Solid Gold Makassar - Pujian datang dari pakar semiotika Acep Iwan Saidi untuk kampanye akbar
Prabowo Subianto di Gelora Bung Karno pagi tadi. Acep Iwan Saidi bahkan
setuju dengan pendapat Prabowo bahwa kampanye akbar itu merupakan rapat
akbar politik terbesar dalam sejarah.
Acep Iwan Saidi mengaku sempat berkomunikasi dengan Eep Saefullah Fatah
lewat WhatsApp (WA) membahas kampanye akbar Prabowo di GBK. Bagi dia,
tak pernah ada partai politik yang bisa menggerakkan massa sebegitu
besar.
Lebih jauh, dia menyebut Prabowo tampil dengan gaya dan konten dalam
kampanye akbar di GBK tadi pagi. Prabowo, katanya, menunjukkan kualitas.
"Sebagai penonton di antara 'dua televisi', tentu saja saya
ikut berbahagia. Khususnya karena pagi di akhir pekan ini saya
menyaksikan seorang calon presiden berpidato dengan 'gaya dan konten'
yang nyaris sempurna. Prabowo sedang tunjukkan kepada publik kualitas
dirinya: 'diri-luar dan diri-dalam sekaligus'," kata dia.
Berikut ini catatan lengkap Acep Iwan Saidi soal kampanye akbar Prabowo Subianto di GBK:
Pidato Ahad Pagi
Ini
akhir pekan yang menyenangkan buat politik. Terutama, pasti, bagi
Prabowo-Sandi (02) dan para pendukungnya. Pasalnya, gelar rapat akbar 02
di Gelora Bung Karno (GBK) subuh hingga pagi ini (Ahad, 7/04/ 19),
sukses abis. GBK putih polos. Prabowo juga berada pada puncak stamina.
Pidatonya keren. "Itu pidato orang berbahagia," demikian catatan Kang
Eep Saefullah Fatah dalam pesan pendek melalui WhatsApp (WA) kepada
saya. Kami pun sempat berdiskusi singkat.
Dari sisi
peserta hadir, saya setuju pada pendapat yang mengatakan ini rapat akbar
politik terbesar dalam sejarah. Saya sendiri ingin menyebutnya sebagai
kerumunan hati. Soalnya, saya belum percaya kalau mereka datang karena
dukungan politik semata. Bukankah tidak pernah ada pula partai politik
yang bisa memobilisasi rakyat sedemikian hebat. Mereka datang, saya
pikir, karena dihela oleh kegelisahan dari dalam dirinya sendiri.
Apa
itu? Saya tidak tahu persis. Jika boleh menduga, barangkali mereka
ingin menyatakan dirinya ada, sebagai makna. Mereka tidak betah
terus-menerus diposisikan di luar layar, sebagai pemerhati gambar.
Indonesia bukan sebuah lukisan. Mereka sudah jenuh dengan citra. So,
mereka ingin menembus ke balik layar, menjadi bagian dari sejarah.
Mereka ingin tegaskan: Indonesia itu nyata. Kekayaan tanah air juga
nyata.
Sebagai penonton di antara "dua televisi", tentu
saja saya ikut berbahagia. Khususnya karena pagi di akhir pekan ini saya
menyaksikan seorang calon presiden berpidato dengan "gaya dan konten"
yang nyaris sempurna. Prabowo sedang tunjukkan kepada publik kualitas
dirinya: "diri-luar dan diri-dalam sekaligus".
Dari
diri-luarnya saya bersaksi atas bahasanya yang mengalir, gesture-nya
yang terjaga, dan penguasaan panggungnya yang oke. Pagi ini Prabowo
benar-benar tahu: Beliau tengah berada di mana dan sedang apa. Saya
seperti sedang menyaksikan sejarah orasi politik para pemimpin kelas
dunia.
Sedangkan dari "diri-dalam"-nya saya mendengar
ungkapan yang membuat merinding. "Usia kekuasaan itu tidak lama, dan
saya pun sudah tua!" Memang tidak persis begitu ungkapannya. Tapi, saya
menangkap demikian intinya. Bagi saya, ini menjadi semacam janji dan
peringatan untuk dirinya sendiri. "Jangan bermain-main dengan kekuasaan,
jangan berjudi dengan mandat rakyat. Usia dan kekuasaan tidak lama.
Dunia adalah riwayat yang terlalu singkat. Jadikan kekuasaan sebagai
ladang amal sebelum berangkat ke akhirat!".
Saya
berharap, pada sebuah pagi yang lain, dalam waktu yang sejatinya sangat
dekat, mendengar kualitas pidato dari yang lain yang juga menyengat.
Ketahuilah, acap kali rakyat tidak butuh retorika tentang bukti yang
telah lewat. Ketimbang demikian, Rakyat lebih memerlukan masa depan yang
meyakinkan.
Baiklah, saya tunggu di perempatan, sebelum menjatuhkan pilihan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar