SOLID GOLD MAKASSAR - Seorang mahasiswa bernama Muhammad Khaidir (23) dikeroyok warga karena disangka maling di sebuah masjid di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pengeroyokan Khaidir terjadi pada tengah malam.
"Waktu
dan TKP lingkungan Jatia, Kelurahan Mata Allo, Kecamatan Bajeng,
Kabupaten Gowa, yang terjadi pada hari Senin, sekitar jam 02.00 Wita,"
kata Kapolres Gowa AKBP Shinto Silitonga saat dimintai konfirmasi soal
peristiwa itu.
Shinto mengatakan korban mengalami beberapa luka di sekujur tubuh akibat
pengeroyokan itu. Beberapa luka ada di sekitar kepala dan badan korban.
"Luka memar dan robek pada kepala bagian belakang. Luka memar pada telapak tangan dan luka robek pada betis kanan," sebutnya.
"Modusnya,
para tersangka melakukan kekerasan secara bersama-sama terhadap korban
menggunakan balok kayu dan tangan kosong yang mengakibatkan korban
meninggal dunia," sambungnya.
Shinto menegaskan, Polres Gowa tidak akan menoleransi terjadinya aksi
kekerasan oleh warga secara sewenang-wenang dengan main hakim sendiri.
Dia juga meminta masyarakat tetap tenang.
"Meminta semua pihak
agar mengikuti proses penegakan hukum yang sedang berlangsung di Polres
Gowa serta menahan diri untuk tidak terprovokasi," kata dia.
Sebelumnya,
kasus ini bermula ketika Khaidir datang ke rumah seorang warga
berinisial YDS, yang tinggal di dekat masjid. Khaidir ke rumah itu
setelah sebelumnya ke masjid untuk salat, tapi pintunya tertutup.
Khaidir menggedor rumah YDS dengan maksud meminta agar pintu masjid
dibuka.
Gedoran pintu Khaidir ternyata dianggap mengancam oleh
pemilik rumah, sehingga YDS lari melalui pintu rumah lain, lalu menuju
masjid.
"Informasi keluarganya yang bersangkutan ingin melakukan
salat. Ada misinformasi, ada miskomunikasi yang rumah ini menganggap
seolah-olah ada suatu ancaman terhadap dirinya," tutur AKBP Shinto.
Di masjid, YDS bertemu dengan RDN (47), marbut masjid. RDN lalu
menggunakan pengeras suara berbicara seolah-olah ada maling di masjid.
Khaidir, yang tak merasa terjadi apa-apa, lalu menuju masjid. Di sana
sudah ada warga yang berkumpul. Pemuda malang yang dianggap maling itu
lalu dipukuli warga.
"Hadirnya korban direspons warga dengan
provokasi alat pengeras suara dan menimbulkan hadirnya massa dan
melampiaskannya dengan melakukan kekerasan dan penganiayaan
bersama-sama," ujar AKBP Shinto.
"Teriakannya ada maling, tapi
tidak ada benda dicuri, itu yang memantik warga datang dan melakukan
aksi kekerasan. Itu masih berdasarkan informasi tersangka. Kita ingin cover both side,
kita tidak punya pembanding dan memang butuh pendalaman dari keluarga
korban, nanti kita lihat karakter psikilogisnya," sambungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar