PT SOLID GOLD BERJANGKA MAKASSAR – Turki
menyambut sidang darurat yang menghasilkan penolakan Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai keputusan Amerika Serikat (AS)
mengenai Yerusalem yang diakui sebagai ibu kota Israel. Turki pun
meminta Pemerintah AS untuk segera membatalkan keputusannya tanpa
penundaan.
“Kami menyambut dengan senang hati
dukungan Majelis Umum PBB yang luar biasa untuk sebuah resolusi
bersejarah mengenai Al-Quds Al-Sharif (Yerusalem),” kata Presiden Turki
Recep Tayyip Erdogan.
“Kami mengharapkan adminstrasi Trump
untuk membatalkannya tanpa menunda keputusannya yang tidak
menguntungkan, yang secara ilegal telah ditetapkan secara jelas oleh
Majelis PBB,” tambahnya.
Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri
Turki Binali Yildirim mengatakan bahwa resolusi PBB menciptakan sebuah
peluang baru untuk upaya perdamaian di wilayah tersebut. Selain itu,
Turki juga akan terus berpihak pada “saudara Palestina, kemanusiaan,
Yerusalem, keadilan untuk orang-orang yang tertindas.”
Juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim
Kalin juga memuji resolusi PBB tersebut, yang menggambarkan pemungutan
suara “bersejarah” untuk Yerusalem, Palestina, dan keadilan
internasional.
“Hari ini, Majelis Umum dengan jelas
menolak keputusan AS atas Yerusalem. Ada solidaritas untuk status
Palestina dan Yerusalem di Majelis Umum,” ujar Menteri Luar Negeri Turki
Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada wartawan di New York setelah
pemungutan suara.
Wakil Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag
mengatakan bahwa 128 negara menunjukkan bahwa mereka, sebagai negara
berdaulat dan independen, tidak menyerah pada ancaman dan penindasan
yang jelas dari AS.
“Resolusi PBB menunjukkan bahwa Palestina dan Yerusalem tidak sendiri,” kata Bozdag.
Sekadar diketahui, PBB akan melaksanakan
sebuah resolusi terkait Yerusalem dan meminta AS untuk menarik
pengakuannya atas kota suci bagi tiga agama tersebut sebagai ibu kota
Israel. Sebanyak 128 anggota memilih untuk menyetujui resolusi tersebut,
sembilan orang menentang, dan 35 lainnya abstain.
AS juga tegas bahwa pihaknya memilih
untuk diserang dalam hal mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa negaranya lebih
memilih untuk diserang karena telah menjalankan haknya sebagai negara
berdaulat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar