PT Solid Gold Berjangka Makassar - Resesi ekonomi yang terjadi dalam dua tahun terakhir disebut mengakibatkan penurunan pada produk domestik bruto (PDB) secara riil di sejumlah negara. Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari menjelaskan sepanjang tahun 2019, pertumbuhan ekonomi melambat di seluruh dunia.
"Di tengah kisruhnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dalam 2 tahun waktu terakhir ini yang mengakibatkan aktifitas manufaktur dan investasi di seluruh dunia melemah secara substansial. Dampaknya, pelbagai data yang dibeberkan kementerian keuangan dan badan statistic sejumlah negara memperlihatkan pelemahan ekonomi dan ancaman resesi," Ujar Atal dalam siaran pers Smart Outlook Economic di Ballroom Adhiyana, Wisma Antara, Jumat (31/1/2020).
Dia menjelaskan, sampai dengan kuartal III/2019 sejumlah negara seperti Jepang, Singapura, Hong Kong dan Turki contohnya mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Kemudian kondisi wabah virus Corona juga disebut berpotensi memicu krisis ekonomi global. Dalam artikel yang di publikasikan dengan judul How China's Virus Outbreak Could Threaten The Global Economy, dipaparkan kejatuhan pasar keuangan dunia pada Kamis, 23 Januari 2020, di mana kejadian tersebut diindikasikan sebagai sinyal ketakutan akan krisis ekonomi global.
Kondisi pertumbuhan Indonesia sampai saat ini masih cenderung stagnan di angka 5% dalam beberapa tahun terakhir. Trik dalam menyiasati resesi ekonomi global perlu dibentuk agar hal tersebut dapat menjadi upaya preventif dalam menangkal resesi ekonomi yang sedang menghantui dunia saat ini.
Kegiatan diskusi ini menghadirkan Raden Pardede Komisaris Independen BCA, Lana Soelistianingsih Director of Chief Economist & Head of Research PT Samuel Aset Manejemen, Rusli Andullah Center of Food, Energy and Sustainable Development INDEF, dan Yuswohady Managing Partner Inventure sebagai narasumber dalam kegiatan Smart Outlook Economic.
Dengan tema "Jurus Bisnis dan Investasi dalam Menyiasati Resesi Ekonomi Global", perlu diketahui bahwa resesi ekonomi yang menimpa beberapa negara dalam 2 tahun belakangan mengakibatkan penurunan PDB ril di sejumlah negara.
IHSG Anjlok 117 Poin ke 5.940
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sore ini ditutup negatif. IHSG turun 117 poin (1,9%) ke level 5.940.Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah sore ini berada di level Rp 13.655.
Pada pra perdagangan, IHSG naik 18 poin (0,31%) ke 6.076. Indeks LQ45 bertambah 4 poin (0,3%) ke 991.
Pada pembukaan perdagangan, Jumat (31/1/2020), IHSG naik 14 poin (0,2%) ke level 6.073. Indeks LQ45 naik 1,9 poin (0,2%) ke 988.
Pada sesi II, IHSG turun 117 poin (1,9%) ke level 5.940. Sedangkan indeks LQ45 berkurang 25 poin (2,5%) ke level 961.
Perdagangan saham ditransaksikan 473.337 kali dengan nilai Rp 8,1 triliun. Sebanyak 115 saham menguat, 306 saham turun, dan 111 saham tak berubah.
Bursa Amerika Serikat ditutup Menguat. Dow Jones ditutup 28,859.44 (+0.43%), NASDAQ ditutup 9,298.93 (+0.26%), S&P 500 ditutup 3,283.66 (+0.31%).
Bursa saham US ditutup menguat pada penutupan perdagangan setelah mengalami penurunan selama perdagangan hari kamis. Investor masih terus was-was terhadap wabah coronavirus yang kini telah diumumkan oleh WHO sebagai urusan internasional. Hal tersebut menekan pertumbuhan ekonomi global.
Di samping itu, index saham akan masih volatile seiring dengan laporan keuangan tahun 2019 dirilis. Bursa asia dibuka menguat, kecuali bursa China. Investor menanti pengumuman data manufaktur China.
Bursa Asia sore ini mayoritas bergerak negatif, berikut pergerakannya:
- Indeks Nikkei 225 naik 227 poin ke 23.205
- Indeks Hang Seng turun 136 poin ke 26.312
- Indeks Shanghai libur
- Indeks Strait Times turun 16 poin ke 3.153