SOLID GOLD MAKASSAR - Sustainable Development Solutions Network (SDSN) melalui World
Happiness Report (WHR) 2017 menobatkan Norwegia sebagai negara paling
bahagia di dunia dengan skor Gross National Happiness (GNH) sebesar
7,537 (skala 0-10). Secara berurutan berikutnya (sesuai ranking),
negara yang termasuk ke dalam 10 besar pemilik GNH tertinggi setelah
Norwegia adalah Denmark, Islandia, Swiss, Finlandia, Belanda, Kanada,
Selandia Baru, Swedia, dan Australia.
Melihat urutan tersebut
muncul pertanyaan, di mana posisi GNH dari negara-negara di kawasan
Asia? Atau, lebih spesifik lagi bagaimana pencapaian GNH di Indonesia
sendiri?
BACA JUGA : Legalitas PT Solidgold Berjangka
BACA JUGA : Legalitas PT Solidgold Berjangka
GDP vs GNH
Gross Domestic Product (GDP) merupakan total output
akhir barang dan jasa yang dihasilkan perekonomian suatu negara, di
dalam wilayah negara tersebut, oleh penduduk dan bukan penduduk, tanpa
melihat alokasi baik untuk klaim domestik maupun klaim luar negeri.
Sedangkan, GNH merupakan pendekatan pengukuran ekonomi yang tidak hanya
menggunakan angka GDP per kapita (per kepala penduduk) semata, namun
juga mengukur angka harapan hidup, dukungan sosial, tingkat kepercayaan
(diukur melalui indeks kebebasan korupsi), tingkat kepedulian sosial
(diukur dari persentase donasi), serta kebebasan menentukan pilihan
hidup.
GDP dan GNH digunakan secara bersama untuk mengukur
keberhasilan pertumbuhan ekonomi dalam berbagai proses multidimensi,
yang terutama sekali dapat mencerminkan perubahan sistem sosial secara
total sesuai dengan berbagai kebutuhan dasar, serta upaya menumbuhkan
aspirasi individu dan kelompok sosial dalam sistem tersebut. Hal ini
sejalan dengan ungkapan ekonom peraih Nobel Prize, Amartya Sen,
"Pertumbuhan ekonomi tidak boleh dipandang sebagai tujuan pembangunan
semata. Pembangunan harus dapat lebih memperhatikan upaya meningkatkan
kualitas kehidupan yang kita jalani dan kebebasan yang kita nikmati."
AS vs Norwegia
Amerika
Serikat (AS) telah menjadi negara terkaya di dunia dengan GDP terbesar
sejak 1980 . Namun, berdasarkan WHR2017, GNH AS "hanya" menduduki posisi
15 dunia. Krisis kebahagiaan penduduk AS ini mulai menurun saat
kepemimpinan Donald Trump, dengan serangkaian kebijakan
kontroversialnya. Misalnya saja pemotongan pajak untuk orang kaya yang
akhirnya membuat orang menengah ke bawah kehilangan subsidi jaminan
kesehatan, pemotongan anggaran meals on wheels untuk meningkatkan anggaran militer , serta kebijakan ekonomi negara yang sangat kapitalis dan koruptif.
Sebaliknya,
Norwegia, sebagai salah satu negara penghasil minyak dunia, membuktikan
uang bukanlah segalanya. Walau "hanya" menempati posisi 29 GDP dunia,
namun Norwegia tercatat sebagai negara dengan indeks korupsi dan angka
kriminalitas yang terbilang rendah, juga memberikan pendidikan gratis
bagi seluruh warga tanpa memandang tingkatan prestasi (dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi), menyediakan buku dan bahan bacaan
gratis, serta memiliki tingkat kebersihan lingkungan dan jaminan
fasilitas kesehatan masyarakat yang layak. Tidak mengherankan, menurut
rilis WHR 2017, penduduk Norwegia adalah penduduk yang paling berbahagia
di muka bumi ini.
China vs Indonesia
Berbicara
tentang kawasan Asia, mari kita tengok negara China, yang sejak 1980
telah menempati posisi ekonomi 7 besar dunia. Namun, menurut publikasi
WHR 2017, angka pengangguran yang tinggi dan keamanan yang rendah cukup
menjadi faktor terpuruknya GNH China (posisi 80 dunia, 2017). Dengan
jumlah penduduk sebanyak 1,379 miliar juta jiwa (2016), masyarakat di
sana harus bekerja keras untuk mendapat pekerjaan yang jumlahnya tidak
sebanding dengan jumlah penduduk. Banyaknya penduduk juga menyebabkan
ruang publik selalu penuh sesak, seperti bandara, pelabuhan, stasiun,
dan bahkan pantai di tepi laut.
Hampir mirip dengan China, WHR
2017 menempatkan GNH Indonesia pada peringkat 82 dunia. Kondisi sosial
politik yang belum stabil, teror yang merebak luas di tengah masyarakat,
tindakan korupsi para petinggi negara yang tak ada habisnya, keadilan
yang tumpul di atas tajam di bawah, kondisi ketimpangan antarmasyarakat
dalam hal kesejahteraan, kemiskinan yang meluas, dan harapan pesimis
dari masyarakat terhadap masa depan Indonesia yang lebih baik menjadi
beberapa faktor yang cukup mengurangi kebahagiaan hidup penduduk
Indonesia.
Pengukuran BPS
Sebagai lembaga
survei resmi di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengukur
indeks kebahagiaan ini melalui pendekatan terhadap 10 aspek yang ada.
Yakni, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga,
keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial,
kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan, dan kondisi keamanan.
Menurut pengukuran BPS, Indeks kebahagiaan Indonesia pada 2017 meningkat
menjadi 70,69, dengan indikator tertinggi pada keharmonisan keluarga
(sebesar 80,05), dan terendah pada tingkat pendidikan dan keterampilan
(sebesar 59,90).
BACA JUGA : Fasilitas Layanan Solidberjangka
BACA JUGA : Fasilitas Layanan Solidberjangka
Masih menurut pengukuran BPS pada 2017,
masyarakat perkotaan dinilai lebih bahagia dibanding masyarakat
perdesaan, sementara berdasarkan jenis kelamin dinilai bahwa laki-laki
lebih bahagia, dan berdasarkan status pernikahan terlihat bahwa
masyarakat yang belum menikah lebih bahagia dibandingkan dengan yang
sudah menikah atau cerai. Fenomena tingganya GDP yang tidak diikuti oleh
GNH juga terjadi di Indonesia, yakni Maluku Utara dengan GNH tertinggi,
namun tidak masuk dalam urutan provinsi dengan 10 GDP terbesar
se-Indonesia. Bandingkan juga dengan DKI Jakarta yang menempati urutan
ke-1 dalam GDP se-Indonesia, namun "hanya" menempati urutan ke-18 untuk
GNH-nya.
Aspek Non-Ekonomi
Seluruh uraian
di atas memberikan petunjuk kepada kita bahwa tingginya pencapaian angka
ekonomi suatu negara tidak selalu diikuti oleh "kebahagiaan" hidup
masyarakatnya. Dengan demikian, untuk mengawali tahun baru 2019 ini,
hendaknya aspek non-ekonomi menjadi suatu hal yang patut untuk
diperhatikan oleh pemerintah, agar pembangunan ekonomi dapat terasa
kualitasnya dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Mengutip
hasil pengukuran GNH Indonesia oleh BPS 2017 terlihat bahwa pemerintah
perlu meningkatkan aspek pendidikan dan ketrampilan bagi masyarakat
karena masih terdapat lapisan masyarakat yang "belum bahagia" terhadap
kondisi aspek dimaksud dalam kehidupan mereka.
BACA JUGA : Alasan Anda memilih Kami Solidgold
BACA JUGA : Alasan Anda memilih Kami Solidgold
Tingginya tingkat
pendidikan masyarakat ini nantinya diharapkan dapat menambah kreativitas
individu dalam mencapai angka dan kualitas pembangunan ekonomi yang
ada, sehingga dengan demikian kita mampu mencapai kondisi, "Menjadi kaya
itu penting, namun jangan lupa untuk tetap bahagia."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar