Senin, 17 Mei 2021
Solid Gold | Two State (No) Solution
Solid Gold Makassar - Two-State Solution adalah proposal untuk menyelesaikan masalah Palestina-Israel. Isinya, diakui adanya dua negara, yaitu Israel dan Palestina, yang harus hidup berdampingan secara damai. Kedua negara itu sudah wujud secara de jure maupun de facto. Israel sudah berdiri sejak tahun 1948, sedangkan Palestina memproklamasikan kemerdekaannya tahun 1988. Masalah yang tersisa, di mana wilayah Palestina?
Ketika kemerdekaan Palestina dideklarasikan, Israel menduduki seluruh wilayah konflik. Kemudian Israel memutuskan untuk mundur dari Tepi Barat dan Gaza. Inilah yang sekarang menjadi wilayah Palestina. Masalahnya, Tepi Barat yang diserahkan Israel hanyalah sebagian kecil, dan dibelah-belah menjadi wilayah yang kecil-kecil, dikelilingi oleh wilayah yang dikontrol oleh Israel.
Lebih dari itu, pihak Palestina menuntut agar perbatasan kedua negara mengikuti perbatasan pada tahun 1967. Tuntutan itu ditolak oleh Israel. Jadi, bagaimana? Itu tadi, tidak ada solusi bagi kedua negara. Mustahil bagi Israel untuk menyerahkan wilayah yang dikuasainya. Mustahil pula bagi Palestina untuk melepaskan tuntutannya. Jadi keduanya berada dalam posisi tidak mau kalah. Upaya pihak lain untuk menengahi tidak berhasil.
Situasi makin runyam dengan keberadaan Hamas. Berbeda dengan Fattah, organisasi yang selama ini dianggap sebagai wakil Palestina, Hamas tidak menerima solusi dua negara tadi. Hamas ingin Israel dihancurkan. Karena itu Hamas berkali-kali meluncurkan serangan ke Israel, seperti yang terjadi saat ini.
Apakah tindakan Hamas itu akan membawa kepada penyelesaian? Tidak. Serangan sporadis itu tidak akan pernah bisa menghancurkan Israel. Sebaliknya, Gaza yang menjadi basis Hamas hancur oleh serangan balasan Israel setiap kali Hamas menyerang. Lagi-lagi tidak ada solusi, justru keadaan makin runyam. Lalu bagaimana?
Ini adalah fakta yang sebenarnya sangat menyedihkan. Konflik ini tiada ujung. Perang yang dilakukan Hamas ini hanya jadi pertunjukan rutin saja. Ketika persediaan roket habis, serangan berhenti. Nanti dimulai lagi. Begitu terus, berulang-ulang selama 20 tahun terakhir.
Sisi lainnya, konflik ini menjadi komoditas di berbagai belahan dunia. Para pemimpin politik di negara-negara muslim berlomba menunjukkan simpati kepada Palestina, demi popularitas politik. Solidaritas Palestina adalah tema yang laku keras untuk menggalang dukungan publik, atau sebaliknya bisa pula dipakai untuk menyerang lawan politik.
Alangkah konyolnya pemimpin politik Indonesia yang begitu bersemangat menyampaikan simpati kepada Palestina, dengan memakai prinsip solidaritas Islam, sementara mereka bungkam terhadap perang yang berkecamuk di Yaman, misalnya. Padahal yang jadi korban di sana muslim juga. Bagi saya, terkutuklah para politikus yang memanfaatkan penderitaan orang Palestina untuk mengumpulkan dukungan.
Yang harus kita waspadai, konflik Palestina bisa menular pula ke sini. Umat Islam banyak yang menjadi pendukung fanatik Palestina, menganggap konflik itu bukan sekadar konflik wilayah, tapi konflik agama. Di sisi lain, tidak sedikit orang Kristen yang menjadi pendukung buta Israel, membenarkan setiap tindakannya, termasuk berbagai tindakan keji tentara Israel. Jangan sampai para pendukung ini mengimpor konflik tadi ke sini.
Jangan sampai konflik itu tak selesai di sana, justru merambat ke sini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar