Solid Gold Berjangka Makassar - Harga emas kembali menguat mendekati $2.610 per ons pada hari Rabu setelah sempat mencapai titik terendah dalam dua bulan terakhir. Perhatian investor kini tertuju pada sejumlah data ekonomi penting AS yang diharapkan memberikan panduan lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve.
Dampak Penguatan Dolar AS
Setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden, harga emas terdampak oleh penguatan Indeks Dolar AS (DXY) dan kenaikan imbal hasil Treasury AS. Pada hari Selasa, harga emas turun di bawah $2.600 untuk pertama kalinya sejak pertengahan September, dengan XAU/USD diperdagangkan di $2.599, turun 0,77%. Ekspektasi terhadap kebijakan Fed yang kurang dovish juga memainkan peran, karena pasar kini memperkirakan sedikit penurunan peluang pemangkasan suku bunga di bulan Desember.
World Gold Council (WGC) melaporkan bahwa pada minggu pertama November, terjadi arus keluar emas ETF global sekitar US$809 juta, dengan penurunan terbesar terjadi di Amerika Utara, meskipun sebagian diimbangi oleh arus masuk dari Asia. Risiko politik dianggap berkurang, dan selera terhadap Dolar AS yang semakin kuat serta kenaikan imbal hasil obligasi membuat prospek Bullion tertekan.
Kebijakan PBoC dan Arus Impor Emas
Di sisi lain, laporan Commerzbank mengungkapkan bahwa Bank Rakyat China (PBoC) tidak melakukan pembelian emas baru selama enam bulan berturut-turut. Cadangan emas PBoC tetap tidak berubah di 72,8 juta ons atau 2.264 ton. Keputusan ini mengakibatkan penurunan tajam dalam pembelian emas bank sentral menjadi 186 ton pada kuartal ketiga, hampir separuh dari jumlah yang dibeli pada tahun sebelumnya. Seiring dengan berakhirnya pembelian emas PBoC dari produsen tambang domestik, lebih banyak emas kini tersedia untuk rumah tangga di China.
Ekspektasi Data Inflasi dan Kebijakan Fed
Ekspektasi tarif yang akan diberlakukan di bawah pemerintahan Trump dilihat sebagai inflasi yang berpotensi menunda siklus pelonggaran Fed tahun depan. Pelaku pasar kini memproyeksikan peluang sebesar 60% untuk pemangkasan suku bunga tambahan di bulan Desember, turun dari sekitar 80% sebelum pemilu pekan lalu. FedWatch Tool dari CME menunjukkan bahwa potensi pemotongan suku bunga diperkirakan akan turun hingga 24 basis poin pada akhir 2024.
Fokus utama kini adalah rilis data inflasi konsumen yang akan dirilis, diikuti oleh data Producer Price Index (PPI), klaim pengangguran mingguan pada hari Kamis, dan data penjualan ritel pada hari Jumat. Richmond Fed President Thomas Barkin telah menyatakan, "Inflasi mungkin mulai terkendali atau bisa saja berisiko di atas target 2% Fed."
Secara keseluruhan, pergerakan pasar emas dalam waktu dekat sangat tergantung pada serangkaian data ekonomi AS yang akan datang, yang dapat memberikan indikasi lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter Fed di masa mendatang.