Selasa, 03 Desember 2019
Solid Berjangka - Bidik Pasar Afrika, WIKA Garap Proyek Prestisius di Senegal
Solid Berjangka Makassar - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) akan mengerjakan proyek Goree Tower tahap 1 di Senegal. Hal tersebut ditandai dengan penandatangan kontrak antara WIKA dan L'Agence De Gestion Du Patrimoine Bati De L'Etat (AGPBE).
Direktur Operasi III WIKA Destiawan Soewardjono mengatakan pekerjaan proyek Goree Tower di Senegal ini memiliki nilai kontrak tahap 1 sebesar 50 juta Euro atau setara Rp 782 miliar (1 Euro= Rp 15.640) yang menjadi bagian dari kesepakatan total sebesar 250 juta Euro.
Proyek ini, kata Destiawan, merupakan tindak lanjut konkret 'business deals' antara Pemerintah Senegal dengan WIKA dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank pada acara Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) di Bali pada bulan Agustus 2019 lalu.
"Kerja sama yang akan direalisasikan ini merupakan salah satu milestone kiprah BUMN karya Indonesia di Afrika Barat, di mana WIKA memang mampu mengerjakan proyek mulai dari social housing di Afrika sampai proyek besar dan prestisius seperti Goree Tower Project ini" ucap Destiawan dalam keterangan tertulis, Selasa (12/3/2019).
"Bagi kami pasar luar negeri adalah potensi yang harus diimplementasi. Masuknya WIKA di pasar infrastruktur dan gedung Afrika sesuai dengan strategi bisnis WIKA yang menyasar negara-negara berkembang dengan kebutuhan infrastruktur yang tinggi," imbuhnya.
Penandatangan dilakukan oleh AGPBE yang diwakili Direktur Operasi Yaya Abdoul Kane dan WIKA diwakili oleh Direktur Operasi III yang membawahi Divisi Luar Negeri Destiawan Soewardjono, Senin (2/12/2019). Turut hadir menyaksikan antara lain Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Bappenas Senegal Dr Cheikh Kante.
Lebih lanjut Destiawan menjelaskan, proyek prestisius 'Kawasan Mixed-Used Building' dengan tipe proyek Full Design dan Build dikerjakan oleh WIKA selaku kontraktor utama dengan masa pelaksanaan 24 bulan.
Adapun cakupan pekerjaan perseroan meliputi pembangunan hotel bintang 5 dengan 33 lantai, sky dining, gedung perkantoran, convention center, dan residential apartment.
Untuk pelaksanaan proyek, WIKA mendapat fasilitas pembiayaan National Interest Account (NIA) dengan skema Buyer's Credit melalui LPEI. Kata Destiawan, penyaluran fasilitas ini sejalan dengan strategi pemerintah untuk memperluas ekspor Indonesia ke negara non tradisional termasuk Afrika. Buyer's credit sendiri merupakan fasilitas yang hanya dapat disediakan oleh LPEI.
"Dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor Indonesia dari sisi pembeli atau demand side, skema ini merupakan bentuk nyata dari peran LPEI sebagai fill the market gap," ungkapnya
Lebih lanjut, Destiawan menambahkan bahwa tantangan ke depan adalah bagaimana sinergi yang telah terjalin baik dengan LPEI ke depannya dapat memfasilitasi WIKA dan perusahaan Indonesia lainnya untuk dapat memenuhi kapasitas pembiayaan infrastruktur negara-negara Afrika yang trennya semakin naik dari tahun ke tahun. Terutama dengan adanya kepercayaan dari beberapa negara di Afrika untuk menjadikan BUMN Indonesia sebagai mitra strategis mereka.
"Apabila itu dapat terealisasi, maka akan meningkatkan peluang untuk membuka pasar lebih luas lagi bagi WIKA dan perusahaan Indonesia lainnya dalam melakukan ekspansi ke sejumlah negara, khususnya di Wilayah Afrika," pungkas Destiawan.
Sementara itu Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan, proyek Goree Tower Senegal menambah keyakinan Internasional bahwa perusahaan Indonesia memiliki kemampuan untuk bersaing di pasar global.
Sinthya menambahkan bahwa kinerja ekspor perusahaan nasional sangat penting bagi peningkatan nilai neraca perdagangan, untuk itu diperlukan upaya dalam meningkatkan nilai ekspor baik dari sisi volume maupun pasar tujuan ekspor.
Peran Pemerintah melalui LPEI untuk menyediakan pembiayaan khusus dapat menstimulus perusahaan Indonesia melakukan perdagangan (ekspor) ke negara-negara non tradisional.
"Sebagai salah satu fiscal tools Pemerintah, LPEI sesuai dengan mandatnya akan terus melakukan unlocking potential market agar pelaku ekspor Indonesia dapat melakukan penetrasi pasar ke negara-negara non-tradisional dan meningkatkan kapabilitas eksportir untuk berkompetisi di pasar global," tegas Sinthya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar