PT SOLID BERJANGKA MAKASSAR – Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengamuk dan menghantam nilai tukar rupiah. Nilai US$ 1 hampir menembus Rp 13.900.
Kondisi ini tentu kabar buruk bagi dunia pasar modal. Penguatan dolar
AS akan menekan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
“Umumnya saham akan mengalami penurunan saat nilai tukar Rupiah
melemah. Jadi IHSG masih akan turun prediksinya,” kata Vice President
Research Artha Sekuritas Frederik Rasal.
Menurut Frederik saham-saham yang akan terkena imbas dari penguatan
dolar AS adalah deretan saham paling likuid di LQ45. Alasannya lantaran
banyak dari investor asing yang menempatkan dananya pada 45 saham
unggulan itu.
“Untuk yang buruk, mostly jajaran LQ45. Lebih karena profil
investornya. Institusi seperti asset manager dari luar negeri membeli
saham yang masuk ke index tertentu dan LQ45 salah satu pilihanya,
termasuk masih ada index lainya seperti EIDO, MSCI dan sebagainya,”
tuturnya.
Sedangkan Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyarankan
untuk menghindari saham-saham dari perusahaan yang berorientasi impor.
Sebab mahalnya dolar AS akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan
perusahaan.
“Biasanya sih emiten-emiten yang mengandalkan bahan baku impor
misalnya sektor farmasi seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF) maupun PT
Indofarma Tbk (INAF),” ujarnya.
Emerald sendiri, melepas dolar seharga Rp 14.000. Sementara, per dolar yang digenggam masyarakat dibeli dengan harga Rp 13.700.
Salah seorang kasir yang enggan disebut namanya mengatakan, pekan
lalu juga kondisinya sama. Tak banyak orang ke money changer. Padahal,
dolar menembus Rp 14.050, sementara dolar yang dimiliki masyarakat akhir
pekan lalu dihargai Rp 13.600.
Memang, pihaknya tak bisa memastikan jumlah rata-rata konsumen yang
berkunjung ke tempatnya. Namun, dia berpendapat masih sepinya money
changer karena masyarakat masih menahan untuk melepas dolar.
Senada, Asep dari UDA Metro Exchange juga berkata demikian. Tempatnya
masih sepi kendati harga dolar sudah naik. Dia menuturkan, rata-rata
orang yang berkunjung ke tempatnya sebanyak 50 orang per hari.
Dia bilang, masih sepinya tempat penukaran uang kemungkinan karena
dolar yang akan dibeli oleh money changer belum menembus level Rp
14.000.
Saat ini, UDA Metro Exchange melepas dolar ke masyarakat seharga Rp
13.920. Kemudian, membeli dolar dari masyarakat seharga Rp 13.750.
“Mungkin harga belinya yang belum Rp 14.000,” tutupnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar