Senin, 18 Januari 2021
Solid Gold | Sempat Lockdown, Ekonomi China Tetap Tumbuh 2,3% Selama 2020
Solid Gold Makassar – Ekonomi China tumbuh sebesar 2,3%, seperti laporan yang diterbitkan negara itu, Senin (18/1). Pertumbuhan itu didapat meski China sempat melakukan lockdown dan dunia tengah dilanda krisis pandemi COVID-19.
Mengutip CNBC, Senin (18/1/2021) Biro Statistik Nasional China melaporkan produk domestik bruto (PDB) negara naik 6,5% pada kuartal IV-2020. Angka-angka kenaikan itu mengalahkan prediksi dari analis.
Namun, konsumen China tetap enggan untuk berbelanja, karena itu tingkat penjualan ritel mengalami kontraksi 3,9% di 2021. Namun, penjualan ritel untuk kuartal IV tahun kemarin naik 4,6%. Sementara penjualan online pun tercatat naik 14,8% tahun lalu. Secara keseluruhan penjualan ritel cukup stabil di kuartal IV itu.
Para ekonom memperkirakan China menjadi satu-satunya ekonomi besar yang tumbuh tahun lalu, dan memperkirakan PDB pada tahun 2020 meningkat lebih dari 2%. Berdasarkan survei, ekonom memperkirakan Ekonomi China tumbuh 6,1% pada kuartal IV-2020 lebih cepat dari laju 4,9% pada kuartal sebelumnya.
Untuk tahun 2020, tingkat konsumsi menyumbang 54,3% dari PDB. Komisaris Biro Statistik Nasional Ning Jizhe mengatakan angka itu lebih rendah dari 57,8% di PDB pada 2019.
Otoritas Tiongkok memperkirakan pertumbuhan negara ekonomi terbesar kedua dunia itu karena didorong oleh permintaan domestik alias dalam negeri. Pemerintah telah lama menggantungkan permintaan domestik daripada mengandalkan pertumbuhan investasi.
Kepala penelitian Makro dan Strategi, Renaissance China, Bruce Pang memperkirakan penjualan ritel akan meningkat pada tahun 2021, naik lebih dari 10% dari tahun sebelumnya.
Sebelum menuai pertumbuhan itu, China sebagai negara munculnya COVID-19 ekonominya sempat minus hingga 6,8% pada tiga bulan pertama 2020. Namun, pada kuartal II-2020
Untuk tahun 2020, tingkat konsumsi menyumbang 54,3% dari PDB. Komisaris Biro Statistik Nasional Ning Jizhe mengatakan angka itu lebih rendah dari 57,8% di PDB pada 2019.
Otoritas Tiongkok memperkirakan pertumbuhan negara ekonomi terbesar kedua dunia itu karena didorong oleh permintaan domestik alias dalam negeri. Pemerintah telah lama menggantungkan permintaan domestik daripada mengandalkan pertumbuhan investasi.
Kepala penelitian Makro dan Strategi, Renaissance China, Bruce Pang memperkirakan penjualan ritel akan meningkat pada tahun 2021, naik lebih dari 10% dari tahun sebelumnya.
Sebelum menuai pertumbuhan itu, China sebagai negara munculnya COVID-19 ekonominya sempat minus hingga 6,8% pada tiga bulan pertama 2020. Namun, pada kuartal II-2020 Ekonomi China.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar