PT SOLID BERJANGKA MAKASSAR - Laman TechTerms menyebut jejak digital adalah jejak data yang
muncul ketika seseorang menggunakan internet. Bentuk dan sumbernya pun
bermacam, dari situs yang dikunjungi, email yang dikirimkan, dan
informasi lain yang 'disetor' ke berbagai layanan online.
TechTerms juga
membagi jejak digital menjadi dua jenis, pasif dan aktif. Jejak digital
pasif adalah data yang 'ditinggalkan' tanpa sadar oleh pengguna ketika
berselancar di dunia maya.
Contohnya adalah ketika mengunjungi sebuah situs, maka server tempat
situs itu tersimpan mungkin akan menyimpan alamat IP pengunjungnya. Dari
alamat IP itu bisa dikenali internet service provider (ISP) yang
dipakai, termasuk perkiraan lokasi pengakses situs tersebut.
Alamat
IP -- kecuali yang statis -- memang akan terus berubah dan tak
menyimpan informasi personal pemakainya, namun alamat ini tetap masuk
dalam kategori jejak digital. Contoh lain dari jejak digital pasif
adalah search history, yang biasanya disimpan oleh mesin pencari ketika
kita login dan menggunakan layanan mereka.
Sementara jejak
digital aktif adalah data atau informasi yang dengan sengaja diunggah
oleh seseorang ke dunia maya. Mengirimkan email adalah salah satu contoh
dari jejak digital jenis ini. Karena kebanyakan orang menyimpan email
secara online, pesan yang dikirimkan lewat email ini cenderung akan
tersimpan dalam jangka waktu yang lama.
Namun jejak digital aktif yang paling populer saat ini tentulah blog dan
media sosial. Setiap kicauan yang dikirimkan ke Twitter, setiap update
status yang dipublikasikan lewat Facebook, dan setiap foto yang
diposting ke Instagram adalah jejak digital aktif.
Semakin lama
anda berkutat di media sosial, maka jejak digital anda akan semakin
besar. Bahkan untuk hal sepele seperti me-like sebuah laman di Facebook
pun akan tercatat sebagai sebuah jejak digital, karena data tersebut
akan tersimpan di server Facebook.
Semua orang yang menggunakan
internet tentu akan mempunyai jejak digital, jadi ini bukanlah sebuah
hal yang seharusnya dikhawatirkan. Namun hal yang harus dikhawatirkan
adalah data atau informasi apa yang kita tinggalkan di dunia maya,
karena suatu saat data tersebut bisa disalahgunakan oleh orang atau
pihak lain.
Contohnya adalah jejak digital yang disebut-sebut oleh TKN Joko
Widodo-Ma'ruf Amin dari kubu BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno soal
kemungkinan penggunaan jasa konsultan asing untuk Pilpres 2019.
"Di
era keterbukaan seperti sekarang ini, BPN Prabowo-Sandi justru tidak
bisa mengelak dengan banyaknya jejak digital kehadiran konsultan asing
di kubu mereka," ungkap juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Ace Hasan
Syadzily kepada wartawan, Rabu (6/1/2019) kemarin.
Saat itu Ace
mempersoalkan foto yang tersebar memperlihatkan ada dua orang asing,
perempuan dan lelaki, dalam satu ruangan bersama Prabowo-Sandiaga. Dalam
foto itu terdapat tokoh lain seperti Ketum Partai Demokrat Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) dan sejumlah elite dari Koalisi Indonesia Adil
dan Makmur.
"Jejak digital itu bisa ditemukan dengan mudah dalam
bentuk foto, video maupun informasi-informasi di sosial media," sebutnya
ketika itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar