PT SOLID BERJANGKA MAKASSAR - Harga minyak mengalami reli pada perdagangan hari Rabu (14/2/2018)
menyusul laporan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang naik lebih
lambat dari perkiraan. Kenaikan itu juga didorong pernyataan Menteri
Energi Arab Saudi Khalid al-Falih bahwa para produsen besar minyak lebih
memilih pasar yang lebih ketat daripada terlalu cepat mengakhiri
kesepakatan pengurangan suplai.
BACA JUGA : Solidgold
Pasar minyak global juga diuntungkan oleh pelemahan dolar AS di mana indeks dolar turun 0,7% setelah angka inflasi AS yang lebih tinggi dari konsensus diumumkan, dilansir dari Reuters.
Pasar minyak global juga diuntungkan oleh pelemahan dolar AS di mana indeks dolar turun 0,7% setelah angka inflasi AS yang lebih tinggi dari konsensus diumumkan, dilansir dari Reuters.
Harga minyak biasanya bergerak berlawanan arah dengan dolar dan sejalan
dengan harga saham. Indeks-indeks acuan Wall Street ditutup naik lebih
dari 1% hari Rabu.
“Faktor fundamental hari ini sangat kuat,” kata Richard Hastings, macro strategist di Seaport Global Securities. “Di saat yang sama, dolar juga sedikit melemah karena data inflasi dan itu menjadi sebab reaksi harga [minyak] hari ini.”
Brent naik 2,6% menjadi US$64,36 (Rp 877.162) per barel sementara West Texas Intermediate (WTI) naik 2,4% menjadi $60,60 per barel.
BACA JUGA : Solidgold Berjangka
Data Kantor Informasi Energi AS (Energy Information Administration/ EIA) menunjukkan persediaan minyak AS naik 1,8 juta barel menjadi 10.27 juta barel per hari (bpd) minggu lalu, lebih rendah dibandingkan 2,8 juta barel yang diperkirakan sebelumnya.
Data Kantor Informasi Energi AS (Energy Information Administration/ EIA) menunjukkan persediaan minyak AS naik 1,8 juta barel menjadi 10.27 juta barel per hari (bpd) minggu lalu, lebih rendah dibandingkan 2,8 juta barel yang diperkirakan sebelumnya.
Harga minyak juga naik setelah al-Falih mengatakan Organisasi
Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting
Countries/ OPEC) lebih memilih pasar minyak sedikit kekurangan suplai
daripada mengakhiri kesepakatan pengurangan suplai terlalu cepat.
OPEC dan rekannya, Rusia, telah membatasi suplai sejak Januari tahun lalu dalam sebuah perjanjian yang akan berlanjut hingga akhir tahun ini.
“Komentar al-Falih sejauh ini adalah hal yang paling signifikan,” kata Michael Wittner, direktur pelaksana dan kepala riset minyak global di Societe Generale. “Pernyataan itu cukup menegaskan bahwa mereka tidak ingin Brent berada di bawah $60.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar