Solid Gold Berjangka Makassar - Harga emas kembali turun untuk sesi keenam berturut-turut pada Rabu, mencapai di bawah $2610 per ons, level terendah dalam sekitar tiga minggu terakhir. Pada 9.10 WIB, XAU/USD diperdagangkan pada kisaran $2.606 - $2.609.
Penurunan ini dipicu oleh penguatan dolar Amerika Serikat, seiring dengan ekspektasi para trader bahwa Federal Reserve tidak akan segera menurunkan suku bunga secepat yang sebelumnya diperkirakan. Risalah dari pertemuan terakhir Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada bulan September menunjukkan adanya perbedaan di antara pembuat kebijakan The Fed mengenai besaran penurunan suku bunga, dengan beberapa peserta lebih memilih pengurangan setengah poin dan sebagian memilih pengurangan seperempat basis poin.
Data dari CME FedWatch Tool menunjukkan penurunan probabilitas untuk pengurangan 25 bps dari 85,2% menjadi 75,9%. Selain itu, sebagian pelaku pasar mulai memposisikan diri untuk kemungkinan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tidak berubah, dimana kemungkinan ini naik menjadi 24,1% dari 14,8%.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS terus meningkat dengan catatan 10-tahun berada pada 4,062%. Kenaikan ini mendukung dolar AS, yang menurut Indeks Dolar AS (DXY) meningkat 0,42% pada 102,90, level tertinggi sejak pertengahan Agustus 2024. Hal ini turut memperkuat dolar terhadap semua mata uang G-10 lainnya, mereduksi ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga lebih lanjut dari The Fed.
Dengan laju penguatan dolar yang paling panjang sejak 2022, para pelaku pasar kini mengalihkan fokus mereka ke perilisan data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS pada Kamis mendatang. Diharapkan bahwa inflasi AS akan menunjukkan penurunan, dimana CPI diestimasikan turun dari 2,5% menjadi 2,3% YoY, sementara CPI inti diperkirakan tetap tidak berubah dari angka Agustus di 3,2% YoY. Namun, jika data inflasi melampaui perkiraan, hal tersebut dapat membuka kemungkinan bagi The Fed untuk menunda siklus penurunan suku bunga.
Ketidakpastian kebijakan moneter The Fed dihadapkan pada ketahanan ekonomi AS yang kuat serta risiko terhadap pasar tenaga kerja yang tetap meningkat. Perkembangan ini disertai dengan pengumuman dari Bank Sentral Cina yang menghentikan pembelian emas selama lima bulan berturut-turut, menambah tekanan pada harga emas yang sudah tertekan.
Dengan pasar yang menampilkan volatilitas tinggi, investor dan trader menantikan data CPI AS beserta data pekerjaan AS dan pernyataan dari pejabat The Fed lainnya untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar