Harga emas terjun bebas pada hari Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Harga emas dunia anjlok setelah laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan meredam ekspektasi pemotongan suku bunga AS tahun ini. Sentimen negatif ini juga diperkuat oleh data yang menunjukkan bahwa konsumen terbesar, China, menunda pembelian emas pada bulan Mei.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (8/6/2024), harga emas spot terakhir turun 3,69% menjadi USD 2.305,96 per ounce. Sedangkan harga emas AS ditutup 2,8% lebih rendah menjadi USD 2.325.
"Kita akan mengetahui hari ini apakah emas mampu menahan pukulan ganda dari laporan ketenagakerjaan yang kuat DAN jeda dalam pembelian oleh China," kata Tai Wong, Pedagang Logam independen New York.
Laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan Nonfarm Payrolls (NFP) naik sebesar 272.000 pekerjaan pada bulan Mei, melampaui ekspektasi peningkatan sebanyak 185.000 pekerjaan.
Data tersebut juga mendorong kenaikan nilai tukar dolar AS, membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
Para pedagang menurunkan prediksi mereka untuk memperkirakan 37 basis poin (bps) pemotongan suku bunga pada akhir Desember, dari 48 bps sebelum, dengan pemotongan pertama yang lebih mungkin terjadi pada bulan November daripada September.
Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures, Phillip Streible mengatakan pasar emas mengalami sedikit likuidasi, bersama dengan logam lainnya, karena data menunjukkan ekonomi AS cukup kuat dan Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) mungkin menunda pemotongan pertama tersebut.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas yang tidak memberikan hasil.
Laporan ketenagakerjaan juga menambah sentimen negatif yang tampaknya didorong oleh data yang menunjukkan konsumen utama, China, menunda pembelian emas pada bulan Mei setelah 18 bulan berturut-turut melakukan pembelian.
Namun, analis di TD Securities menulis dalam sebuah catatan bahwa meskipun berita dari China tersebut secara signifikan mempengaruhi harga emas, jeda dalam pembelian mungkin hanya merupakan tanda dari kembalinya operasi yang lebih sensitif terhadap harga mengingat kenaikan harga emas yang terjadi.
Kemarin, harga emas dunia melonjak hingga sentuh level tertinggi dalam dua minggu pada perdagangan Kamis, 6 Juni 2024. Harga emas menguat setelah data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) lebih lemah dari perkiraan.
Sentimen tersebut mendorong harapan penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS pada akhir 2024 dengan fokus beralih ke data non-farm payrolls yang akan dirilis pada Jumat, 7 Juni 2024 waktu setempat.
Mengutip CNBC, harga emas di pasar spot naik 0,8 persen ke posisi USD 2.373,99 per ounce. Harga emas berjangka Amerika Serikat bertambah 0,7 persen ke posisi USD 2.393.
Di antara logam mulia lainnya, harga perak di pasar spot naik 4,2 persen menjadi USD 31,26 per ounce. Harga platinum bertambah 1,7 persen menjadi USD 1.008,60. Sedangkan harga palladium turun 0,2 persen menjadi USD 929,75.
Pada Rabu waktu setempat, data menunjukkan gaji pekerja swasta di AS meningkat kuran dari perkiraan pada Mei 2024. Sedangkan data dari bulan sebelumnya direvisi lebih rendah.
"Angka ketenagakerjaan ADP yang lebih lemah kemarin memberikan sedikit keyakinan mungkin laporan (penggajian) besok tidak akan lebih kuat dari perkiraan, dan itu akan bersahabat dengan pasar emas dan perak,” ujar Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff seperti dikutip dari CNBC.
Selain itu, suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
“Jika kita melihat laporan pekerjaan yang jauh lebih kuat dari perkiraan, ekspektasinya adalah the Fed mungkin tidak dapat menurunkan suku bunga dalam waktu dekat yang dapat menambah sedikit tekanan pada pasar emas,” ujar Direktur High Ridge Futures, David Meger.
The Fed mungkin akan menurunkan suku bunga utamanya pada September dan sekali lagi pada 2024, menurut polling di Reuters.
Adapun konsultan Metals Focus menyatakan, harga emas akan mencapai rekor tertinggi lainnya pada 2024 meski terjadi penurunan permintaan fisik.
Sementara itu, bursa saham global mencapai titik tertinggi sepanjang masa dan euro menguat setelah Bank Sentral Eropa memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam lima tahun. Akan tetapi, Bank Sentral Eropa juga mengisyaratkan langkah lebih lanjut.
Sebelumnya, mayoritas ahli pasar dan pedagang eceran kembali sejalan dalam memprediksi pemulihan harga emas.
Survei terbaru Kitco News menunjukkan bahwa emas, yang sempat mengalami penurunan, diperkirakan akan kembali menguat karena kekhawatiran inflasi dan ketidakpastian ekonomi global terus meningkat.
Dikutip dari Kitco, Senin (3/6/2024), analis menyoroti beberapa faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas batangan, termasuk kebijakan moneter yang longgar dan situasi geopolitik yang tidak stabil, yang meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven.
Menurut survei tersebut, sebagian besar responden optimistis harga emas akan naik dalam jangka pendek hingga menengah.
Kebijakan bank sentral yang terus mendukung likuiditas tinggi, ditambah dengan ketidakpastian politik dan ekonomi, memberikan landasan kuat bagi emas untuk mempertahankan perannya sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian.
Analis juga menyebutkan bahwa prospek ekonomi global yang berubah-ubah turut memperkuat pandangan bullish terhadap emas.
Di tengah ketidakpastian ini, baik ahli pasar maupun pedagang eceran menunjukkan keyakinan bahwa harga emas memiliki peluang besar untuk pulih dan bahkan mencapai puncak baru dalam beberapa bulan mendatang.
Emas tetap menjadi aset penting yang dilirik oleh investor untuk melindungi nilai portofolio mereka dari volatilitas pasar dan risiko ekonomi yang terus berkembang.
Berdasarkan hasil survei, mayoritas ahli pasar dan pedagang eceran memperkirakan bahwa harga emas akan terus mengalami peningkatan dalam jangka pendek hingga menengah.
Sentimen pasar yang bullish ini didukung oleh berbagai faktor makroekonomi dan geopolitik yang mengarah pada peningkatan permintaan emas.
Kebijakan Moneter: Kebijakan moneter longgar dari bank sentral global yang bertujuan untuk mendukung perekonomian telah meningkatkan likuiditas di pasar, mendorong harga emas naik. Suku bunga rendah dan pembelian aset besar-besaran oleh bank sentral juga meningkatkan daya tarik emas sebagai investasi yang aman.
Ketidakpastian Geopolitik: Ketegangan politik dan konflik di berbagai belahan dunia menambah ketidakpastian, membuat investor mencari perlindungan di aset yang lebih stabil seperti emas. Situasi seperti perang dagang, konflik militer, dan krisis diplomatik berkontribusi pada lonjakan permintaan emas.
Inflasi: Dengan meningkatnya inflasi di banyak negara, emas menjadi pilihan populer untuk melindungi kekayaan dari erosi nilai uang. Investor sering beralih ke emas untuk menjaga daya beli mereka saat inflasi tinggi.
Berdasarkan hasil survei, mayoritas ahli pasar dan pedagang eceran memperkirakan bahwa harga emas akan terus mengalami peningkatan dalam jangka pendek hingga menengah.
Sentimen pasar yang bullish ini didukung oleh berbagai faktor makroekonomi dan geopolitik yang mengarah pada peningkatan permintaan emas.