SOLID GOLD BERJANGKA MAKASSAR - Di saat para pesohor teknologi di mancanegara seperti CEO SpaceX Elon
Musk, pendiri WhatsApp Brian Acton, sampai pendiri Apple Steve Wozniak
menyerukan #deletefacebook karena skandal privasi penggunanya, fenomena
itu agaknya tidak terjadi di Indonesia. Dan memang opsi menutup Facebook
dinilai kurang tepat.
Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat
(ELSAM) mengatakan opsi penutupan Facebook di Indonesia dinilai tidak
tepat dilakukan, karena lebih banyak kerugian yang dialami masyarakat
ketimbang manfaatnya.
"Saya nggak sepakat untuk pemblokiran atau
penutupan, itu lebih banyak mudharat kalau menurut saya. Lebih baik
lakukan investigasi bersama, menentukan pemulihannya apa, sanksi apa,
itu dikedepankan agar hal ini tidak berulang lagi," ujar Deputy Director
of Research ELSAM Wahyudi Djafar.
Isu Facebook berbeda dengan masalah platform online lainnya, misalnya
pemblokiran Telegram sampai Tumblr yang dilakukan karena ada konten
negatif di dalamnya. Sehingga pemerintah bertindak tegas dengan
penutupan akses kedua platform tersebut.
"Sementara Facebook
tidak ada report karena menyebarkan konten ilegal, seperti konten porno
yang menjadi alasan penutupan," ucapnya.
Selain itu,
disampaikanya juga, bila penutupan Facebook dilakukan maka bisa
berdampak pada membatasi informasi publik yang diterima oleh masyarakat.
"Jadi,
penutupan atau pemblokiran itu kurang tepat. Menurut saya lebih kepada
investigasi kebocoran data pengguna secara bersama-sama, cari bagaimana
pemulihannya, sampai apa yang dilakukan Facebook kedepannya," kata
Wahyudi.
Saat ini, berdasarkan pemanggilan perwakilan Facebook di Indonesia ke
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada pekan lalu, media
sosial terpopuler sejagat itu tengah melakukan audit terkait
penyalahgunaan data pengguna oleh Cambridge Analytica sampai 87 juta
pengguna.
Di saat dilangsungkannya audit tersebut, Facebook
Indonesia juga dijadwalkan akan 'disidang' oleh Komisi I DPR RI, esok
hari. Agendanya masih seputar kebocoran data, khususnya karena ada satu
jutaan pengguna yang terdampak berasal dari Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar