh dari nomor perahu naga putri 500 meter. Terlihat foto beberapa atlet Korea Bersatu merayakan kemenangan sembari membentangkan bendera putih bergambar peta Semenanjung Korea, bendera resmi kontingen Unifikasi Korea (Korea Bersatu). "Dalam olahraga, mereka melupakan perbedaan, bahkan (melupakan) perang," begitu caption pada unggahan tersebut.

Medali emas yang diraih tim Korea Bersatu menggambarkan bahwa ketika perbedaan dan konflik dilupakan, semangat persatuan dan kerja sama dijunjung tinggi, kekuatan dan prestasi akan datang menghampiri. Ada kekuatan luar biasa yang bisa kita bangun dengan kerja sama, keharmonisan, dan persatuan. Inilah yang saya maksud sebagai energi perdamaian dari arena olahraga di momentum Asian Games 2018 ini. Energi tersebut terpancar dari berbagai momen, baik ketika pertandingan berlangsung, maupun dari sikap ketika para atlet menerima hasil pertandingan. 


Di arena pertandingan, para atlet saling berhadapan atau bertanding. Namun, bertanding bukan berarti melupakan nilai-nilai penghormatan dan penghargaan pada lawan. Di lapangan pertandingan, di samping harus bekerja keras membela negaranya, para atlet juga dituntut menjunjung tinggi sportivitas dan solidaritas. Dari arena bulutangkis, saat final beregu putra, tepatnya saat pebulutangkis Indonesia Anthony Ginting bertanding dengan Shi Yuqi dari China, terjadi momen mengharukan. Menjelang game point, Anthony Ginting mengalami cedera yang membuatnya kesulitan berjalan, namun tetap berjuang melawan rasa sakitnya.

Meski akhirnya kalah, Ginting mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat Indonesia. Shi Yuqi juga mendapat apresiasi karena tidak protes saat Ginting meminta time out saat merasa kesakitan karena cedera. Pebulutangkis dari China tersebut juga menghampiri Ginting di akhir pertandingan dan menggenggam tangannya sebagai bentuk sportivitas sekaligus solidaritas. Momentum tersebut telah menarik perhatian banyak kalangan, terlebih warganet, dan menjadi viral.


Perjuangan Ginting melawan rasa sakit dan terus melanjutkan pertandingan membuatnya menjadi pahlawan dan pantas mendapat apresiasi besar dari masyarakat Indonesia. Sedangkan, sikap Shi Yuqi yang menunjukkan simpati dan solidaritas pada Ginting juga patut diapresiasi. Baik Ginting maupun Shi Yuqi telah menunjukkan bagaimana menjadi atlet yang menjunjung tinggi kerja keras, perjuangan, sportivitas, maupun solidaritas. Lagi-lagi, dari arena Asian Games 2018 kita menemukan nilai-nilai berharga. Kita tak sekadar disuguhi pertandingan berebut medali. Lebih dari itu, lewat perjuangan, kegigihan, dan sikap para atlet, kita menemukan nilai-nilai penghormatan, penghargaan, persatuan, kerja sama, dan solidaritas yang bertaburan di sepanjang gelaran pesat olahraga terbesar se-Asia tersebut.

Oase Menyejukkan

Cerita manis dari arena Asian Games berlanjut. Momentum yang baru saja terjadi adalah ketika atlet pencak silat Indonesia, Hanifan Yudani Kusumah, secara spontan memeluk Presiden Jokowi dan Prabowo setelah dinyatakan menang dan mendapatkan medali emas. Presiden Jokowi saat itu hadir memberikan dukungan pada para atlet pencak silat yang sedang bertanding, sedangkan Prabowo adalah Ketua Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dan Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat). Beberapa jam setelah kejadian tersebut, potret Hanifan memeluk Jokowi dan Prabowo langsung viral di media sosial, bahkan menjadi headline di banyak media cetak esok harinya. 



Adegan dalam potret tersebut menjadi begitu berarti, berkesan, dan seakan menjadi oase menyejukkan di tengah persaingan politik dan perdebatan yang mulai memanas di masyarakat. Kita tahu, Jokowi dan Prabowo adalah dua sosok yang akan kembali bertarung dalam Pilpres 2019 mendatang. Sebagian orang mungkin bisa tetap skeptis menyikapi kejadian tersebut dan mengatakan mereka (Jokowi dan Prabowo) "dipeluk" (oleh Hanifan), bukan saling berpelukan. Tapi, bagaimanapun Hanifan sang atlet silat yang secara spontan memeluk keduanya ibarat mewakili kerinduan kita semua akan keharmonisan dan rasa persaudaraan sesama warga bangsa. Masyarakat pada dasarnya rindu akan perdamaian dan kesejukan.

Momentum tersebut juga menggambarkan bagaimana olahraga, dalam hal ini pencak silat, telah mampu menyatukan perbedaan. Jika kita perhatikan dalam videonya, ketika Hanif merangkul Jokowi dan Prabowo secara bersamaan, kedua tokoh itu seketika langsung menerima pelukan tersebut dan merapatkan pelukan masing-masing. Sontak para tokoh maupun seluruh penonton bertepuk tangan. Para awak media tak mau melewatkan adegan tersebut. Hanif telah melakukan sesuatu yang begitu berarti dan berharga bagi bangsa ini. Selain mengharumkan nama Indonesia lewat medali emas, dari arena olahraga pencak silat ia juga telah memancarkan spirit persatuan dan perdamaian pada seluruh masyarakat Indonesia. 


Asian Games 2018 Jakarta-Palembang tinggal beberapa hari lagi. Hingga Kamis (30/8), Indonesia sudah berada di posisi ke-4 dengan total 88 medali (30 medali emas, 22 medali perak, 36 medali perunggu). Sebuah pencapaian yang sudah jauh melampaui target, mencetak sejarah baru, dan patut membuat bangsa Indonesia bangga dengan para atletnya. Di samping telah menorehkan prestasi bersejarah bagi Indonesia, Asian Games 2018 juga meninggalkan catatan manis berupa momen-momen inspiratif dan mengharukan yang memancarkan percik-percik energi persatuan dan perdamaian bagi kita semua. 

Selasa, 28 Agustus 2018

SOLID BERJANGKA | Adu Hebat Teknologi Korea vs AS di Berlin

Perhelatan IFA di Berlin. Foto: istimewa
SOLID BERJANGKA MAKASSAR - Korea Selatan dan Amerika Serikat, diwakili perusahaan teknologi andalan masing-masing, sepertinya akan bersaing panas di perhelatan IFA 2018 yang berlangsung 31 Agustus hingga 5 September. Dalam salah satu pameran teknologi terbesar itu, kedua negara tampak sudah menyiapkan senjata masing-masing untuk jadi yang terunggul.


Rumah pintar adalah topik panas yang akan dihadirkan oleh mereka. Untuk itu, Negeri Ginseng mengutus Samsung dan LG dalam memamerkan teknologi di sektor tersebut.

Nama pertama sudah mengumumkan bahwa mereka akan menggelar konferensi pers pada 30 Agustus mendatang, atau tepat satu hari menjelang penyelenggaraan IFA 2018. "Do What You Can't" jadi slogan mereka terkait pertemuan tersebut.

Sedangkan LG lebih memilih untuk mentas pada 31 Agustus yang bertepatan dengan hari pertama penyelenggaraan IFA 2018. Cho Sung-jin selaku Vice Chairman LG Electronics dan Park Il-pyung sebagai CTO perusahaan tersebut akan menjadi pembicara utama dalam acara bertajuk "Think Wise, Be Free: Living Freer with AI" itu.


Meski berasal dari negara yang sama, persaingan juga tak bisa lepas antara keduanya. Baik Samsung dan LG diperkirakan sama-sama fokus dalam perangkat seperti televisi dan peralatan dalam rumah berbasis kecerdasan buatan.

Samsung pun sudah mengumumkan akan memperkenalkan televisi 8K QLED anyarnya. Sekadar informasi, asal muasal nama 8K diambil dari resolusi horizontal televisi yang hampir mencapai 8000, tepatnya 7680, Sedangkan resolusi vertikalnya mencapai 4320.

Menyadari belum banyak konten video yang mengusung kualitas 8K, mereka juga berencana melengkapi televisi barunya itu dengan perangkat yang mampu meningkatkan video FHD atau UHD menjadi 8K. Ini merupakan bagian dari rencana mereka dalam mendominasi pasar televisi berkualitas 8K.


Disebutkan juga bahwa Samsung akan menyediakan sektor khusus untuk Bixby. Bukan tidak mungkin, mereka akan memamerkan pengembangan terbaru dari Bixby 2.0 yang ditanamkan pada Galaxy Note 9.

Sedikit mirip, LG juga dikabarkan akan menampilkan teknologi 8K, walau masih belum jelas apakah televisi yang menjadi perangkatnya atau bukan. Perkiraan lain menyebut jika perusahaan tersebut akan lebih condong dalam menampilkan televisi micro LED mereka di sana.

Selain itu, untuk pertama kalinya, mereka akan memamerkan Styler ThinQ yang diberikan teknologi speech recognition berbasis kecerdasan buatan di IFA 2018. Speaker pintar X Boom AI ThinQ yang didukung Google Assistant turut disebut akan naik panggung di sana. Ya, platform kecerdasan mereka yang bernama Deep ThinQ tampaknya akan dikedepankan oleh LG.


Di sisi lain, berdasarkan situs resmi IFA, Microsoft diperkirakan bakal tampil dalam pameran tersebut. Berdasarkan deskripsi yang ditampilkan, tampak perusahaan besutan Bill Gates tersebut akan fokus pada kecerdasan buatan dan Internet of Things (IoT) di sana.

Raksasa e-commerce Amazon pun diperkirakan tak mau ketinggalan momen. Perusahaan besutan Jeff Bezos ini diprediksi akan berbicara banyak mengenai penggunaan Alexa di kehidupan sehari-hari penggunanya.

Menariknya, Microsoft dan Amazon belum lama ini sudah meluncurkan integrasi antara asisten digital buatannya masing-masing, yaitu Cortana dan Alexa. Implementasinya adalah user bisa memanggil Cortana untuk mengaktifkan kemampuan dari Alexa, begitupun sebaliknya. Diharapkan, pada IFA 2018 keduanya bisa memberi informasi lebih lanjut mengenai kolaborasi ini.


Di samping adu kebolehan antara dua negara tersebut, perwakilan Jepang juga tak mau kelewatan untuk unjuk gigi memamerkan perangkat pintarnya di IFA 2018. Salah satunya adalah Sony yang tampaknya akan memperkenalkan versi terbaru dari speaker pintarnya yang bernama LF-S50G. Televisi anyar besutannya juga diperkirakan bisa melenggang di pameran tersebut.

Senin, 27 Agustus 2018

SOLID GOLD | Pidato Gubernur The Fed Bawa Bursa Saham Asia Menguat

Pidato Gubernur The Fed Bawa Bursa Saham Asia Menguat
SOLID GOLD MAKASSAR - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka menguat untuk mengawali pekan ini: indeks Nikkei naik 0,41%, indeks Kospi naik 0,18%, indeks Shanghai naik 0,25%, indeks Strait Times naik 0,32%, dan indeks Hang Seng naik 1,25%.


Bursa saham Benua Kuning berhasil mengekor bursa saham AS yang menguat pada perdagangan terakhir di pekan kemarin (24/8/2018). Kala itu, Dow Jones naik 0,52%, indeks S&P 500 menguat 0,62%, dan indeks Nasdaq bertambah 0,97%.

Pidato Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell di Jackson Hole memberikan suntikan tenaga bagi bursa saham Negeri Paman Sam, sebelum akhirnya menjalar ke Asia. Dalam pidato tersebut, Powell menyebutkan kenaikan suku bunga acuan merupakan langkah terbaik untuk melindungi pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam.


"Ekonomi kita kuat. Inflasi mendekati target 2%, dan banyak orang sudah mendapatkan pekerjaan. Jika pertumbuhan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja ini terus terjadi, maka kenaikan suku bunga acuan secara bertahap memang sudah selayaknya dilakukan," sebut Powell, mengutip Reuters.


Pernyataan Powell tersebut mengonfirmasi bahwa ekonomi AS memang sedang berada dalam kondisi yang baik. Di sisi lain, Powell juga menyebut bahwa sejauh ini AS belum mengalami masalah inflasi. Hal ini lantas diartikan pelaku pasar bahwa the Fed memang masih akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini, namun kenaikannya belum tentu mencapai 4 kali seperti yang direncanakan.

Selain itu, langkah People's Bank of China (PBoC) selaku bank sentral China yang mengubah metodologi penentuan nilai tengah mata uang yuan juga membuat investor dengan nyaman masuk ke bursa saham.


"Akibat Dollar Index yang kuat dan friksi dagang, tercipta sebuah aktivitas pro-cyclical di pasar valas. Sentimen pro-cyclical ini membuat PBoC menetapkan pendekatan counter-cyclical untuk penentuan nilai tengah harian yuan,".


Mengutip Financial Times, kebijakan ini dapat membantu PBoC menstabilkan yuan tanpa harus mengorbankan cadangan devisa terlalu banyak. Walaupun masih melemah di pasar spot dan offshore melawan dolar AS pada pagi hari ini, ada optimisme bahwa kedepannya pelemahan yuan bisa diredam. Hal ini membuat instrumen saham menjadi menarik bagi investor.

Kamis, 23 Agustus 2018

PT SOLID BERJANGKA | Cadar, Senapan, dan Kata "Pantas" yang Terlupakan

Cadar, Senapan, dan Kata Pantas yang Terlupakan

Di suatu zaman yang labil, dengan pijakan kebenaran yang rapuh, sementara setiap detik kita terus dihajar oleh air bah informasi gado-gado tanpa jeda, pada titik manakah kita sekarang memaknai kata "pantas"?

"Mas, mbok jangan ngomong gitu. Rasanya tidak pantas." 

"Lho! Faktanya kan memang seperti yang kusampaikan ini, to? Coba deh sampeyan melihat masalah ini secara objektif!"



"Bukan begitu, Mas. Ini soal kepantasan. Ada situasi-situasi yang membuat kita tidak melulu harus berkutat pada benar dan salah, Mas. Meskipun yang kita lakukan benar, atau minimal tidak salah, tapi kadangkala tidak pas. Kurang pantas, gitulah."

"Sebentar, to. Ayo kita sama-sama lihat data dulu. Mana datamu? Kita adu saja data dan argumen, catatan dan kesaksian riil, jangan pakai hal-hal normatif yang abstrak! Publik berhak mengakses informasi yang benar!"


***

Auw auw auw. Begitulah, hehehe. Sekarang ini rasanya kita sangat tergila-gila dengan data. Kita dimabuk oleh fakta-fakta keras, catatan-catatan sejarah, deretan angka statistik, bukti-bukti tak terbantahkan, kebenaran positivistik, dan apa pun yang bau-baunya lebih dekat ke soal ilmiah ketimbang dimensi rasa-pangrasa, kalau istilah kejawennya.


Makanya, kesaksian dalam sebuah intrik politik, sebagai contoh, harus disebarkan sedetail-detailnya ke haribaan publik. Bahwa kesaksian itu akan membuat kita menjauh dari kemaslahatan bersama, rentan memicu fitnah lapis pertama hingga lapis ketujuh, tidak jadi masalah besar. Toh yang penting kita mengabdi kepada kebenaran objektif. Begitu, bukan?

Semua itu kian mengeras karena kita semakin terbiasa berinteraksi di internet, lalu tanpa sadar membentuk-ulang pola-pola interaksi kita menjadi mirip pola interaksi di internet, dunia yang konon maya padahal sangat nyata itu.



Dengan ilusi seolah-olah dunia cyber semu belaka, kita pun kehilangan kekang psikologis. Kita tertipu bayangan yang tak henti meyakinkan imajinasi kita bahwa kita sedang berbicara di dimensi sebelah sana. Padahal, sesungguhnya kita ini ya di sini-sini saja, yang kita ajak berbincang juga manusia-manusia biasa, dan dalam relasi antarmanusia ukuran pantas-tak-pantas itu sesungguhnya senantiasa ada.

Nah, ini ada cerita. Kemarin muncul satu peristiwa, yang sepertinya membuat kita lagi-lagi bergulat bersama isu kepantasan melawan isu kebenaran objektif. Kejadiannya di Probolinggo, Kota Bestari itu.


Alkisah, ada sebuah video yang viral di media sosial, menampilkan sepasukan anak yang tengah mengikuti pawai HUT ke-73 RI. Yang memicu kekagetan publik adalah kostum mereka. Mereka, anak-anak (yang semestinya) perempuan itu, tampak mengenakan baju panjang hitam, bercadar, dan masing-masing menenteng senapan mainan.


Sontak, kehebohan meletup. Dugaan-dugaan keras tentang ideologi ekstrem bermunculan. Saya pribadi pun larut pada awalnya, hingga kemudian datang informasi bahwa anak-anak itu berada di bawah asuhan sebuah taman kanak-kanak yang berlokasi di kompleks Kodim setempat.

Ya ya ya, bukan berarti saya pemuja tentara, tapi toh yang namanya Angkatan Darat saya kira masih tetap bonafid dalam perkara penjagaan ideologi bangsa (sungguh, saya sangat ingin membubuhkan tanda kurung lapis enam untuk kata "ideologi bangsa", namun rasanya kok kurang pantas juga hehehe.)

Pertanyaannya kemudian, lalu apa arti ini semua? Kenapa anak-anak itu didandani begitu rupa? Seberapa relevan kostum semacam itu dengan gelaran acara HUT Republik Indonesia?


Pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus bergulir, jawabannya berbenturan satu sama lain, dan akhirnya mencapai titik panasnya. Ada yang berdiri di sudut ekstrem dengan prasangka persebaran ide-ide islamis radikal. Ada yang mempertanyakan keadilan sikap dan pikiran dengan mengatakan bahwa bentuk senjata apa pun tidak layak dijadikan mainan anak-anak. Tak ketinggalan, banyak juga yang membalas dengan tudingan stigma negatif atas perempuan bercadar, islamofobia, dan seterusnya.


Saya tetap merasa ada yang tidak pas di sini. Tidak pantas, begitu.

Tentu saja, ketidakpantasan itu bukan pada perkara cadar. Stigma negatif atas perempuan bercadar memang mewabah. Islamofobia itu ada, dan harus diakui itu ada. Namun, jelas itu bukan sikap saya. Saya punya beberapa kawan bercadar, dan mereka baik-baik saja. Salah seorang bibi saya sendiri bercadar, dan dia bukan tukang meledakkan bom. Saya punya sahabat-sahabat yang istri mereka bercadar, dan mereka sama sekali bukan propagandis kekerasan. Dan, jelas ada ribuan perempuan bercadar lainnya yang bukan teroris.

Pendek kata, membenci cadar dan mengatakan cadar simbol teroris adalah sikap tidak adil bagi para perempuan bercadar yang cinta perdamaian.

Nah, lalu apa?

"Apaaa?" Sayup-sayup terdengar suara Jokowi yang sambil membuka helmnya mengucapkan kata tersebut, seperti pada video pembukaan Asian Games yang bikin ribut.

***

Kemudian muncullah seorang profesor sains yang cerdas dan hebat. Dia menulis seperti ini:

"Karnaval Agustusan bawa replika senjata, itu heroisme. Tapi bila anaknya pakai cadar, jadi radikalisme. Situ sehat?"


Saya merenung dalam-dalam. Logis sekali unggahan Facebook dari Pak Profesor itu. Sangat masuk akal. Dari situ terbongkar bahwa ada sikap timpang dan tidak fair dalam cara berpikir banyak orang, termasuk saya.

Sialnya, yang tampak logis pada awalnya itu pelan-pelan luntur, karena tiba-tiba tebersit satu gambaran usil di otak saya.

"Begini, Mas Prof. Ada gambar palu dipasang-silang dengan gambar tang, itu logo toko besi Baja Cemerlang. Tapi, bila tangnya diganti gambar arit, jadi komunisme. Situ sehat?"




Lha lha lha. Benar, kan? Apakah artinya orang Indonesia yang kaget dan baper saat melihat simbol palu-arit itu tidak sehat?


Saya rasa, problem pada logika Pak Profesor itu ada pada pemaknaan atas simbol. Yang namanya simbol toh tidak bisa dicuil-cuil. Palu dan arit pada simbol komunisme itu sebuah rangkaian. Kita tidak perlu mempersoalkan gambar palu-saja, atau arit-saja, kecuali Anda mau menggelar sweeping di toko-toko besi dan di sawah-sawah.

Berbeda halnya jika palu dipadu dengan arit dalam satu tampilan, lalu muncul di kaos anak-anak muda caper di negeri ini, maka visualisasi itu akan memunculkan satu kesan: tidak pantas. Tidak elok. Mungkin maksudnya merombak stigma dan melancarkan kritik historis, tapi yang terjadi malah memperkeruh situasi di tengah masyarakat yang memang masih minim literasi.

Demikian juga pada cadar dan senapan. Cadar-saja tentu tidak masalah. Saya tidak akan ikut rewel jika ada pawai anak-anak memakai cadar. Meski demikian, kombinasi antara cadar dan senapan itu mau tak mau, suka tidak suka, menyeret kita kepada bayangan-bayangan tak bagus di negeri-negeri jauh sana.

"Ya beda dong. Kalau soal komunis, negeri kita memang menjalani pengalaman sejarah yang traumatis. Kalau cadar dan senapan kan tidak?"

Itulah. Kadang kita lengah, mempersempit makna "pengalaman" sebatas pengalaman-pengalaman fisik semata. Padahal, di masa kejayaan digital seperti sekarang ini, yang disebut pengalaman itu sudah bercampur baur antara fisik dan nonfisik. Kita melihat, kita mendengar, kita mengakses, kita terpapar dengan berita-berita, itu pun bentuk-bentuk nyata pengalaman.

Para perempuan bercadar-saja memang banyak yang baik-baik saja, dan saya yakin sebagian besar mereka baik-baik saja. Artinya, stigma teroris kepada perempuan bercadar-saja itu label jahat, rasis, dan tidak manusiawi. Tapi, perasaan takut kepada perempuan bercadar-dan-bersenapan, apakah itu bentuk ketidakwajaran di saat "pengalaman-pengalaman" kita atas visualisasi seperti itu nyaris semuanya terkait hal buruk?


Beberapa kali saya bilang kepada teman-teman bercadar, agar stigma negatif atas cadar itu terkikis, semestinya mereka menampakkan sikap-sikap baik di tengah masyarakat sambil membawa identitas mereka itu. Sama dengan ketika dulu kami masih tinggal di Australia dan menjadi minoritas muslim yang kadang menjadi korban prasangka, saya selalu meminta istri saya yang berjilbab untuk berbuat baik di area publik. Menolong ibu-ibu manula yang kerepotan dengan barang belanjaannya, misalnya.

Malangnya, saya tak menemukan ide bagaimana agar stigma atas perempuan bercadar-dan-bersenapan terkikis. "Ikutlah gotong royong di kampung sambil tetap memakai cadar dan memanggul senapan AK-47, Mbak." Kan tidak mungkin saya bilang begitu, karena perempuan bercadar-dan-bersenapan yang oke-oke saja memang tidak pernah hadir dalam pengalaman-pengalaman kita.

Walhasil, saya tetap merasa bahwa mendandani anak-anak dengan cadar dan senapan (bukan cadar saja atau senapan saja, melainkan cadar dan senapan) bukanlah tindakan yang pantas secara "kesepakatan awam". Kurang elok, kurang sadar situasi, kurang peka sosial, dan, ya, intinya kurang pantas.

Benar, belakangan terungkap situasi riil di Probolinggo waktu itu yang tidak membuktikan sama sekali bahwa ada ideologi-ideologi ekstrem dalam karnaval tersebut. Rilisnya sudah tersebar di mana-mana. Saya pun tidak menyalahkan guru-guru TK itu secara hukum, apalagi menyalahkan anak-anak yang tidak tahu apa-apa. Namun, untuk menyatakan bahwa dandanan itu tidak pantas, masihkah sulit diterima?

Mungkin di zaman ini ungkapan "tidak pantas" kurang gampang diterima. Itu ukuran yang terlampau abstrak, tidak akuntabel, dan kurang bergengsi. Nasibnya jadi agak sama dengan kata "kejujuran" yang kurang keren, karena lebih keren jika kita melengkapinya menjadi "kejujuran ilmiah". Tak bedanya dengan kata "dosa" yang juga tak lagi mentereng, sebab yang mentereng adalah jika kita mengucapkannya sebagai "dosa politik".

Situ sehat? Saya akui, saya mungkin memang kurang sehat. Tapi, rasanya saya masih ingin bersikap yang pantas.

Selasa, 21 Agustus 2018

SOLID BERJANGKA | Pengorbanan Ibrahim dan Pendidikan Anak

Pengorbanan Ibrahim dan Pendidikan Anak
SOLID BERJANGKA MAKASSAR - Momentum haji adalah napak tilas seorang bapak bernama Ibrahim dan seorang anak bernama Ismail, yang teguh prinsipnya dalam hidup. Keduanya saling mengasihi dan menyayangi, tetapi karena perintah dari Tuhan keduanya berani mengorbankan kasih sayang sementara untuk meraih kasih sayang abadi. Kisah inspiratif Ibrahim dan Ismail menjadi refleksi sangat baik di tengah tragedi kekerasan anak yang tiada henti. 

Anak-anak sebenarnya adalah korban, karena keseharian hidup mereka selalu "dikorbankan" di tengah banjir media dan teknologi informasi yang dipenuhi virus yang merusak nalar anak. Anak-anak akhirnya jatuh dalam kenistaan, yang sama sekali tidak mereka bayangkan. Orangtua dan sekolah seringkali kaget, padahal kasus kekerasan anak selalu terjadi dalam setiap waktu. 

Akhir pekan lalu, bangsa kita dikejutkan oleh viral video dan foto sekolah TK di Probolinggo yang merayakan 17 Agustus dengan pawai memakai gaun hitam/burqa sambil menyandang replika senjata. Ironis, anak-anak usia dini sudah dibangun persepsi kekerasan yang menyedihkan. Sebelumnya, kasus kekerasan anak PAUD juga tersebar luas di media sosial. Anak-anak menjadi korban kekerasan yang keluar dari amanat Pancasila dan UUD 1945.


Dalam konteks inilah, Nabi Ibrahim sangat tepat dijadikan refleksi untuk mendesain kembali pola pendidikan yang ramah bagi anak. Pengorbanan dan perjuangan Ibrahim sangat inspiratif, bisa menjadi rujukan utama orangtua, sekolah, dan pemerintah dalam mendidik generasi Indonesia masa depan. Ibrahim bukan saja menyebarkan risalah (agama), tetapi juga memberikan strategi mendidik anak yang tepat. Terbukti, sang putra Ismail menjadi sosok anak yang teguh dengan keyakinan, berani mengorbankan dirinya untuk memenuhi tugas dari Allah, bahkan meyakinkan bapaknya, Ibrahim untuk segera menyembelihnya. 


Mendidik Jiwa


Ibrahim tidak pernah mengajarkan kekerasan dalam hidupnya. Ibrahim mengajarkan bahwa pendidikan haruslah wujud lahiriah dari keyakinannya. Pendidikan pertama-tama adalah mendidik jiwa manusia semakin teguh dan yakin kepada Tuhan. Ini terekam sangat jelas dalam QS Al-Baqarah ayat 132, "Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam."


Pendidikan, bagi Ibrahim, adalah mengajarkan manusia untuk hidup dan mati yang harus dijalani dengan penuh keyakinan (Islam). Tanpa keyakinan, maka akan lahir kebimbangan dan keraguan. Anak yang tumbuh dengan penuh keyakinan, maka menghadapi problem masa depan bisa mandiri tanpa ragu dan bimbang.

Ibrahim juga melihat pendidikan sebagai langkah menuju kemandirian: mampu menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Kalau sudah bisa memimpin diri sendiri, maka bisa memimpin masyarakat, bangsa, dan negara. Ini terekam sangat jelas dalam QS Al-Baqarah ayat 124, "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata: (Dan saya mohon juga) dari keturunanku. Allah berfirman: Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim."

Ibrahim mendidik anak-anaknya menjadi imam yang menyeru kebaikan, menegakkan keadilan, dan tanpa lelah berjuang demi kemanusiaan. Kemudian membuat rumahnya sebagai sekolah bagi keluarganya. Karena pendidikan pertama, bagi Ibrahim, adalah keluarga. Keluarga merupakan basis paling utama dalam pendidikan, baru kemudian sekolah dan masyarakat. Makanya, dalam berbagai ayat Alquran, Ibrahim selalu memberikan wasiat kepada anak-anaknya untuk teguh menjaga prinsip dan keyakinan. Keluarga Ibrahim adalah benteng utama membangun generasi.

Pendidikan ala Ibrahim juga sangat menekankan akhlak (budi pekerti). Walaupun Ibrahim berbeda keyakinan dengan bapaknya, tetapi Ibrahim sangat menghormati bapaknya. Ibrahim tetap berdakwah kepada ayahnya, tetapi soal mengikuti atau tidak, itu sepenuhnya hidayah dari Allah. Makanya, Ibrahim tetap mendoakan bapaknya agar mendapatkan ampunan dari Allah. Ini terekam dalam QS Al-Mumtahanah ayat 4, "Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah." 

Ibrahim sangat menjaga akhlak kepada orangtuanya. Ini juga ia ajarkan kepada anak-anaknya. Akhlak menjadi pegangan utama, sehingga nilai-nilai ajaran yang diajarkan bisa menancap dalam hati sang anak. Hati yang teguh dan tulus bisa membuka pencerahan batin yang sangat dinantikan. Bisa melahirkan generasi yang siap berjuang untuk bangsa dan negara. 


Menyemaikan Kedamaian


Kekerasan yang melanda dunia pendidikan harus segera dihentikan. Pendidikan ala Ibrahim bisa menjadi oase bagi proses pembelajaran dalam dunia pendidikan. Ibrahim langsung memberikan keteladanan kepada anak-anaknya, nasihat, mengajak dialog dan berdebat, sehingga pendidikan berlangsung dengan kondusif. Semuanya dilandasi dengan cinta dan kasih sayang serta mencari rida Allah. Dalam diri Ibrahim selalu dipenuhi kedamaian, sehingga pendidikan yang ia jalankan menghasilkan generasi yang cinta damai. Ismail adalah karya nyata Ibrahim dalam menyemaikan kedamaian, sehingga Ismail tidak jadi disembelih, diganti dengan kambing.

Etos pendidikan yang luhur, penuh cinta dan kedamaian inilah yang mesti digerakkan di Indonesia. Kekerasan hanya menjadikan anak sebagai korban. Kalaupun terjadi kekerasan, maka merujuk kepada Ibrahim, semua bisa didiskusikan dengan baik dan penuh kekeluargaan. Apa yang dilakukan Ibrahim menegaskan bahwa pendidikan mestinya didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam Alquran dan al-hadis serta dalam pemikiran para ulama dalam praktik sejarah umat manusia. 


Etos pendidikan ala Ibrahim menjadi penggerak bangsa ini untuk menyelamatkan anak-anak bangsa dari kekerasan. Kita tanamkan kasih sayang dan cinta damai, sehingga anak bangsa menjadi oase bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Senin, 20 Agustus 2018

SOLID GOLD | Merdeka, Berdikari, dan Berdedikasi

Merdeka, Berdikari, dan Berdedikasi
SOLID GOLD MAKASSAR - Saat Salat Jumat minggu lalu saya menemukan sebuah buletin kecil yang dibagikan kepada jamaah sebelum salat dimulai. Saya perhatikan penerbitnya, berciri kelompok penganjur khilafah. Isinya berupa tulisan tentang kemerdekaan, ditulis dalam rangka Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI.

Penulis artikel di buletin itu mengomel soal Indonesia yang katanya belum merdeka. Buktinya, kekayaan alamnya semua diserahkan kepada asing, dan diambil sesukanya oleh pihak asing tersebut. Seharusnya kekayaan alam itu dikelola sendiri, dan kita pakai sendiri, untuk kesejahteraan rakyat. Menurut dia, itu terjadi karena negara ini tidak dipimpin berdasarkan prinsip-prinsip kepemimpinan Islam.

Apa yang sebenarnya terjadi? Pemerintah memberikan hak pengelolaan sumber daya alam, khususnya di bidang pertambangan kepada berbagai perusahaan asing, juga perusahaan negara. Dengan hak itu perusahaan-perusahaan tadi mendatangkan modal, teknologi, dan tenaga ahli untuk menggarap berbagai jenis kekayaan alam kita. Perusahaan berhak menjual hasil garapan itu, dan menyetor sebagian hasilnya kepada pemerintah dalam bentuk royalti dan berbagai jenis pajak. Berapa porsi yang disetor? Nilainya sangat bervariasi, tergantung sektor yang digarap. Sebagian malah tergantung pada kontrak khusus yang dibuat antara investor dan pemerintah.

Mari tinggalkan dulu detail yang rumit soal berapa bagian pemerintah. Yang harus dipahami dulu, istilah "mengambil kekayaan alam" tadi. Perhatikan bahwa kekayaan alam itu tidak menjadi kekayaan apapun selama ia masih di alam. Emas, minyak, tembaga, batu bara, kayu, atau apapun yang ada di alam hanyalah benda-benda yang tidak ada nilainya. Semuanya baru bernilai dan menjadi kekayaan kalau sudah diambil dan diolah.


Lalu, kenapa ada perusahaan asing yang mengolah sumber daya alam kita? Karena kita tidak mampu. Ini mirip dengan situasi saya. Saya punya sebidang sawah. Tapi, saya tidak sanggup menanaminya. Saya tidak sanggup bekerja di bawah terik matahari, mengeluarkan tenaga untuk mencangkul dan membajak sawah. Kalau tidak saya kerjakan, sawah saya tidak akan menghasilkan apapun. Agar ada hasilnya, saya serahkan pada orang lain untuk menggarapnya. Hasilnya kami bagi, dengan komposisi 70 untuk saya, 30 untuk penggarap.

Urusan pengelolaan sumber daya alam yang dibahas di atas tentu jauh lebih rumit dari urusan mengolah sawah. Di atas sudah saya singgung soal tiga hal, yaitu modal, teknologi, dan manusia. Untuk menambang, misalnya, diperlukan modal yang sangat besar. Pekerjaan dimulai dari eksplorasi untuk mencari sumber daya yang ingin diolah. Ini pekerjaan yang membutuhkan waktu lama dan biaya besar. Sudah begitu, risiko bisnisnya tinggi. Untuk eksplorasi perusahaan harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar. Setelah itu tak jarang sumber daya alam yang mereka cari ternyata tidak ada. Puluhan miliar bisa menguap begitu saja.

Selain itu dibutuhkan pula teknologi. Saat eksplorasi, berbagai jenis teknologi diperlukan. Demikian pula saat produksi. Untuk pemetaan, pemboran, pengukuran, pemompaan, dan sebagainya. Semua memerlukan teknologi. Apakah kita punya teknologinya? Tidak. Perusahaan yang berinvestasi tadi tidak hanya punya modal uang, tapi juga teknologi. Mereka menggunakan segenap energi intelektualnya untuk menciptakan berbagai teknologi itu. Jadi ingat, punya uang saja tidak cukup, tapi diperlukan kecerdasan untuk mengelola sumber daya alam.


Kalau kita punya uang, kita bisa saja membeli teknologi. Tapi, teknologi tanpa sumber daya manusia hanya akan jadi onggokan besi-besi yang tidak ada manfaatnya. Teknologi memerlukan manusia untuk menggerakkannya. Manusianya istimewa, yaitu yang punya pengetahuan dan keterampilan. Kalau tidak, bukan hanya kita akan rugi karena operasi bisnis jadi tidak efisien, tapi juga sangat berbahaya. Kesalahan pengeboran, misalnya, bisa berujung pada bencana besar seperti semburan lumpur di Sidoarjo itu.

Pekerjaan di pertambangan tidak hanya memerlukan pengetahuan dan keahlian, tapi juga keberanian. Pekerjaan ini sangat berbahaya. Bekerja di situ artinya seseorang rela mengambil risiko. Hanya orang-orang dengan dedikasi tinggi yang sanggup bekerja di situ. 

Perhatikan bahwa mengolah kekayaan alam kita tidak semudah menulis kalimat-kalimat di artikel buletin. Perlu kerja ribuan kali lipat. Kenyataannya, tak banyak yang mau mengambil kerja itu. Tak banyak pengusaha yang punya cukup modal. Yang punya modal belum tentu mau ambil risiko. Yang mau ambil risiko belum tentu bisa membangun teknologi. Yang bisa membeli teknologi belum tentu punya sumber daya manusia yang bisa mengoperasikan. Yang bisa semua siapa? Ya perusahaan asing tadi.


Urusan perusahaan asing yang mengolah sumber daya alam sering dikaitkan dengan pihak asing yang ingin menguasai sumber daya alam kita. Mereka kafir, yang memang ingin selalu mengambil semua kekayaan kita. Padahal sebenarnya dari sisi lain kita juga bisa melihat mereka sebagai pihak yang menolong kita untuk membuat potensi kekayaan kita menjadi kekayaan nyata. Tanpa mereka, emas, minyak, atau apapun yang ada di perut bumi kita tidak punya manfaat apapun.

Apakah semua itu akan berubah kalau sistem pemerintahan diganti? Tidak. Itu hanya bisa diubah kalau setiap warga negara mau terus belajar sehingga menjadi sosok cerdas yang menguasai teknologi, juga berdedikasi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat dan berbahaya. Hanya dengan cara itulah kekayaan alam kita akan benar-benar kita kuasai dan kita manfaatkan.


Kalau kita kecewa pada kenyataan bahwa kekayaan alam kita belum sepenuhnya bisa kita manfaatkan, maka solusinya adalah kita bekerja lebih keras, lebih cerdas, dan lebih berani lagi. Bukan membangun mimpi kosong soal sistem pemerintahan antah berantah. Juga bukan dengan membangun kebencian kepada pihak lain. Apalagi mencari-cari kesalahan pemerintah. Semua itu tidak akan menyelesaikan masalah. Yang menyelesaikannya adalah kerja keras kita.

Merdeka memang tidak mudah. Ia memerlukan kerja yang berkesinambungan, cerdas, penuh dedikasi

Kamis, 16 Agustus 2018

PT Solid Gold Berjangka | PENGALAMAN SELEKSI KERJA PT. SOLID GOLD BERJANGKA

[Cerita pengalaman proses rekrutmen pekerjaan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya, menurut pandangan saya dan berusaha untuk tidak memihak, menjatuhkan atau mengubah sudut pandang pembaca menjadi negatif terhadap perusahaan. Tujuan tulisan ini semata-mata hanya untuk membagi pengalaman dan memberi gambaran kepada pembaca yang mungkin akan melalui proses rekrutmen yang sama. Selamat membaca dan berpikir secara bijak.] Pengalaman seleksi di PT. SOLID GOLD BERJANGKA ini dimulai saat saya salah masuk Job Fair. Bukan salah masuk sih sebenernya, tapi Job Fair yang saya datangi saat itu tidak sesuai dengan ekspetasi. Job Fair yang saat itu diselenggarakan oleh salah satu SMK Negeri di Jakarta ternyata hanya berisi sedikit perusahaan dan dominan diperuntukkan bagi lulusan SMA/SMK. Sehingga saya masuk ke dalam Job Fair itu tidak sampai 10 menit sudah selesai melihat seluruh perusahaan dan langsung keluar. Untung saja masuknya nggak bayar hehe. Nah, di Job Fair itu saya bertemu dengan PT. Solid Gold Berjangka. Kebetulan stand perusahaan ini berada di paling ujung dekat pintu masuk, jadi saat saya baru masuk ruangan langsung disambut mbak-mbak yang memberikan pamflet lowongan di SGB. Di pamflet itu tertulis beberapa lowongan pekerjaan, tapi saya rasa tidak ada yang sesuai dengan saya karena kebanyakan berhubungan dengan keuangan. Lalu di poin nomor terakhir ada lowongan Management Trainee dan saya tertarik untuk menanyakannya. Kemudian saya duduk di stand dan disambut hangat. Saya menanyakan perusahaan ini bergerak di bidang apa, mbaknya bilang perusahaan di bidang keuangan. Lalu saya bilang kalau saya lulusan Arsitektur, bagian apa dong yang cocok dan bisa saya lamar. Saat itu mbaknya menyarankan saya untuk langsung mencoba bagian Assistant Relationship Manager, dengan alasan saya lulusan S1 dan cantik. Nggak ngerti juga apa hubungannya sama fisik wkwk. Tapi saya mendengar disarankan untuk langsung mendaftar di bagian itu langsung tertarik, karena di pamflet lowongan tersebut bagian ARM termasuk lowongan yang jabatannya paling lumayan. Kemudian saya menanyakan ARM itu emang job descnya ngapain kok mbaknya bisa yakin saya cocoknya mencoba bagian itu. Tapi mbaknya tidak mau menjelaskan karena untuk job desc nanti bisa ditanyakan langsung saat interview. Yasudah saya coba saja mendaftar dan kalau lolos akan langsung diinfokan sore itu juga, dan besoknya langsung interview. Sorenya, saya mendapat telepon dari SGB bahwa saya lolos administrasi dan diminta datang interview keesokan harinya. Saya yang belum paham SGB ini sebenarnya perusahaan apa, akhirnya saya googling dan hasil yang muncul sangat mengagetkan. Banyak sekali artikel yang menjurus mengenai penipuan yang dilakukan SGB. Saya buka web SGB dan artikel-artikel lainnya bukan langsung paham, tapi semakin bingung ini sebenarnya perusahaan apa. Saya baca per kalimat per kata, tapi saya yakin ini bahasa perekonomian yang saya nggak pernah tau hehe. Tapi saat saya share dengan pacar saya, dia bilang sepertinya ini perusahaan saham. Yasudah saya anggap saja seperti itu, walaupun saya juga bingung kenapa mbak yang di Job Fair cuma bilang perusahaan keuangan, dan kenapa banyak sekali artikel penipuan. Tapi saya masih mencoba positive thinking dan datang panggilan interview keesokan harinya. Saya yang sudah diberi info lengkap lokasi tes langsung tau dimana tempatnya karena kantor SGB ini berada di gedung office dan apartment yang berseberangan dengan salah satu mall di pusat Kota Jakarta. Saat saya keluar dari lift dan melihat penampakan resepsionis kantor SGB… Wow! Kemudian masuk ke area kantor, menuju ruang peserta… WOW! Saya mau kerja di kantor ini! Super zuper cozy banget nget! Kantornya besar dengan banyak ruangan yang besar-besar juga, dan tiap ruangan juga diisi banyak sekali karyawan. Pikirannya saya semakin positif dan menganggap ini perusahaan besar yang nggak mungkin melakukan penipuan. Penipuan itu pasti cuma karena kesalahpahaman. Apalagi ini perusahaan di bidang keuangan, saham dan hal-hal sensitif seperti itu. Begitu pemikiran saya saat itu. Saya masuk ke ruang yang ternyata itu ruang khusus training room, khusus untuk pendaftar kerja dan tes seleksi karyawan baru. Ruangannya seperti ruang meeting dengan meja kotak dan kursi-kursi mengelilingi, serta LCD proyektor yang canggih hehe. Disitu peserta disuruh duduk dan menunggu dipanggil satu persatu untuk dibawa ke ruang atasan yang langsung akan menginterview. Herannya saat itu saya datang tidak terlalu awal tapi malah cepat dipanggil hehe. Saya langsung dibawa ke sebuah ruang di dekat resepsionis. Ruangan itu lebih tertutup dibanding ruang lainnya karena tidak memiliki jendela dan berukuran lebih kecil. Begitu dibukakan pintu, ternyata ruangan itu hanya berisi 1 orang wanita yang sepertinya sudah memiliki jabatan tinggi di SGB. Yang saya perhatikan saat itu komputer di meja ibu tersebut menampilkan grafik yang terus bergerak. Walaupun saya tidak paham, tapi saya merasa itu grafik saham dan sejenisnya. Jadi saya semakin yakin perusahaan ini memang bergerak di bidang saham. Dari awal saya masuk ruangan tersebut, ibu yang akan menginterview saya ini sangat ramah dan berkali-kali memuji saya cantik sekali. Haha bukan cuma bikin kepedean, tapi ini jadi poin penambah kepercayaandiri saya, sampai saya bingung harus menjawab seperti apa ketika ibu tersebut lagi-lagi memuji saya cantik. Beberapa saat setelah saya duduk di hadapannya, ibu tersebut membaca berkas lamaran saya dan menanyakan sedikit tentang saya. Tentang pendidikan, tempat tanggal lahir, dan memastikan saya melamar posisi apa. Ibunya juga menanyakan apa saya sudah tau job desc posisi tersebut, kemudian saya ceritakan yang dibilang mbak penjaga stand saat Job Fair. Lalu ibu tersebut mengiyakan dan bilang untuk posisi dan job desc nanti akan disesuaikan dengan hasil psikotest. Jadi hari itu cukup interview sebentar hanya untuk mencocokan kebenaran berkas dengan kehadiran peserta, kemudian saya diberi kesempatan untuk mengikuti psikotest keesokan harinya. Begitu informasi yang ibu tersebut berikan. Tidak sampai 15 menit saya sudah selesai dan boleh pulang. Keesokan harinya, saya datang kembali untuk mengikuti psikotest. Di kantor yang sama dengan ruang yang berbeda karena psikotest ini diikuti seluruh peserta, kurang lebih 50 orang, dan harus duduk layaknya tes. Sehingga peserta ditempatkan di ruangan yang sudah di setting dengan kursi tes yang berjejer-jejer, tapi ruangan ini tidak kalah nyamannya dengan ruang sebelumnya. Sambil menunggu tes dimulai, ada satu hal lagi yang saya kagumkan pada kantor SGB. Setiap hari non stop terdapat alunan musik yang dipasang melalui speaker kantor. Setiap pagi musik yang terpasang adalah sholawat dan lagu-lagu islami, kemudian agak siang dilanjutkan dengan lagu-lagu pop barat terkini. Saya yang seorang muslim dan masih muda merasa mengapresiasi suasana kantor yang seperti itu. Kemudian psikotest dimulai dengan dipandu oleh mbak-mbak HRD. Saat tes berlangsung, ada lagi yang saya kagumkan dari ruangan kantor ini. Bukan hanya ACnya yang sejuk dan nyaman, LCD yang digunakan ternyata canggih dengan sistem papan LCD yang sangat besar, touchscreen dan menggunakan spidol dan penghapus khusus yang memudahkan pemandu dalam memandu jalannya tes. Mungkin di kantor-kantor lain sudah banyak yang menggunakan ini ya. Tapi bagi saya yang baru pertama kali tau, ini sangat memukau hehe. Tapi………… ada yang saya sayangkan dan herankan pada psikotest SGB ini. Psikotest seleksi kerja yang menurut saya merupakan tes yang formal dan sakral ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Psikotest ini terdiri dari beberapa bagian tes. Pada bagian tes koran/pauli, mbak-mbak pemandu tidak hanya memberikan penjelasan di awal, tapi sejalan dengan berjalannya tes malah keliling untuk memberi arahan langsung kepada peserta tes yang kurang paham. Dan itu tidak hanya satu-dua peserta yang tidak paham dan dibimbing pengerjaannya, tapi banyak sekali. Sehingga tes ini yang seharusnya ada waktu tertentu untuk memberi batas garis, malah seperti lamaaa sekali karena mbak-mbak pemandunya sibuk membantu banyak peserta. Kemudian pada psikotest bagian DISC, yang seperti tes kepribadian ada 4 poin itu, baru kali ini saya melakukan test DISC yang langsung dikoreksi dan dinilai sendiri. Jadi yang biasanya saya hanya mendapatkan 1 lembar kertas pada tes DISC, tapi saat di SGB ini saya mendapatkan 3 lembar kertas tes DISC. Lembar pertama sama seperti tes DISC lainnya yaitu poin-poin yang harus kita pilih mana yang ‘paling’ dan mana yang ‘kurang’. Lembar kedua berisi simbol-simbol, dan peserta diminta untuk memindahkan jawaban DISC di halaman pertama ke simbol-simbol di halaman kedua. Lalu lembar ketiga berisi kolom score penghitungan jumlah simbol, yang dibawahnya langsung dibentuk grafik. Walaupun secara umum peserta tidak akan tau maksudnya, tapi dari hasil score dan grafik itu sebenarnya bisa membuat peserta membaca bagaimana strategi mengerjakan DISC. Kemudian saat bagian tes selanjutnya yaitu tes gambar. Tes ini ada sekitar 40 soal yang akan muncul di layar LCD. Tiap soal sudah memiliki waktu otomatis sendiri, jadi setiap beberapa menit soal akan otomatis berganti ke soal berikutnya. Model soal ini ada beberapa gambar sebagai soal, kemudian peserta disuruh memilih jawaban gambar mana yang cocok untuk menjadi gambar yang kosong atau cocok untuk melanjutkan gambar sebelumnya. Nah, karena pada saat tes ini soal sudah otomatis berjalan, mbak-mbak pemandu tidak menjaga ruangan sehingga peserta sangat gaduh dengan saling berdiskusi dengan temannya apa jawaban yang menurut mereka benar. Suasana seperti itu sangat menganggu konsentrasi. Model psikotest di SGB ini yang saya sayangkan dan herankan. Perusahaan besar seperti ini kenapa model psikotestnya seperti tidak ada sakralnya sama sekali. Seolah tes ini hanya formalitas saja. Namun, saya tetap berpositive thinking menganggap mungkin karena peserta yang mengikuti psikotest di SGB ini dari berbagai kalangan, jenjang pendidikan dan banyak yang belum memiliki pengalaman psikotest. Setelah psikotest selesai, diumumkan bahwa hasil akan diumumkan besok. Seluruh peserta diminta hadir kembali besok untuk mengikuti pengarahan perusahaan atau semacam presentasi perusahaan. Singkat cerita, esok harinya dilaksanakan presentasi perusahaan oleh HRD SGB, seperti bapak koordinator. Presentasinya sangat menarik dimulai dari jam 9.00 sampai 12.00 tanpa rasa bosan sama sekali, karena bapaknya seolah lebih banyak menceritakan real story yang menarik perhatian peserta. Dari presentasi tersebut, sudah bisa menyimpulkan sebenarnya SGB perusahaan apa, bergerak di bidang apa, tapi tetap belum jelas apa yang harus dikerjakan di perusahaan tersebut. Setelah presentasi selesai, ada beberapa staff yang masuk dan membawa daftar nama peserta. Tiap staff memanggil nama-nama di daftar masing-masing dan diminta untuk mengikuti. Kebetulan saya dipanggil oleh staff terakhir, sehingga tetap berada di ruang tersebut bersama sekitar 30 orang (paling banyak dibanding yang lainnya). Kemudian mbak staff tersebut menjelaskan bahwa kami semua lolos tes dan sudah dibawa menjadi tiap-tiap divisi. Ada seorang peserta yang menanyakan apa memang semua yang dipanggil tadi lolos? Dan ternyata, iya, semua peserta yang hari itu hadir lolos. Entah lalu apa manfaat dari rangkaian tes sebelumnya. Kemudian mbak tersebut menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan berikutnya adalah 2 hari pengarahan dan 1 bulan training. Pengarahan langsung dimulai besok untuk menjelaskan lebih detail tentang perusahaan, job desc, gaji, dll. Keesokannya saya datang untuk menghadiri pengarahan hari pertama. Disini segala keyakinan saya tentang nikmatnya perusahaan ini mulai runtuh. Saat pengarahan langsung dipimpin oleh Kepala Divisi yang melakukan presentasi mulai dari cerita pengalaman beliau masuk ke SGB, apa itu SGB, gaji yang dia dapat saat awal dan gaji terbesar, kemudian sistem kerja, serta job desc dan gaji. Disini saya merasa sedikit kecewa, tapi perusahaan ini memang dari awal tidak pernah salah. Memang benar saya diarahkan menjadi Assistant Relationship Manager, karena memang bagian itu adalah posisi paling bawah untuk kemudian naik melalui jenjang karir ke posisi Manager yang juga banyak tingkatannya. Kemudian untuk job desc, kami harus mencari data sebanyak-banyak untuk melakukan kontak dan sosialisasi produk dari Kementrian Perdagangan, berupa saham dan emas. Dari tiap produk yang dapat kita closing (laku) maka akan mendapat komisi langsung dari Pemerintah. Mungkin memang gaji pokoknya nggak seberapa, malah untuk posisi Asisten Manager belum sampai UMK Jakarta, tapi komisi itu yang akan membuat nominal gaji jadi luar biasa. Semakin banyak closing, semakin tinggi komisi yang didapat. Nah, sayangnya saya bukan tipe orang yang bisa bekerja dengan sistem seperti itu. Disinilah keraguan saya memuncak, apalagi ditambah data awal yang harus digunakan untuk dihubungi adalah kerabat terdekat seperti keluarga, teman, saudara, tetangga, pokoknya semua orang yang kita kenal dan berpotensi. Wah saya semakin nggak bisa. Dimulailah masa galau saya. Antara ingin melepas (lagi) karena tidak akan nyaman dan ingin mencoba karena sudah bosan menganggur. Hari kedua pengarahan, hari pertama training dan hari kedua training saya tidak datang, karena kebetulan ada acara keluarga di luar kota dan tidak enak badan. Pada hari ketiga training saya mencoba menghubungi mbak SGB untuk menanyakan apa saya masih bisa hadir ke kantor, dan ternyata dibolehkan. Saya datang dan langsung beradaptasi dengan pekerjaan yang harus saya lakukan. Kagetnya, dari sekitar 30 orang peserta baru di divisi saya, hanya 4 orang (termasuk saya) yang masih bertahan dan hadir di SGB hari itu. Saya mencoba bertahan dengan sistem kerja yang bukan saya banget. Saat itu saya baru diminta untuk menulis data kontak kerabat terdekat yang sekiranya mau diajak dan mendengarkan sosialisasi SGB. Saya tulis saja beberapa keluarga, dosen dan orang-orang lain yang kontaknya saya dapat dari teman. Tapi disini saya semakin merasa terpaksa. Saya merasa seperti orang yang sangat memanfaatkan orang lain dan menjual data pribadi saya kepada perusahaan. Saya yang biasanya menghubungi teman-teman murni untuk urusan pertemanan, kali ini saya rela pasang muka tembok menghubungi banyak teman saya hanya untuk meminta kontak dosen atau bos mereka. Hari itu karena seharusnya hari cuti bersama, jadi SGB hanya masuk setengah hari sampai jam 1. Kemudian dilanjutkan materi sampai jam 4. Sama aja nggak masuk setengah hari ya haha. Katanya, memang setiap hari setelah kerja akan ada materi, untuk hari biasa dimulai jam 4. Saat itu materi diisi salah satu Manager di divisi saya juga, menjelaskan tentang cara presentasi kepada calon nasabah saat sosialisasi. Dari sekian panjang materi beliau, ada satu kalimat beliau yang saya jadikan quote saat itu juga dan membuat saya sadar. “Setiap orang pasti punya jatah gagal. Jadi jangan sedih saat kamu sudah berkali-kali mencoba dan masih belum berhasil. Itu tandanya Tuhan menyuruh kamu habiskan dulu jatah gagalmu. Baru setelah itu kamu rasa nikmatnya berhasil/sukses.” Dan entah kenapa kegalauan saya beberapa hari untuk melepas kesempatan kerja di SGB jadi lenyap. Saya jadi yakin untuk tidak memaksakan diri di SGB. Mungkin Allah memang belum memberikan pekerjaan untuk saya karena saya sudah diberi banyak keberhasilan sejak dulu, dan sekarang saya harus menghabiskan jatah gagal saya sebelum merasakan keberhasilan lagi. Buat pembaca yang mungkin akan menjadi staff SGB, jangan terpengaruh dengan berita-berita yang membicarakan minusnya SGB. Semua perusahaan pasti memiliki plus minus. Menurut saya, jika ada orang yang berpotensi dan bisa bekerja dengan sistem kerja SGB yang seperti itu, saya yakin 100% jalannya akan sangat amat sukses. Karena saya melihat langsung bukti nyata orang-orang di SGB yang penghasilan mereka bukan lagi satuan atau belasan juta. Sayangnya saya justru memiliki kekurangan di bidang perusahaan ini, jadi saya harus melewatkan kesempatan jadi konglomerat ekspress :’) - PT SOLID GOLD BERJANGKA

Rabu, 15 Agustus 2018

SOLID GOLD BERJANGKA | Generasi yang Menelan Sejarah Sintetis

Generasi yang Menelan Sejarah Sintetis
SOLID GOLD BERJANGKA MAKASSAR - Tulisan bertajuk Anak Muda Mental Penjilat ?dipublikasikan Tsamara Amany, Ketua DPP PSI, beberapa waktu lalu. Saya, yang boleh dibilang satu generasi dengan Mbak Tsamara, secara lapang dada akan menerima kritik para sejarawan tentang kebutaan generasi kami atas cerita bangsa sendiri. Sebab dalam tulisan tersebut, Tsamara yang membandingkan kondisi saat ini dengan era jebrol dan koitnya Orde Baru (Orba), 1966, dan 1998 gagal melukiskan sejarah secara faktual dan diakronis.

Selain berkali-kali menggunakan frasa 'Orde Lama', Tsamara menyebutkan bahwa kebebasan anak muda dalam memberi masukan dibatasi pada masa Demokrasi Terpimpin. Tsamara menambahkan bahwa Sukarno mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden seumur hidup. Cerita-cerita yang kami yakini merupakan bagian mutlak dari sejarah, yang ternyata, tanpa kami tahu, hanyalah hafalan propaganda bikinan Orba. Andaikata Tsamara menyematkan kata 'PKI' di belakang singkatan G30S, maka komplit sudah refleksi produk indoktrinasi Soeharto and the gang.


Selama ini, dalam periodisasi sejarah yang kami pahami, ada satu kurun waktu sebelum tahun 1966 bernama Orde Lama. Kami tak pernah tahu bahwa istilah itu justru disematkan setelah Sukarno turun--atau diturunkan--dari jabatannya. Bahwa Sukarno, dalam pidatonya pada 6 September 1966, justru menganggap zaman pra kemerdekaan itulah yang disebut dengan orde kolonial. Orde kapitalis. 'Orde lama'. Masa setelah kemerdekaan, itulah orde baru. Kami tak pernah tahu bahwa Orde Lama adalah nama yang dipilihkan Soeharto. Frasa itu digunakannya di setiap kesempatan, lengkap dengan doktrin bahwa Orde Lama menyelewengkan segala hal: Pancasila, cita-cita perjuangan, cita-cita kemerdekaan, cita-cita rakyat, dll, dsb. Pokoknya Orde Lama itu, sesuai namanya, kuno; tua; usang!


Selalu, kami dijejali narasi bahwa era Demokrasi Terpimpin sama kelamnya dengan Orde Baru. Kami menganggap, diangkatnya Sukarno sebagai presiden seumur hidup mengukuhkan bukti bahwa Sukarno dan Soeharto sama-sama diktator. Saking melekatnya stigma itu, kami--bahkan seorang ketua DPP sebuah partai sekalipun--seringkali lupa bahwa Sukarno tidak pernah mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden seumur hidup. Chaerul Saleh, AM Hanafi, dan Kolonel Suhardiman melalui Ketetapan MPRS-lah yang mengangkatnya. Bahwa pengangkatan ini adalah upaya membendung kemenangan PKI oleh beberapa tokoh Angkatan 45 dan sayap kanan melalui jalur parlementer, tidak banyak disinggung di ruang kelas.

Kalau saja tidak membaca Catatan Seorang Demonstran-nya Soe Hok Gie, mungkin sampai sekarang saya masih menganggap anak muda di era Demokrasi Terpimpin, seperti halnya di era Orde Baru, tak diberi tempat dalam politik. Kami membayangkan sistem Demokrasi Terpimpin Sukarno, meminjam istilah Tsamara, "membuat anak muda tak bisa dengan leluasa memberikan masukan". Pada masa Demokrasi Terpimpin, kebebasan pers mengalami dekadensi. Media yang dianggap Nekolim (neokolonialisme dan imperialisme) dibreidel. Partai-partai politik dikubur. Sukarno adalah pemimpin narsis dan anti-kritik. Titik.


Yang kami tidak tahu, gerakan politik pemuda justru sangat dinamis pada era Demokrasi Terpimpin. Rupa-rupa gerakan politik mahasiswa dari berbagai spektrum ideologi lahir di era ini. Ternyata, sejak awal, anak muda selalu punya tempat dalam politik dan satu-satunya rezim yang menutup rapat gerakan politik pemuda adalah Orde Baru. Menengok catatannya Gie, setidaknya saat Angkatan 66 mulai menggempur Sukarno dan menteri-menterinya melalui demonstrasi, mereka tidak dibunuh, dihilangkan, atau dibui tanpa diadili. Kami tidak tahu bahwa Sukarno turut memantik suluh pergerakan pemuda melalui jargon-jargon semacam 'revolusi belum selesai'. 

Yang kami tahu hanyalah suluh itu membakar Sukarno sendiri melalui Tritura. Bagian ini sepertinya tidak perlu saya uraikan, Tsamara dan buku-buku sejarah cetakan Orba sudah memuatnya.


Contoh-contoh dalam tulisan Tsamara itu jika ditarik hingga masa pra kemerdekaan dan masih ditulis oleh kami, generasi yang menelan sejarah sintetis, tentu akan menjadi bukti keberhasilan propaganda Orba yang sempurna. Kami akan menulis peranan golongan muda dalam kemerdekaan Indonesia, yakni Chairul Saleh, Soekarni, Wikana, Adam Malik, dan pemuda lainnya. 'Pemuda lainnya'. Sebab dalam ingatan kami, tak ada tempat untuk nama DN Aidit yang justru menggagas sebuah pertemuan setelah ia mendengar kabar menyerahnya Jepun pada Sekutu dan mengusulkan Sukarno sebagai Presiden Indonesia. Oleh sebab itu, yang paling kami ingat dari Aidit hanyalah statusnya sebagai Ketua CC PKI terakhir. Juga kalimat "Djawa adalah koentji!" dalam propaganda lain yang efeknya tak kalah dahsyat: Pengkhianatan G30S/PKI.


Akhir kata, seperti Tsamara, saya pun ingin meminjam sajak legendaris Wiji Thukul, tapi dengan sedikit permak di sana-sini. Kira-kira begini:

Apabila propaganda direproduksi tanpa dibenahi / Sudut pandang berbeda dilarang tanpa alasan / Dibodoh-bodohi sejarah sintetis dan doktrin baheula / Maka hanya ada satu kata: Lawan!

Selasa, 14 Agustus 2018

SOLID BERJANGKA | Komandan Seskoal Serukan Kerja Sama Internasional Hadapi Unmanned System di Laut

https: img-o.okeinfo.net content 2018 08 14 337 1936140 komandan-seskoal-serukan-kerja-sama-internasional-hadapi-unmanned-system-di-laut-b8q5xkjb5h.jpg
SOLID BERJANGKA MAKASSAR - Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal) Laksda TNI Dr Amarulla Octavian, ST, MSc, DESD, menyampaikan pandangan terkait kerja sama maritim di masa mendatang. Hal itu ia ungkapkan dalam kesempatan menjadi pembicara utama forum internasional Ikatan Pertahanan Indonesia-Australia (IKAHAN) pada Senin 13 Agustus 2018 di Hotel Fairmont.


Laksda Amarulla mengatakan, konsep kerja sama maritim ke depan sangat dipengaruhi dinamika lingkungan strategis wilayah perairan Asia Tenggara dan perkembangan teknologi, terutama penggunaan Unmanned System di laut.

Teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV), Unmanned Surface Vehicle (USV), dan Unmanned Sub-Surface Vehicle (USSV) sendiri telah digunakan oleh berbagai angkatan laut di kawasan Indo-Pasifik.
Di sisi lain, hukum laut internasional yang ada belum mengatur sama sekali bagaimana kapal perang dan coast guard harus bereaksi menghadapinya.



Dalam kesempatan sama, Kepala Staf Angkatan Laut Australia Vice Admiral Michael Noonan juga menyampaikan pandangan Royal Australian Navy (RAN) ke depan, sesuai tajuk 'TNI AL-RAN Shared Maritime Interests, Opportunities, and Challenges'. 



Pada sesi diskusi, peserta forum sangat antusias membahas berbagai peluang kerja sama maritim di masa mendatang. Tidak saja antar-Angkatan Laut, tetapi juga dengan Angkatan Udara dan komponen lain yang berwenang di laut.

Forum internasional ini dihadiri sebanyak 70 peserta yang terdiri dari para alumni pendidikan di Australia dan di Indonesia.


Hadir pula Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan, mantan KSAU Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia, Marsekal TNI (Purn) Imam Sufaat, mantan Kabakamla Laksdya TNI Dr D.A. Mamahit, MSc, dan beberapa perwira tinggi serta perwira menengah TNI lainnya dan mahasiswa dari Universitas Pertahanan.


Berbagai peluang kerja sama maritim juga sempat disinggung untuk menjadi kajian Pusat Kajian Maritim (Pusjianmar) Seskoal sebagai rekomendasi untuk pemerintah.          

Senin, 13 Agustus 2018

SOLID GOLD | Kominfo Kerahkan Telepon Satelit di Wilayah Gempa Lombok

Foto: Kominfo
SOLID BERJANGKA MAKASSAR - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui Badan Aksesibilitas Teknologi Informasi (BAKTI) mengerahkan telepon satelit dalam mendukung akses telekomunikasi yang mengalami kendala di wilayah gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Disebutkan BAKTI akan menambah 21 unit telepon satelit untuk mendukung koordinasi penanganan di Lombok. Pada Senin (13/8) akan ada 11 unit telepon satelit yang dikirimkan ke Lombok oleh BAKTI, sementara sisanya akan menyusul pada Rabu (15/8).


Sebelumnya BAKTI telah menambah dua unit VSAT Portable dan dua akses internet kabel fiber untuk digunakan dalam penanganan bencana  gempa bumi. Dua unit VSAT dipasang di Posko Kantor Lurah Lingsar dan Posko BNPB di Kabupaten Lombok Utara. Sedangkan akses internet kabel fiber digunakan di media center dan Posko Loloan Kecamatan Bayan.

Adapun sembilan unit VSAT Portable yang disediakan oleh BAKTI Kominfo sejak tanggal 3 Agustus 2018 masih bisa beroperasi dan digunakan untuk mendukung pos koordinasi penanganan bencana.



Dijelaskan bahwa VSAT Portable itu ditempatkan di Posko Madayin, Sembalun, BNPB Lombok Utara, Kantor Bupati Lombok Utara, Desa Mentareng, Desa Obel-Obel, Sankareang, Sambik Elen, Bayan dan Desa Pamenang masih bisa beroperasi dan digunakan untuk mendukung koordinasi penanganan bencana. 

Kementerian Kominfo juga telah memfasilitasi Posko Media Center di Lapangan Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Fasilitas ini bisa dimanfaatkan para wartawan untuk membantu tugas jurnalistik mereka.



Kondisi Terkini Jaringan Telekomunikasi

Seperti diketahui, sejak seminggu yang lalu, gempa berkekuatan 7 skala Richter(SR) di Lombok berdampak terhadap 835 dari 944 base station 2G, 3G, dan 4G yang kini dikatakan sudah pulih dan bisa digunakan dalam melayani kebutuhan telekomunikasi.



Hingga Minggu siang ini, terdapat 109 base station yang masih belum digunakan. Pemulihan base station yang terkendala karena pasokan listrik dan distribusi BBM untuk genset terus diupayakan.

Base station di Gili Meno sudah bisa digunakan kembali setelah dilakukan penggantian receiver modul. Di Bayan dan Sembalun Lombok Utara, base station kembali bisa digunakan setelah didukung pasokan listrik dari genset portabel yang disiapkan oleh operator telekomunikasi. Satu unit mobile BTS juga dioperasikan di Tanjung Teros, Lombok Utara.



Upaya operator telekomunikasi untuk pemulihan layanan dilakukan pula dengan cara mobilisasi radio power ke Lombok Utara. Selain itu, operator telekomunikasi juga melakukan integrasi jaringan yang menghubungkan pulau lain agar bisa tetap memberikan layanan telekomunikasi kepada pelanggan seluler di Lombok dan Bali. 

Perbaikan base station ke beberapa daerah terdampak relatif parah karena gempa bumi, belum bisa dilakukan karena pertimbangan keselamatan dan keamanan yang ditetapkan pihak berwenang.

Jumat, 10 Agustus 2018

PT SOLID GOLD BERJANGKA | Persoalan Pembayaran Elektronik Hambat Perkembangan Streaming Musik

Persoalan Pembayaran Elektronik Hambat Perkembangan Streaming Musik
PT SOLID GOLD BERJANGKA MAKASSAR - Maraknya internet membuat cara orang mendengarkan musik berganti. Penurunan penjualan musik secara fisik disinyalir menyebabkan turunnya pendapatan artis. 


Musisi dan produser Once Mekel melihat hal tersebut dari sudut pandang lain. Baginya, salah satu hal yang menjadi persoalan dari dijualnya musik secara streaming adalah belum siapnya Indonesia dalam menggunakan uang elektronik. 


"Memang (perubahan cara mendengarkan musik) itu bukan hanya di Indonesia, di seluruh dunia juga begitu. Tapi di negara maju tetap bisa berjalan ketika orang-orang sudah bisa melakukan pembayaran dengan teknologi baru dengan melakukan electronic payment. Sedangkan masyarakat kita belum terbiasa melakukan pembayaran elektronik," ungkap Once Mekel saat ditemui di Cilandak, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Once Mekel.  
Untuk membeli atau berlangganan musik secara streaming, pengguna memang harus membayarnya menggunakan pembayaran elektronik. Ada beberapa layanan yang mensyaratkan pembayaran kartu kredit atau debit untuk dapat menikmati layanan streaming, 


Sayangnya tidak semua penikmat musik memiliki kartu kredit atau debit. Hal ini menjadikan penggemar musik mencari alternatif mendengarkan musik yang lain ketimbang harus membelinya. 

"Jadi sekarang kita menunggu era baru dimana banyak transaksi elektronik, sehingga akan ada banyak pembelian musik secara digital," ujar Once. 


Namun rupanya menurut Once, selain hal-hal di luar musik, adapula alasan lain di dalam industri yang dapat membuat musisi memperoleh porsi yang kecil dari musik yang ia hasilkan. 


"Memang ada pihak-pihak yang terlalu spekulan dalam bermusik, jadi musisi mendapatkan porsi yang sangat sedikit. Tapi sebenarnya persoalan ini sudah ada dari dulu. Makanya sekarang (saat menjadi produser) saya selalu berpegangan, siapa yang bekerja keras, siapa yang berkarya, dia yang harus dapat paling banyak," tutur Once.

Kamis, 09 Agustus 2018

PT SOLID BERJANGKA | Pundi Uang Snapchat Tumbuh Subur, Tapi 3 Juta Pengguna Kabur

Ilustrasi Snapchat. (Foto: GettyImages/Carl Court)
SOLID BERJANGKA MAKASSAR - Di kuartal kedua 2018 ini, Snapchat dilaporkan telah kehilangan tiga juta pengguna aktifnya. Angka tersebut turun 2% dari 191 juta di kuartal sebelumnya, sehingga pengguna harian yang aktif di Snapchat tinggal 181 juta.


Padahal, saham perusahaan tersebut sedang naik. Kuartal pertama pada periode tiga bulan dari April hingga Juni, pendapatan Snap naik 44% year on year menjadi USD 262 juta. Angka tersebut bahkan melampaui perkiraan analis keuangan Wall Street yang memperkirakan sebesar USD 250 juta. 



Kerugian bersih Snap pun jadi 14 sen per saham. Padahal, Wall Street memperkirakan perusahaan tersebut akan kehilangan 17 sen per-saham.



Pendiri dan CEO Snap Evan Spiegel mengatakan, turunnya jumlah pengguna Snapchat disebabkan pengguna menolak desain ulang yang dilakukan Snapchat awal tahun ini. Bahkan, pengguna sampai membuat petisi untuk meminta tampilan Snapchat yang lama dkembalikan.



"Sudah sekitar enam bulan sejak kami meluncurkan desain baru pada aplikasi dan kami telah bekerja keras meningkatkan Snapchat berdasarkan respon dari komunitas kami. Kami merasa bahwa sekarang telah mengatasi frustrasi besar yang sedang kami alami," kata Evan. 

Mendengar dan ingin sekali membuat lebih banyak kemajuan dalam kesempatan luar biasa yang sekarang kami miliki untuk menunjukkan lebih banyak konten yang tepat kepada orang yang tepat," lanjutnya.



Selain sebagai layanan media sosial, Snapchat juga menjual kacamata yang bernama Spectacles. Selama kuartal ini, perusahaan meluncurkan lini terbaru yang mencakup video HD dan anti air. Kacamata ini dijual seharga USD 149,99.