Jumat, 08 Maret 2019

PT SOLID GOLD BERJANGKA | Bos BI Beberkan Alasan Dolar 'Mengamuk' Lagi

Foto: Pradita Utama
PT SOLID GOLD BERJANGKA MAKASSAR - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS beberapa hari terakhir mengalami pelemahan. Bank Indonesia (BI) menilai hal ini terjadi karena sentimen global.


Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam seminggu terakhir terjadi akibat faktor ekonomi global. Hal ini karena terjadinya risk off terhadap sentimen pasar global yang mendorong penguatan dolar AS. 

Dia menjelaskan pertama indikator seperti pertumbuhan manufaktur di AS menunjukkan bahwa ekonomi negeri Paman Sam itu masih positif. Kemudian kedua pertumbuhan ekonomi di Eropa yang rendah dan inflasi rendah. Kemudian pernyataan chairman bank sentral Eropa terkait perekonomian itu menyebabkan dovish statement. 


"Di satu sisi tadi, perekonomian AS mendorong dolarnya menguat. Di sisi lain di Eropa, ekonomi yang melemah membuat Euro juga melemah. Sehingga ini mendorong semakin kuatnya dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia," kata Perry di Gedung BI, Jakarta, Jumat (8/3/2019).

Perry menambahkan selain kedua faktor tersebut, kondisi harga minyak dunia yang meningkat juga menyebabkan penguatan dolar AS. Selanjutnya faktor geopolitik seminggu terakhir seperti tidak tercapainya kesepakatan AS dan Korea Utara, ketidakjelasan Brexit turut mempengaruhi.


"Jadi 4 faktor ini menyebabkan ada tekanan untuk mata uang di berbagai belahan dunia, termasuk dalam beberapa hari ada tekanan untuk rupiah," jelas dia.

Dia menegaskan jika tekanan terhadap rupiah ini sepenuhnya terjadi akibat faktor eksternal. "Saya tegaskan tekanan rupiah ini lebih banyak karena faktor eksternal, karena faktor domestik semuanya bagus mulai dari inflasi rendah, ekonomi baik, survei konsumen membaik, aliran modal asing baik, cadangan devisa meningkat," ujarnya. 


Kemudian ada indikator awal pada Februari neraca perdagangan akan mengalami surplus. Menurut Perry masih ada risiko penguatan dolar AS terhadap rupiah. Karena itu BI menyikapi dengan terus berada di pasar, melihat mekanisme pasar supply and demand dipastikan berjalan dengan baik dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya.


Berdasarkan reuters, dolar AS tercatat Rp 14.300 dengan harga tertinggi sempat menyentuh level Rp 14.310 dan terendah Rp 14.154. Kemudian menurut data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) atau kurs tengah BI dolar AS tercatat Rp 14.223 lebih tinggi dibandingkan periode 6 Maret 2019 Rp 14.219.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar