Senin, 27 Januari 2020

Solid Gold | Corona Mengancam, IHSG Terjungkal 110 Poin ke 6.133

Foto: Rachman Haryanto
Solid Gold Makassar - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sore ini ditutup negatif. Bersamaan dengan wabah virus yang masih menyebar ke berbagai daerah di seluruh dunia, IHSG berlangsung negatif kian dalam hingga penutupan.
Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah sore ini stagnan di level Rp 13.605.
Pada pra perdagangan, IHSG turun 3,2 poin (0,05%) ke 6.242. Indeks LQ45 berkurang 0,8 poin (0,08%) ke 1.024.
Pada pembukaan perdagangan, Senin (27/1/2020), IHSG melemah 9,7 poin (0,16%) ke 6.232. Indeks LQ45 turun 3,2 poin (0,36%) ke 1.020.
Hingga sesi I berakhir, IHSG anjlok 69 poin (1,12%) ke level 6.174. Sedangkan indeks LQ45 turun 14,45 poin (1,42%) ke level 1.010.
Pada sesi II, IHSG bergerak kian negatif hingga turun 110 poin (1,78%) ke level 6.133. Sedangkan indeks LQ45 turun 21 poin (2,12%) ke level 1.003.
Perdagangan saham ditransaksikan 405.014 kali dengan nilai Rp 4,9 triliun. Sebanyak 77 saham menguat, 351 saham turun, dan 101 saham tak berubah.
Sementara itu, bursa Amerika Serikat (AS) ditutup melemah. Dow Jones ditutup 28.988,73 (-0,58%), NASDAQ ditutup 3.295,47 (0,90%).
Bursa saham AS ditutup melemah pada Jumat lalu. Investor masih cemas terhadap penyebaran wabah Coronavirus. Ini juga terlihat pada pergerakan emas yang menguat pada akhir pekan.
Bursa Asia sore ini mayoritas bergerak negatif, berikut pergerakannya:
  • Indeks Nikkei 225 turun 483 poin ke 23.343
  • Indeks Hang Seng libur
  • Indeks Shanghai libur

Dolar AS Mulai Tinggalkan Rp 13.600

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini berada di level Rp 13.599. Rupiah tinggalkan level Rp 13.600-an
Demikian dikutip dari data RTI, Senin (27/1/2020). Rupiah terus menguat dalam beberapa hari terakhir. Pekan lalu, dolar AS masih berada di level Rp 13.600-an yaitu di 13.619.
Menurut catatan BI pada 22 Januari 2020, Rupiah menguat 1,74% (point to point/ptp) dibandingkan dengan level akhir Desember 2019. Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada 2019 yang tercatat 3,58% (ptp) atau 0,76% secara rerata.
"Penguatan Rupiah didorong pasokan valas dari para eksportir serta aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut sejalan prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda," kata Gubernur BI Perry Wajiyo di gedung BI, Jakarta, Kamis (23/1/2020).
BI mencatat posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2019 meningkat menjadi US$ 129,2 miliar, atau setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar