SOLID GOLD BERJANGKA – Sudut Kampung Erambu ini terasa sunyi,
jauh dari Kota Merauke yang jaraknya sekitar 120 km di sebelah selatan.
Di tepian Kali Wanggo, aktivitas penduduk jelas terlihat.
Terlihat tongkat-tongkat kayu terpancang dengan ikan bergelantungan. Pemandangan tersebut dilihat
Solid Gold di Jalan Trans Papua dekat sungai ini, Selasa (14/5/2017). Ikan-ikan itu dijual kepada siapa saja yang ingin membelinya.
Lokasi ini bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat, lurus terus
saja dari arah Merauke. Dari Tugu Kembaran Sabang-Merauke, terus saja ke
utara sampai sekitar 40 km. Jalan rusak berlumpur harus ditempuh. Bila
musim hujan, risiko kendaraan terjebak lumpur bakal lebih besar
ketimbang saat musim kemarau.
Seorang warga Kampung Erambu bernama Meki (27) mengeluhkan kondisi
jalan di sekitar kampungnya itu. Bila kondisi jalan baik, aktivitas
hilir mudik orang kampung ke kota jadi lebih lancar. Keuntungan menjual
ikan, hasil buruan, dan hasil hutan lain bisa lebih baik bila dijual ke
kota ketimbang hanya dijual di pinggir jalan.
“Harus diperbaiki lagi jalan raya itu. Kendaraan sering ada yang
macet di situ,” kata Meki sambil menunjuk ke arah jalan berlumpur di
seberang sungai sana.
Sebenarnya, saat musim kemarau, saat jalan tak berubah jadi kubangan
lumpur, penduduk Erambu sering membawa barang jualan ke Kota Merauke.
Namun, bila hujan turun, perjalanan itu tidak mudah dilakukan.
“Gara-gara itu kita tidak bisa membawa hasil ke Merauke, ya karena
jalanan. Biasanya bawa ikan, daging, jualan di pasar di Merauke. Di
sana, harga di atas sedikit daripada di sini,” kata Meki, yang duduk di
atas perahu kecil.
Barang jualan mereka adalah ikan gabus, mujair, hingga ikan kaloso
(arwana). Ada pula daging saham (kanguru Merauke), rusa, dan babi,
kadang-kadang juga kasuari. Ikan mujair kecil-kecil dijual Rp 15 ribu,
sedangkan yang besar Rp 20 ribu. Harga daging kanguru bervariasi,
tergantung ukuran, dari Rp 40 ribu hingga Rp 70 ribu. Daging rusa
seharga Rp 25 ribu per kilogram. Babi hidup dihargai Rp 300 ribu.
Saudara sepupu Meki, Silvester Kabujay (40), menyatakan hal serupa. “Jalan harus diperbaiki,” ucap Silvester.
Selain itu, hasil tumbuhan berupa gambir menjadi komoditas penyambung
hidup. Silvester sehari-hari menjajakan jasa pengantaran gambir dari
kawasan Kampung Erambu ke Kampung Toray. Rp 25 ribu sekali jalan. Gambir
dimuat menggunakan ketinting, yakni kapal kecil berbentuk setengah
silinder, dibuat dari satu kayu pohon, kemudian diberi motor penggerak
di belakangnya.
Listrik juga jadi kendala di sini. Listrik hanya menyala dari pukul
18.00 sampai 00.00 WIT. Bila listrik menyala penuh, tentu itu bakal
menunjang hidup warga kampung.
“Listrik tidak sampai pagi. Perlu listrik sampai pagi, siang, dan malam. Karena kalau ada
freezer
penyimpan es, kita bisa menyimpan ikan dan daging. Tapi di sini
listriknya terbatas sampai jam dua belas malam,” tutur Silvester.
Bila ada lemari pendingin, ikan dan daging hasil buruan bisa lebih
awet sehingga tak perlu buru-buru harus dijual di pinggir jalan, malah
bisa juga dikirim ke tempat lain. Tapi lemari pendingin membutuhkan
listrik.
Silvester kadang dibantu anaknya, David (12), yang masih bersekolah
di SMP Negeri Erambu. Tentu listrik juga menjadi faktor penunjang
aktivitas belajar dan mengajar di sekolah. Di SMP Negeri Erambu, ada sel
surya yang bisa menyimpan tenaga listrik, tapi itu juga tidak cukup
besar, hanya 500 watt.
Tenaga sel surya itu dipakai untuk menghidupkan menara Wi-Fi satelit
yang didirikan pada 2016. Selebihnya, listrik dari tenaga surya
digunakan untuk mengisi ulang baterai ponsel saja. Listrik dari tenaga
surya tidak kuat dipakai untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Kepala SMP Negeri Erambu Budi Setyo Wahono (52) menjelaskan pihaknya
masih membutuhkan belasan papan sel surya lagi untuk menunjang kegiatan
sekolah.
“Kita butuh
solar cell 12 papan, supaya bisa kita pakai
untuk kegiatan pembelajaran. Sampai sekarang, ruang kelas belum dipasang
jaringan listrik,” tutur Budi.
Jangkauan Wi-Fi untuk internet itu pun tak jauh. Mentok-mentok sampai
depan lapangan sekolah saja. Wi-Fi inilah yang digunakan untuk
mengakses internet atau berkomunikasi dengan dunia luar lewat aplikasi
pesan tertulis atau
video call.
Jangan tanya soal sinyal GSM. Di sini, sinyal tak terdeteksi.
Terakhir, ponsel saya mendeteksi sinyal GSM saat di pos perbatasan Sota,
yang sering jadi tujuan wisatawan tapal batas, sekitar 40 km jauhnya
dari Erambu.
Soal Jalan Trans Papua, proyek itu menjadi salah satu perhatian
pemerintah pusat. Di Merauke, kondisinya memang masih berlumpur.
Pembangunan jalan ini ditargetkan menembus sempurna melintasi Bumi
Cenderawasih pada 2019.
Kunjungi :
PT Solid Gold Berjangka