Senin, 11 Januari 2021
Solid Gold | OECD Ramal Ekonomi Global di 2021
Solid Gold Makassar - Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau Organisation for Economic Co-operation and Development mengungkap ekonomi global akan membaik pada 2021 meski masih pada basis rendah.
Kepala Ekonom, Laurence Boone menjelaskan rendahnya prospek ekonomi global akan disebabkan oleh banyaknya negara yang memberlakukan lockdown meski vaksin COVID-19 tengah dibagikan.
"Kami mungkin memiliki enam hingga sembilan atau dua belas bulan lagi di depan kami. Saya tidak mengatakan itu mudah. Kita harus terus melakukan tindakan non-farmasi, pemerintah mendukung dan menyebarkan vaksin, selama dan seefisien mungkin, serta secepat dan seaman mungkin," ujarnya, dikutip dari BBC.
Virus Corona varian baru telah menyebabkan banyak negara melakukan lockdown baru. Seperti negara-negara di Asia, salah satunya Korea Selatan, yang hingga saat ini berhasil membatasi virus Corona varian baru.
OCED memperkirakan PDB global akan naik ke tingkat sebelum pandemi pada akhir 2021. Namun, organisasi itu mengingatkan pemulihan setiap negara akan berbeda-beda.
China, misalnya diperkirakan tumbuh 8% pada 2021, sementara negara anggota OECD lainnya diperkirakan tumbuh rata-rata lebih dari 3%. Negara anggota OECD ada 31 negara termasuk Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, hingga Turki.
OCED menambahkan seberapa baik sebuah negara akan pulih akan tergantung pada seberapa lancar peluncuran vaksin di masing-masing negara.
Boone juga menjelaskan bahwa pemerintah harus terus mengeluarkan uang untuk menopang ekonomi dalam menghadapi krisis saat ini. Menurutnya pemerintah harus lebih baik mengelola anggaran nasionalnya.
"Langkah-langkah yang sangat kami anjurkan ini masuk akal karena krisis ini bersifat sementara. Jadi kita berbicara tentang tindakan sementara dan peningkatan sementara rasio utang terhadap PDB," katanya.
"Begitu kita keluar dari krisis, tatanan ekonomi akan dipertahankan berkat tindakan ini, kemudian kita harus mundur selangkah, melihat evolusi keuangan publik di seluruh negara tidak hanya sejak COVID-19, tetapi juga sejak krisis keuangan dan lihat apakah pemerintah membelanjakan uang mereka untuk prioritas yang benar," jelasnya lagi.
Perkiraan tajam tersebut menyoroti betapa menantang krisis kesehatan bagi negara kaya dan miskin. Ke depannya masih banyak jalan sulit yang harus dihadapi semua negara.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar