Kamis, 07 Desember 2017

PT SOLID BERJANGKA | Amerika Serikat Resmi Umumkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Kunjungan Wakil Sekjen PBB ke Korut Buka Harapan Baru


https: img-k.okeinfo.net content 2017 12 07 18 1826455 amerika-serikat-resmi-umumkan-yerusalem-sebagai-ibu-kota-israel-kunjungan-wakil-sekjen-pbb-ke-korut-buka-harapan-baru-w9SABjO6AJ.jpg
PT SOLID BERJANGKA MAKASSAR - KONFLIK terjadi di berbagai belahan dunia dan menciptakan keresahan internasional. Palestina dan Israel yang telah terlibat konflik kurang lebih selama 60 tahun kini kembali memanas. Hal ini dipicu oleh Amerika Serikat (AS) telah mengakui Yerusalem atau Al Aqsha sebagai Ibu Kota Israel.

Rencana ini tentunya ditolak mentah-mentah oleh pihak Palestina. Langkah tersebut juga telah memunculkan reaksi negatif dari sekutu-sekutu Negeri Paman Sam di Timur Tengah, seperti Arab Saudi.

Konflik lainnya yang juga memanas dan masih melibatkan AS adalah tentang rudal Korea Utara (Korut). Sebagaimana diketahui, negera tertutup itu kembali meluncurkan rudal pada Rabu 29 November. Rudal balistik Hwasong-15 diklaim akan mampu menghantam seluruh daratan negeri adidaya itu.

Hal ini juga tak pelak memicu keresahan internasional. Sebuah angin segar berembus ketika Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBB untuk urusan politik, Jeffrey Feltman dilaporkan mengunjungi Korut. Momen ini dinilai akan menghidupkan lagi harapan mediasi untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea. Sebab, kunjungan itu dilakukan atas undangan dari pihak Korea Utara. 

Amerika Serikat Resmi Umumkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel
Otoritas Negeri Paman Sam resmi mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Hal ini disampaikan, Presiden Donald Trump dalam pidato khususnya di Gedung Putih. Presiden berusia 72 tahun itu menekankan bahwa keputusan tersebut pada dasarnya merupakan 'langkah yang telah lama terlambat.'

AS juga mengonfirmasi rencana mereka untuk memindahkan Kedutaan Besar (Kedubes) di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, setidaknya membutuhkan 3 tahun untuk proses pemindahan kedutaan besar AS ke Yerusalem. 

Beberapa negara sahabat termasuk negara Muslim sekutu AS telah mengecam keputusan tersebut. Kecaman datang dari Maroko dan Kerajaan Yordania. Raja Maroko Mohammed VI menegaskan kembali dukungan kuat dan tak tergoyahkan pihak Maroko untuk orang-orang Palestina dalam mempertahankan hak-hak mereka dan hak-hak yang sah, terutama mengenai status Yerusalem.

Kemudian Raja Arab Saudi, Salman Abdulaziz yang merupakan sekutu dekat AS mengatakan, deklarasi Yerusalem akan "membahayakan proses perundingan perdamaian dan ketegangan eskalasi di wilayah ini (Timur Tengah)." Tak ketinggalan, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa langkah tersebut akan "dimainkan oleh tangan-tengan kelompok teror". Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson menyampaikan rasa keprihatinan atas keputusan tersebut.


 Kerajaan Yordania yang mengelola situs suci umat Islam di Yerusalem, menyatakan bahwa pemindahan Kedubes itu akan berakibat fatal bagi kawasan. Pemindahan juga akan mengganggu upaya AS dalam mendorong perundingan damai Israel-Palestina. Pengumuman status Yerusalem itu telah memicu kemarahan Muslim di seluruh dunia.

Sejauh ini, negara-negara yang telah mengeluarkan pernyataan resmi setelah pengumuman status Yerusalem yaitu terdiri dari Iran, Mesir, Arab Saudi, Turki, Prancis, Maroko dan Inggris yang telah menegaskan tak akan mengikuti imbauan PM Israel untuk memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem. Selain itu, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyesalkan keputusan Negeri Paman Sam tersebut.

Wasekjen PBB urusan politik, Jeffrey Feltman akhirnya menginjakan kakinya di tanah Korut. Ia datang ke negara yang dipimpin sang diktator muda, Kim Jong-un guna memenuhi undangan. Undangan kunjungan untuk Feltman dikeluarkan Korut di sela-sela pertemuan tahunan para pemimpin dunia di New York pada Semptember lalu.

Mantan pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS itu diketahui merupakan pejabat tertinggi PBB pertama yang berkunjung ke Korut sejak 2012. Ia rencananya akan berada di Korut selama 4 hari akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ri Yong-ho untuk membahas kepentingan serta keprihatinan bersama.  
Seorang pejabat PBB yang namanya dirahasiakan menuturkan, kunjungan Feltman itu membawa harapan yang kecil sekaligus tinggi tentang perundingan damai dengan Korut. Pihak PBB sendiri menyatakan, akan mencari cara untuk mengurangi ketegangan dan terobosan atas ketegangan yang tercipta di Semenanjung Korea.

 BACA JUGA : PT SOLID BERJANGKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar