SOLID GOLD BERJANGKA MAKASSAR - Bangunan adat yang ada di nusantara terbuat dari kayu dan bambu, di mana
keseluruhan elemennya saling kait mengkait. Seperti struktur Uma Lengge
di Bima, NTB.
Bangunan Uma Lengge tidak sembarang dan ternyata
memiliki makna tersendiri yang berdasarkan kepercayaan suku Bima. Ini
wajib para traveler ketahui.
Uma Lengge umumnya menggunakan
empat tiang yang menumpu pada fondasi berupa sebuah batu sebagai tumpuan
tiang. Konstruksi bangunan ini agar tahan gempa dan angin kencang atau
dalam arti lainnya tidak mudah runtuh. Seluruh bagian merupakan satu
kesatuan yang diletakkan di atas batu begitu saja.
Tiang atau dalam bahasa Bima nya Ri'i Uma berbentuk huruf A. Setiap Ri'i
diberi Wole semacam pasak untuk mengunci tiangnya. Ukuran fondasi
biasanya bervariasi, tergantung besar tiang penyangga bangunan, pada
pemasangan fondasi, lansung diletakkan di permukaan tanah.
Untuk
tiang penyangga biasanya digunakan kayu Jati, dengan sistem
penyambungan menggunakan sambungan kayu dengan dimensi 5x6 meter. Ini
sesuai dengan adat setempat, untuk jumlah tiang harus dengan jumlah
empat karena tiang yang berjumlah lebih itu untuk rumah para bangsawan,
melayu dan bugis.
Yang menarik dari Uma Lengge yaitu tikus tidak
dapat naik ke atas rumah karena terhalang oleh Ngapi, dan batu fondasi
pun konon katanya dimantrai oleh para sando (Dukun) supaya tikus tidak
bisa naik ke atas rumah.
Lantai Uma Lengge menggunakan bahan dari
bambu yang disebut Ngori Sari dan bertingkat tiga. Seperti pada tiang,
lantai pertama juga tidak menggunakan paku untuk penyambungan hanya
diikat dari tali yang terbuat dari kulit pohon pisang dan kulit pohon
lainnya dan lantai pertama di gunakan untuk aktifitas menerima tamu
ataupun menenun.
Pada lantai kedua juga terbuat dari bambu yang digunakan untuk ruang
tidur disebut Ade Uma agar dapat naik ke lantai kedua menggunakan tangga
disebut Karumpa Ntada yang dibuat antara tiang-tiang penyangga. Lantai
tiganya disebut Pamoka untuk menyimpan bahan makanan.
Tepat di
kolong lantai dua terdapat kandang ayam yang disebut Tada Janga yang
sengaja dibuat oleh pemilik rumah. Tujuannya adalah ketika ayam berkokok
agar terdengar jelas dan langsung membangunkan tuan rumah. Kadang juga
di dalam rumah ditaruh Jaba Kawubu yaitu sejenis burung puyuh yang
diyakini bisa menolak ilmu santet.
Pada bagian atap rumah terbuat
dari jerami dan daun kelapa yang disebut dengan Butu Doro. Uma lengge
ini merupakan awal bangunan arsitektur zaman Ncuhi suku Mbojo sekiataran
abad 12 masehi.
Masa kepopulerannya berakhir pada tahun 1990
Masehi, dan sekarang salah satu wilayah yang masih menjaga kelestarian
Uma Lengge tepatnya di Desa Maria, Kecamatan Wawo.
Jika pemilik
rumah akan berpergian jauh maka tangga di rumahnya akan disimpan di
samping rumahnya untuk menandakan dia tidak berada di rumah atau sedang
bepergian. Tangga itu disebut Karumpa Ntada.
Dalam kepercayaan
agama lama Suku Mbojo, bahwa arwah leluhur mereka bersemayam di atas
atap rumah mereka yang disebut Wanga. Di situ mereka meyakini bahwa
arwah leluhurnya menjaga keselamatan yang punya rumah dan juga
dimantrai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar