Kamis, 26 Maret 2020

PT Solid Berjangka | Naik 10%, IHSG Ditutup Perkasa di 4.338

Karyawan mengamati layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (29/09/2014). IHSG berhasil bertahan di zona hijau hingga akhir perdagangan. Indeks itu ditutup pada level 5.142,01 atau rebound 0,18%,Sektor keuangan menjadi pendorong indeks dengan kenaikan 0,77%.
PT Solid Berjangka Makassar – Indeks Harga Saham Gabungan hari ini ditutup positif. IHSG menguat sepanjang hari dan ditutup perkasa di level 4.338.
Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah sore ini ada di level Rp 16.262.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG langsung menguat tinggi 129 poin (3,3%) ke level 4.067. Sedangkan indeks LQ45 naik 43 poin (7,7%) ke level 610.
IHSG bahkan terus menguat hingga 10% ke posisi 4.362. Di level itu IHSG tercatat naik 10,78% dari penutupan perdagangan sebelumnya.
Hingga sesi I berakhir, IHSG naik 385 poin (9,7%) ke level 4.323. Sedangkan indeks LQ45 bertambah 81 poin (14,3%) ke level 648.
Menutup sesi II, IHSG melonjak hingga 401 poin (10,1%) ke level 4.338. Sedangkan indeks LQ45 bertambah 84 poin (14,9%) ke level 651.
Perdagangan saham ditransaksikan 882.280 kali dengan nilai Rp 12,2 triliun. Sebanyak 300 saham naik, 129 saham menguat, dan 115 saham stagnan.
Sementara itu semalam (25/03) bursa saham Wall Street ditutup variatif dengan kecenderungan menguat, indeks Dow Jones dan S&P naik masing-masing sebesar 2.33% dan 1.15%. Sedangkan Nasdaq melemah sebesar 0.45%.
Sehari sebelumnya Wall Street juga berhasil rebound di mana ketiga indeksnya mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini terdorong oleh optimisme pasar menyikapi langkah kebijakan pemerintah untuk melakukan stimulus ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Sebelumnya pemerintahan presiden Donald Trump mengatakan telah menyetujui RUU stimulus ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, langkah tersebut mencakup dana hingga US$ 500 juta untuk mendukung sektor industri yang sangat terdampak akibat pandemi virus ini serta pembiayaan langsung setara US$ 3.000 untuk masing-masing orang.
Bursa Asia sore ini mayoritas bergerak negatif. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Nikkei 225 turun 882 poin ke 18.664
  • Indeks Hang Seng melemah 174 poin ke 23.352
  • Indeks Shanghai berkurang 16 poin ke 2.764
  • Indeks Strait Times terkoreksi 23 poin ke 2.481

Dolar AS Rp 16.000, Ini Bedanya dengan Krisis 1998

Dolar AS tercatat masih bertengger di posisi Rp 16.000an. Penguatan dolar AS ini terjadi sejak pengumuman corona yang makin luas di Indonesia dan di negara lain.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan apa yang terjadi saat ini sangat berbeda dengan krisis global 2008 dan krisis Asia pada periode 1997/1998.
“Pada krisis global bagaimana pasar keuangan AS ada Subprime Mortgage dan jadi default sehingga membuat panik di pasar AS, kemudian menjalar ke Eropa dan kita kena dampaknya,” kata Perry dalam video conference, Kamis (26/3/2020).
Dia menjelaskan, saat ini bergejolaknya keuangan global terjadi akibat pandemik Covid 19 yang bergerak sangat cepat di Amerika Serikat (AS), Eropa dan Italia yang jumlah kasus kematiannya bahkan lebih tinggi dari China.
Virus ini telah menyebar ke seluruh negara dan membuat panik pasar keuangan global. “Pemilik dana melepas dan menjual aset keuangannya,” jelas dia.
Menurut Perry jika dibandingkan dengan periode 1998 lalu, sangat berbeda. Pasalnya jika dulu dolar menyentuh Rp 16.000 dari Rp 2.500.
“Ingat dulu itu dari Rp 2.500 ke Rp 16.000 hampir 8 kali lipat. Sementara sekarang itu dari Rp 13.800 pelemahannya memang 12%, tapi jauh lebih kecil dari kondisi dulu (1998), dan juga kondisi krisis global 2008,” jelas dia.
Apalagi saat ini, kondisi perbankan nasional sudah kuat tidak seperti dulu. Dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 23%. Non performing loan (NPL) 2,5% secara gross dan 1,3% secara net.
Menurut Perry saat ini langkah ekonomi yang diambil sudah cukup baik. Mulai dari kebijakan moneter, stabilitas sistem keuangan (SSK).

“Seluruh dunia mengalami kepanikan. Bank sentral berupaya melonggarkan likuiditas dengan menurunkan suku bunga. Saya tidak katakan ini sudah berakhir tapi sudah lebih mereda dibandingkan 2 minggu lalu, inilah yang kita hadapi,” imbuh dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar