Solid Gold Makassar - Tucker Carlson, presenter dan wartawan senior TV Foxnews itu,
ternyata adalah orang yang menginspirasi Presiden AS Donald Trump untuk
membatalkan serangan militer ke Iran. Namun sepotong cerita dahsyat
Carlson yang wow it, nyaris terlupakan hilang tergilas pemberitaan lain seminggu terakhir ini.
Apa yang telah dilakukan Tucker Swanson McNear Carlson ini?
Bukan
Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres. Bukan
Presiden Iran Rouhani. Bukan PM Jepang Shinzo Abe yang awal Mei
mengunjungi Iran. Bukan resolusi Dewan Keamanan PBB. Bukan Menlu AS Mike
Pompeo ataupun John Bolton, Ketua Dewan Penasihat Keamanan Nasional AS
dan para jenderal di Pentagon yang bisa memaksa Presiden Trump pada
menit bersejarah untuk mengurungkan niat menyerang Iran.
Tapi, seorang Tucker Carlson, presenter Foxnews dengan kalimat
pendek yang tajam dan narasi sederhana bisa membuat Trump kembali ragu
dan mengurungkan niat menjatuhkan bom ke Iran. Demikian ujar The Dailybeast (20/6/19).
Tayangan Foxnews Tucker Carlson Tonight bertajuk US came within minutes of a huge mistake
10 menit menjelang bom dijatuhkan pesawat AS menjadi pemicu besar
keraguan yang berhasil membelokkan keputusan tidak menyerang Iran.
Carlson, menurut Dailybeast,
tidak lama sebelumnya dengan akses pribadi yang dimiliki berkomunikasi
soal Iran dengan Presiden Trump. Termasuk, Carlson membisikkan bahwa
tindakan gegabah menyerang Iran bisa berakibat fatal, yang tidak saja
akan mengakhiri karier Trump, namun bahkan bisa menggagalkannya terpilih
kembali menjadi Presiden AS 2020.
Presiden Trump akhirnya
membatalkan serangan militer AS di tengah provokasi AS-Iran yang terus
memanas. Saling tarik menarik dengan kuatnya desakan kelompok
kepentingan di birokrasi AS yang tidak saja ingin berperang, lebih dari
itu bermaksud menggulingkan Pemerintah Iran.
Trump sepertinya mendengar saran Carlson untuk menghentikan rencana menyerang Iran.
Carlson
dengan kata lugas melontar banyak fakta agar pemirsa berpikir dua kali
bahwa AS jangan membuat risiko besar dengan kebijakan yang lagi-lagi
keliru. Trump sadar bahwa John Bolton, Mike Pompeo, dan jenderal di
Pentagon tak sabar lagi untuk menyerang Iran.
"Orang-orang ini
mendesak saya untuk terus berperang dan itu sangat menjijikkan. Kita
tidak membutuhkan peperangan lagi," kata Presiden Trump menepis para
penasihatnya seperti dikutip The Wall Street Journal (23/6/19).
Sungguh
tidak proporsional dan buruk bila AS menyerang dan menimbulkan korban
jiwa 150 orang tewas, sementara Iran hanya menembak drone yang tidak berawak. Demikian jawaban menarik yang menjadi alasan Presiden Trump mengurungkan rencana.
Seratus
lima puluh jiwa adalah angka yang amat berarti. Tidak saja bagi Iran,
keluarga yang tewas, eskalasi pembalasan, maupun dampak politiknya bagi
kampanye Trump 2020.
Keputusan Trump pada saat yang tepat itu, menurut Carlson, membuktikan bahwa Trump punya nurani untuk berseberangan dengan para neocon yang bergaris keras, ala Mike Pompeo, John Bolton, ataupun Kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford di Pentagon.
Presiden
Trump memberi tempat tersendiri bagi kepiawaian jurnalistik ala Carlson
guna mengolah pandangan berbeda dengan argumentasi kritis melawan kubu
mereka sekali pun.
Tak terbendung, nama Tucker Carlson pun
melejit menghebohkan komunitas wartawan dan kalangan pejabat Kementerian
Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan AS. Wartawan Spectator USA
Freddy Grey dan pengacara warga Florida Christopher Roach tak sabar
mengusulkan agar Carlson, pendorong perdamaian ini, mendapatkan hadiah
Nobel Perdamaian.
Perjuangan Carlson hanya bermodal kata dan
kalimat tidak saja berhasil meyakinkan Presiden Trump agar tidak
menyerang Iran secara militer. Lebih dari itu, ia bisa menembus benteng
kepentingan dalam birokrasi AS, dan akhirnya berhasil mengubah kebijakan
Presiden Trump. Luar biasa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar