PT SOLID GOLD BERJANGKA - Saat blusukan ke Semarang, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sir Thomas Stamford Raffles pada 1814 mendapat informasi tentang keberadaan Candi Borobudur di Desa Bumisegoro, dekat Magelang, Jawa Tengah. Ia
lantas mengutus seorang Belanda, Cornelius, untuk meninjau lokasi.
Dibantu sekitar 200 warga desa, utusan sang Gubernur itu membersihkan
situs dari semak belukar dan timbunan tanah.
Laporan kerja Cornelius kemudian menjadi bahan penting bagi Raffles dalam menulis masterpiece, History of Java
yang terbit tahun 1817. Berkat uraian di buku ini, Borobudur mulai
dikenal ke seantero jagat. Berbagai penelitian dan pemugaran dilakukan
sejak itu.
Dalam buku itu Raffles mendeskripsikan kondisi Borobudur sebagai penuh Ilalang, pepohonan dan segala sesuatu yang menyelimuti bukit itu disibak. Nampaklah candi raksasa; Borobudur.
"Tingginya sekitar 100 kaki, puncak menara sekitar 20 kaki, namun
telah runtuh. Hampir semua bagian interior merupakan bukit itu sendiri,"
tulis Raffles. Dekat dengan bangunan menakjubkan ini, ia melanjutkan,
ditemukan sebuah sosok batu yang terputus anggota tubuhnya, yaitu
Brahma.
Sayang, belum selesai urusannya dengan Boro Bodo--begitu Raffles
menuliskan Borobudur—ia harus mengakhiri tugasnya di Jawa. Sesuai
Konvensi London, 13 Agustus 1814, Inggris harus mengembalikan Jawa
kepada Belanda.
Akhrinya pemugaran baru terlaksana belasan tahun kemudian,
tepatnya pada 1900. Kala itu Gubernur Jenderal Hindia Belanda
(1899-1904) Willem Rooseboom, menunjuk Theodoor van Erp sebagai ketua
tim penyelamatan Borobudur. Di dalamnya ada arkeolog J. Brandes dan B.W.
van de Kamer (insinyur pembangunan). Atas usul Van Erp, tim yang semula
cuma akan memperbaiki saluran air hujan dan beberapa bagian yang
terancam runtuh disetujui untuk memugarnya secara utuh.
"Pemugaran dimulai pada Agustus 1907 di masa Johannes
Benedictus van Heutsz, Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1904-1909,"
tulis Daoed. Pekerjaan proyek raksadsa itu baru rampung sekitar empat
tahun kemudian ketika Heutsz A.W.F. Idenburg (Gubernur Jenderal Hindia
Belanda 1909-1916).
Di masa pendudukan Jepang,
1942-1945, yang dikenal kejam dan kemaruk pun ternyata tak kuasa
bertindak beringas terhadap Borobudur. Kepala Dinas Arkeologi Dr.
Stutterheim sengaja dilepas dari selnya. "Dia diminta meneruskan
berbagai usaha perbaikan-perbaikan kecil agar candi tidak runtuh."
Bukan tanpa alasan Daoed Joesoef melakukan riset khusus dan
menulis buku tentang Borobudur. Rupanya dia punya kenangan tersendiri,
dan kemudian sempat berperan penting dibalik pemugaran dengan sokongan
badan dunia, Unesco. Alkisah, pada 1953 dia bersama karibnya, Adi Putera Parlindungan, yang kuliah di UGM menjejakan kaki di puncak Borobudur saat purnama terang menyala.
Sebelum benar-benar naik, seorang pemilik warung menasihati agar
cepat turun bila tiba-tiba terasa gempa. "Takut roboh, karena Borobudur
sudah miring betul."
Tapi yang membuat Daoed prihatin adalah kondisi Borobudur yang
luar biasa kotor. Hewan ternak bebas berkeliaran di sekitar candi. Aneka
sampah berserakan di setiap gang di dalam candi.
Umat yang melakukan
meditasi di candi pun campur-baur dengan anak-anak yang bermain bola
atau muda-mudi yang indehoy di sana. Anehnya saat berada di puncak stupa
tertinggi, lelaki kelahiran Medan, 8 Agustus 1926 itu merasakan
kedamaian yang luar biasa. "Rasanya kita ada di dekat surga. Ini pertama
kali saya jatuh cinta kepada Borobudur," katanya.
Kontak pertamanya dengan Borobudur itu betul-betul menyentuh
nuraninya. Ia mengaku sampai murung berhari-hari setelah kembali di
Jakarta. Daoed tak habis pikir kenapa orang-orang begitu tega
mencemarkan peninggalan nenek moyang yang seharusnya dirawat dengan baik.
Ketika berada di Prancis guna meraih gelar doktor di Universitas
Sorbone, 1964-1972, dia berupaya mewujudkan keprihatinan dan
kecintaannya kepada Borobudur. Karena sering berlama-lama di
perpustakaan Unesco di Paris, Daoed menguping informasi adanya dana
pemugaran untuk tempat atau situs yang diakui sebagai warisan dunia.
Sayang,
ketika informasi ini disampaikan ke KBRI, responsnya tak seperti yang
diharapkan. Hingga suatu hari, Menteri Pendidikan Mashuri langsung
menunjuknya sebagai penasehat delegasi Indonesia untuk UNESCO.
Bersaing
dengan situs Mohenjodaro dari Pakistan dan Venesia dari Italia,
Borobudur akhirnya menang dan mendapatkan dana tersebut. Pemugaran
Borobudur dimulai pada 10 Agustus 1973.
Ketika pada 1978 ia
ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Presiden
Soeharto, kebetulan dana Borobudur cair. "Dan per definisi, pekerjaan
restorasi tersebut di bawah kementerian saya," tulis Daoed.
Pada
23 Februari 1983 pemugaran Candi Borobudur yang menghabiskan dana 24
juta US Dollar, dinyatakan berakhir dan sukses sesuai rencana. Pada
1991, Unesco mengukuhkan Borobudur sebagai warisan budaya dunia. Dengan
demikian, Borobudur bukan cuma milik umat Budha tapi milik seluruh umat
yang harus dijaga bersama, apapun risikonya.
Baca Juga Artikel Keren & Terupdate Kami Lainnya Di :
Sgoldberjangka.com wordpress.com weebly.com blogdetik.com strikingly.com
wixsie.com jigsy.com spruz.com bravesite.com
Sgoldberjangka.com wordpress.com weebly.com blogdetik.com strikingly.com
wixsie.com jigsy.com spruz.com bravesite.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar