Jumat, 20 November 2020
PT Solid Berjangka | Resesi Resmi Hantam Ekonomi RI
PT Solid Berjangka Makassar - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III. Dan hasilnya ekonomi RI minus 3,49%, pada kuartal II minus 5,32% dan membuat Indonesia resmi masuk ke resesi.
Resesi adalah kondisi saat roda ekonomi berhenti atau melambat. Sama dengan istilah reses atau istirahat di masa periode persidangan.
Dikutip dari The National Bureau of Economic Research (NBER) resesi adalah penurunan ekonomi yang signifikan. Kondisi ini berlangsung lebih dari beberapa bulan biasanya tercermin dalam produk domestik bruto (PDB), pendapatan riil, lapangan kerja, tingkat produksi industri, hingga penjualan di tingkat eceran atau konsumsi masyarakat.
Dengan penjelasan itu NBER juga mengartikan resesi ekonomi terjadi ketika dunia usaha berhenti berkembang, pertumbuhan ekonomi 0% atau bahkan minus selama dua kuartal berturut-turut, pengangguran naik, hingga harga properti yang turun akibat tidak adanya daya beli.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga pernah menjelaskan resesi adalah kondisi ketika PDB atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal berturut-turut.
"Technically kalau dua kuartal berturut-turut negatif memang resesi. Kan itu definisi resesi memang bahwa pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut negatif. Itu berarti ekonomi mengalami resesi," kata dia dalam konferensi pers virtual APBN KiTa pada 16 Juni 2020 lalu.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad juga menjelaskan resesi adalah turunnya kondisi perekonomian nasional. Hal itu tampak dari pertumbuhan ekonomi yang minus dua kuartal berturut-turut. Dengan kondisi Indonesia terkini maka tampak penurunan ekonomi yang signifikan imbas pandemi Corona.
"Kalau resesi intinya penurunan kondisi perekonomian dalam dua kuartal berturut-turut dibanding tahun lalu. Kalau kita lihat sekarang aja dibanding tahun lalu sebenarnya sudah minus 10,4% dalam kondisi normal. Kalau dulu 5,02% kemarin minus 5,3% itu kan selisihnya 10%. Dan kalaupun besok kuartal III minus 1 atau nol koma berarti kan sekitar 6% itu dalam banget," katanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar