PT SOLID BERJANGKA MAKASSAR - KONFLIK terjadi di berbagai belahan dunia dan
menciptakan keresahan internasional. Palestina dan Israel yang telah
terlibat konflik kurang lebih selama 60 tahun kini kembali memanas. Hal
ini dipicu oleh Amerika Serikat (AS) telah mengakui Yerusalem atau Al
Aqsha sebagai Ibu Kota Israel.
Rencana ini tentunya ditolak mentah-mentah oleh pihak Palestina.
Langkah tersebut juga telah memunculkan reaksi negatif dari
sekutu-sekutu Negeri Paman Sam di Timur Tengah, seperti Arab Saudi.
Konflik lainnya yang juga memanas dan masih melibatkan AS adalah
tentang rudal Korea Utara (Korut). Sebagaimana diketahui, negera
tertutup itu kembali meluncurkan rudal pada Rabu 29 November. Rudal
balistik Hwasong-15 diklaim akan mampu menghantam seluruh daratan negeri
adidaya itu.
Hal ini juga tak pelak memicu keresahan internasional. Sebuah angin
segar berembus ketika Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBB untuk
urusan politik, Jeffrey Feltman dilaporkan mengunjungi Korut. Momen ini
dinilai akan menghidupkan lagi harapan mediasi untuk mengurangi
ketegangan di Semenanjung Korea. Sebab, kunjungan itu dilakukan atas
undangan dari pihak Korea Utara.
Amerika Serikat Resmi Umumkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel
Otoritas Negeri Paman Sam resmi mengakui Yerusalem sebagai Ibu
Kota Israel. Hal ini disampaikan, Presiden Donald Trump dalam pidato
khususnya di Gedung Putih. Presiden berusia 72 tahun itu menekankan
bahwa keputusan tersebut pada dasarnya merupakan 'langkah yang telah
lama terlambat.'
AS juga mengonfirmasi rencana mereka untuk memindahkan Kedutaan
Besar (Kedubes) di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Seorang pejabat
Gedung Putih mengatakan, setidaknya membutuhkan 3 tahun untuk proses
pemindahan kedutaan besar AS ke Yerusalem.
Beberapa negara sahabat termasuk negara Muslim sekutu AS telah
mengecam keputusan tersebut. Kecaman datang dari Maroko dan Kerajaan
Yordania. Raja Maroko Mohammed VI menegaskan kembali dukungan kuat dan
tak tergoyahkan pihak Maroko untuk orang-orang Palestina dalam
mempertahankan hak-hak mereka dan hak-hak yang sah, terutama mengenai
status Yerusalem.
Kemudian Raja Arab Saudi, Salman Abdulaziz yang merupakan sekutu
dekat AS mengatakan, deklarasi Yerusalem akan "membahayakan proses
perundingan perdamaian dan ketegangan eskalasi di wilayah ini (Timur
Tengah)." Tak ketinggalan, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
mengatakan bahwa langkah tersebut akan "dimainkan oleh tangan-tengan
kelompok teror". Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson menyampaikan
rasa keprihatinan atas keputusan tersebut.
Kerajaan Yordania yang mengelola situs suci umat Islam di Yerusalem,
menyatakan bahwa pemindahan Kedubes itu akan berakibat fatal bagi
kawasan. Pemindahan juga akan mengganggu upaya AS dalam mendorong
perundingan damai Israel-Palestina. Pengumuman status Yerusalem itu
telah memicu kemarahan Muslim di seluruh dunia.
Sejauh ini, negara-negara yang telah mengeluarkan pernyataan
resmi setelah pengumuman status Yerusalem yaitu terdiri dari Iran,
Mesir, Arab Saudi, Turki, Prancis, Maroko dan Inggris yang telah
menegaskan tak akan mengikuti imbauan PM Israel untuk memindahkan
kedutaan besarnya ke Yerusalem. Selain itu, Badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyesalkan keputusan Negeri Paman Sam
tersebut.
Wasekjen PBB urusan politik, Jeffrey Feltman akhirnya menginjakan
kakinya di tanah Korut. Ia datang ke negara yang dipimpin sang diktator
muda, Kim Jong-un guna memenuhi undangan. Undangan kunjungan untuk
Feltman dikeluarkan Korut di sela-sela pertemuan tahunan para pemimpin
dunia di New York pada Semptember lalu.
Mantan pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS itu diketahui
merupakan pejabat tertinggi PBB pertama yang berkunjung ke Korut sejak
2012. Ia rencananya akan berada di Korut selama 4 hari akan bertemu
dengan Menteri Luar Negeri Ri Yong-ho untuk membahas kepentingan serta
keprihatinan bersama.
Seorang pejabat PBB yang namanya dirahasiakan menuturkan, kunjungan
Feltman itu membawa harapan yang kecil sekaligus tinggi tentang
perundingan damai dengan Korut. Pihak PBB sendiri menyatakan, akan
mencari cara untuk mengurangi ketegangan dan terobosan atas ketegangan
yang tercipta di Semenanjung Korea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar