SOLID BERJANGKA MAKASSAR – Partai
Demokrat hingga kini belum menentukan arah dukungan kepada calon
presiden dan wakil presiden di pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Namun,
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono akan
mengisyarakatkan akan mengusung capres cawapres di luar nama Joko Widodo
dan Prabowo Subianto.
Nama capres dan cawapres yang akan diusung itu akan diumumkan setelah SBY melakukan safari politik ke sejumlah daerah.
“Saya akan pasangkan nanti,
capres-cawapres yang mengerti keinginan rakyat. Insya Allah nanti ada
pemimpin baru yang amanah, cerdas dan memikirkan rakyat banyak,” kata
SBY di hadapan ratusan ulama, santri dan masyarakat Kota Cilegon..
SBY tidak melanjutkan penjelasan soal kemungkinan nama yang akan diusung partai berlambang bintang mercy itu.
Pada
kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca
Panjaitan mengatakan saat ini Partai Demokrat sedang memainkan sebuah
strategi cantik jelang Pilpres. Dia mengibaratkan Pilpres sebagai
permainan sepakbola.
“Terus tik tok tik tok [Menggiring
giring bola] sampai depan gawang. Ini sudah babak kedua. Kalau hanya
mengumumkan capres-nya saja belum lengkap. Kami akan selesaikan dulu
Pilkada sampai Juni, Juli bercakap-cakap ke situ [Pilpres], kemudian
Agustus akan kami ambil langkah,” kata Hinca.
Hinca menambahkan capres yang diusung
atau berkoalisi dengan Demokrat akan memiliki tiga keuntungan.
“Istilahnya, beli satu dapat tiga,” kata Hinca.
Pertama, calon tersebut memperoleh suara
10 persen pendukung Demokrat. Kedua, mendapatkan pengalaman SBY yang
pernah menjadi Presiden selama dua periode, dan ketiga, mendapatkan
dukungan politik dari 100 juta pemilih milenial yang merupakan pendukung
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Jadi koalisi bukan soal siapa cawapresnya, tapi kami akan berkoalisi dengan program yang kami terima,” ujarnya.
Dongkrak Elektabilitas
Partai Demokrat, menurut Hinca, akan
terus mendongkrak elektabilitas AHY sebagai cawapres, yang saat ini
menurut lembaga survei Cyrus Network mencapai 15 persen. Demokrat
menginginkan elektabilitas AHY mencapai 20 persen hingga Agustus 2018.
“Survei terakhir, AHY naik mencapai 15 persen. Kami yakin akan naik lagi,” kata Hinca.
Survei Cyrus yang dirilis 19 April 2018
silam, menunjukkan AHY merupakan calon pendamping paling potensial
Jokowi. Ketua Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) untuk Pilkada 2018
dan Pilpres 2019 Partai Demokrat itu memiliki elektabilitas 15 persen,
unggul atas nama-nama lain seperti Gatot Nurmantyo (10 persen), Prabowo
Subianto (9,1 persen), Anies Baswedan (9,1 persen) dan Hary Tanoesodibjo
(8,8 persen).
Survei tersebut dilaksanakan pada 27 Maret-3 April 2018. Metode survei menggunakan multistage random sampling.
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka. Total responden
sebanyak 1.230 orang yang berasal dari 123 desa/kelurahan di 34 provinsi
se-Indonesia dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Survei Indobarometer juga menempatkan
nama AHY sebagai cawapres potensial untuk Jokowi. Namun, survei
Indobarometer hanya dilakukan di wilayah Jawa Timur. Berdasarkan survei
yang dilakukan pada 29 Januari hingga 4 Februari 2018 di 38
kabupaten/kota di wilayah Jatim, elektabilitas AHY mencapai 15,1 persen.
AHY, menurut Indobarometer, unggul atas
Anies Baswedan (13,1 persen), Gatot Nurmantyo (7,9 persen), Ridwan Kamil
(6 persen) dan Muhaimin Iskandar (5,3 persen).
Menurut Hinca, target untuk mendongkrak
elektabilitas AHY kemungkinan akan mudah diraih. Sejauh ini, Demokrat
telah melakukan langkah-langkah strategis untuk menaikan elektabilitas
putras sulung SBY itu, diantaranya melalui safari politik ke sejumlah
wilayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar