Solid Gold Berjangka Makassar – Verawati adalah seorang master yang menjadi peneliti bioteknologi molekuler di Balai Besar Veteriner, Wates, DIY. Namun di tengah kesibukannya, dokter hewan lulusan UGM Yogyakarta itu menulis sebuah buku ‘panduan’ menciptakan keluarga sederhana paripurna.
Verawati adalah istri dari Bupati Wonogiri, Joko Sutopo. Meskipun menjadi istri bupati, Vera tidak setiap hari selalu mendampingi suaminya karena dia juga harus bekerja sebagai PNS di Yogya. Setiap akhir pekan dia dan anak tunggalnya, Anugrah Baskoro Sutopo, baru bisa ke Wonogiri.
Lahir dan besar di Solo lalu menyelesaikan pendidikan lalu berkarir Yogya, membuat Vera merasa benar-benar asing ketika suaminya terpilih sebagai bupati di salah satu daerah ‘terpencil’ di Jateng tersebut.
“Ketika Mas Joko mengawali menjadi bupati pada 2016, saya meminta cuti selama 3 bulan dari pekerjaan. Saya keliling masuk ke pelosok-pelosok Wonogiri. Dari hasil blusukan itulah saya kemudian berpikir bahwa harus ada yang perlu saya beri catatan khusus untuk tugas pengabdian ini,” ujarnya saat peluncuran buku karyanya di Wonogiri, Jumat (3/5/2019).
Menulis memang bukan hal baru bagi Vera. Dia biasa menuangkan hasil karyanya dalam tulisan. Namun tentu saja selama ini adalah karya ilmiah hasil penelitian untuk dimuat di jurnal-jurnal kelas nasional maupun internasional.
“Baru kali ini saya menulis karya populer. Nervous tentu ada, tapi ya itu tadi, saya harus mengatasinya dengan semangat bahwa harus ada yang saya catatkan untuk memberi kontribusi bagi terciptanya keluarga yang paripurna dengan panduan yang jelas,” lanjutnya.
Buku itu dijuduli ‘Membangun Keluarga 4W 5 Sempurna; Wareg, Waras, Wasis, Wanggon, Waskita’. Buku itu ditulis dengan narasi yang sederhana dan mudah dicerna sehinga makna dan pesannya mudah sampai kepada pembaca, terutama ibu-ibu dari semua kalangan.
Dalam kata pengantarnya, Menko PMK Puan Maharani, menulis bahwa buku tersebut merupakan hasil pengamatan dan pendalaman penulisnya setelah mengenali seluruh sudut di dalam rumah yang unik bernama keluarga di berbagai kalangan masyarakat..
Yang lebih dari itu, kata Puan, Verawati menuliskan pemikirannya dengan cara penyampaian yang sangat membumi. Penggunaan istilah wareg (terpenuhinya kebutuhan pangan), waras(kesehatan), wasis (pendidikan), wanggon (tata laksana rumah tangga), waskita (bijak), adalah jargon budaya lokal yang diangkat kembali oleh Vera agar pembaca merasa akrab dan mudah memahami pesannya.
Editor dan penyunting buku tersebut, Agoes Widhartono, mengatakan tidak terlalu sulit menyunting dan menyeleraskan buku pertama karya Verawati yang diterbitkan oleh Hikam Media Utama, Yogyakarta, tersebut.
“Mbak Vera memang sudah terbiasa menulis, jadi memudahkan dalam proses penyuntingan buku. Namun yang sangat saya respek adalah, sebagai seorang ilmuwan peneliti, Mbak Vera bisa menulis dengan gaya narasi yang mengalir, pengungkapan yang sederhana dan mudah dicerna. Ini kelebihan tersendiri menurut saya,” ujar Agoes.
Sedangkan pihak penerbit mengakui bahwa sebagai karya pertama, buku karangan Verawati tersebut perlu mendapat apresiasi secara khusus. Kasimun, penulis lepas yang juga pemilik penerbitan Hikam Media Utama, mengakui kelebihan Verawati dalam menulis.
“Sebagai penerbit sekaligus penulis, merasa telah diruntuhkan kebanggaan saya. Saya pikir ketika buku-buku saya diterbitkan, saya sudah hebat. Ternyata saya salah. Sebagai penulis wajar saja kalau buku saya terbit, sebab sehari-hari memang pekerjaan saya menulis. Tapi Bu Vera, dengan segala sandangan dan kesibukannya masih mampu melahirkan karya, sungguh ini istimewa. Aku pun serasa ‘mengkeret’ dibuatnya,” kata Kasimun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar